Kab. Bogor

Puskesmas Cimandala Capai Kesembuhan Pasien TB dengan Pemantauan melalui DARING TB

BOGOR-KITA.com, SUKARAJA – Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang mematikan di Indonesia. Tahun 2017, sebanyak 116 ribu jiwa meninggal akibat penyakit TBC di Indonesia, termasuk 9.400 jiwa pengidap HIV yang terjangkit TBC. Tidak kurang, 10 juta jiwa meninggal akibat TBC di seluruh dunia. Jumlah kasus TBC Indonesia berada di urutan ketiga terbesar dunia setelah India yang mencapai 2,4 juta kasus dan Tiongkok 889 ribu kasus. Menurut WHO, kasus TBC di Indonesia terbesar akibat merokok, kurang gizi, diabetes, dan mengonsumsi alkohol. Kejadian TBC di Indonesia pada 2017 sebesar 319 kejadian per 100 ribu populasi.

Kondisi meningkatnya yang terinfeksi tuberkolusis pun terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bogor. Tercatat di tahun 2017, jumlah warga penderita penyakit menular tersebut mencapai 17.656 kasus. Keterbatasan pelayanan kesehatan yang menangani TBC membuat penyakit itu sulit ditanggulangi. Hanya puskesmas dan rumah sakit umum daerah atau RSUD setempat yang melayani pengobatan TBC. Sedangkan rumah sakit swasta belum bisa memberi pelayanan pengobatan metode TB DOTS (pengawasan untuk meningkatkan ketaatan pasien menuntaskan pengobatan) penyakit menular tersebut.

Baca juga  Ade Yasin Ikuti Upacara HUT Ke-76 TNI Secara Virtual dari Makorem 061/SK

Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam memberantas TB tertuang dalam Peraturan Bupati No. 70 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TBC di Kabupaten Bogor. Arah kebijakan tersebut bertujuan mewujudkan Kabupaten Bogor Bebas TBC. Permasalahan yang muncul dalam penanggulangan penyakit TB di Kabupaten Bogor terutama berkaitan dengan kepatuhan minum obat penderita TB.

Berdasarkan hasil analisa awal pendataan Pis-PK tahun 2019 , prioritas masalah yang ditetapkan adalah penderita TB Paru tidak berobat secara teratur sebanyak 85 orang dan 153 orang berobat teratur. Kasus penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Cimandala menjadi masalah dan perlu segera diintervensi dan dibuat satu strategi khusus berupa inovasi dalam mengatasi penyembuhan pasien TB Paru, menghindari munculnya MDR dan menurunkan penyebaran penyakit TB Paru di masyarakat . Hal ini perlu dilakukan mengingat terjadi peningkatan angka MDR dan DO penderita TBC tahun 2019.

Baca juga  Pohon Tumbang dan Sejumlah Rumah Rusak Diterjang Angin Kencang di Parungpanjang

Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan sebuah inovasi untuk menangani dan menurunkan angka prevalensi penyakit TBC, mengingat kondisi penderita TBC di wilayah Puskesmas Cimandala cukup tinggi. Selain itu, dengan jumlah penduduk dan keterbatasan jangkauan, diperlukan terobosan yang dapat menjangkau ke seluruh wilayah Puskesmas Cimandala. Oleh karena itu untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, Puskesmas Cimandala berserta jajaran lintas program yang didukung Kementerian Kesehatan Rebuplik Indonesia membentuk suatu inovasi yaitu “DARING TB” sebagai langkah pemantauan minum obat penderita TBC melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sehingga terpantaunya penderita dalam kepatuhan minum obat secara online.

“Inovasi ini penting dilakukan, mengingat jangka waktu untuk minum obat bagi pasien TB cukup panjang yaitu 6 bulan. Jika pasien TB mengalami putus minum obat, maka dimungkinkan pasien tersebut menjadi TB resisten dan tentunya memerlukan penanganan yang lebih lama dan sulit,” ujar dr. Sulasiah Legiani, MARS, Kepala Puskesmas Cimandala.

Baca juga  Ketum Presidium DOB Botim Minta Eksekutif Kawal Paripurna

Oleh karena itu upaya pemanatauan dan dukungan dari berbagai pihak untuk menunjang kesembuhan pasien TB harus berkelanjutan sampai pengobatan melalui program DOTS tercapai. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top