Enduh Nuhudawi
BOGOR-KITA.com – novatif dalam membangun, mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sosok seorang Enduh Nuhudawi dalam memimpin Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang.
Ditangannya desa yang terletak di paling barat Kabupaten Bogor ini mampu disulapnya menjadi sebuah desa percontohan bukan saja bagi desa-desa di Kabupaten Bogor tapi juga desa lain di Indonesia.
Konsepnya tentang membangun desa dari uang seratus perak dinamai ‘Rereongan Sarumpi’ itu bahkan, telah menyita perhatian nasional. Hal itu terbukti setelah dirinya diminta menjadi pembicara oleh Kementerian Perumahan Rakyat untuk mempresentasikan konsep membangun desa yang diusungnya di depan para pejabat Negara, pada November 2010 lalu.
Tak hanya itu, saat tampil dalam salah satu acara ditelevisi Nasional, terobosan Enduh dianggap sebagai salah satu pioneer dalam membangun desa dan meningkatkan inspirasi gotong royong serta menghilangkan batas kaya dan miskin.
Dalam program ini, setiap warga Desa Situ Udik, yang bertotal 14.000 jiwa diharuskan menyumbang Rp100 setiap warga setiap harinya, maka setiap hari dapat diasumsikan terkumpul sejumlah Rp1.400.000 dan jika ditotalkan dalam sebulan 30 hari maka mereka mampu mengumpulkan Rp42.000.000.
Dalam setahun, akan terkumpul Rp504.000.000. dan dalam 2 tahun 8 bulan mereka mampu membangun 27 rumah layak huni dengan total dana yang diterkumpul mencapai Rp1.344.000.000 (satu miliar tiga ratusan ribu). Luar biasa……
Bukan hanya Rereorangan Sarumpi, Enduh juga menjadi pencetus dua program membangun lainnya, yakni ‘Program Satu Batang Rokok’ dan “Pisang untuk PBB’. ‘Program Satu Batang Rokok’ merupakan sebuah konsep yang cukup mendidik.
Konsepnya cukup sederhana, yakni para pemuda yang memiliki kebiasaan merokok dipersilahkan untuk menyisihkan satu batang rokok per-hari dari sebungkus rokok yang dibelinya untuk kemudian ditampung di warung tersebut sehingga dapat dijual kembali dan uang dari hasil penjualan rokok tersebut bisa dipergunakan oleh para pemuda untuk membeli segala kebutuhan mereka khususnya sarana-sarana umum seperti lapangan bola dan bahkan modal bagi mereka yang ingin berusaha,
“Ide ini muncul dari aspirasi para pemuda yang datang kepada saya untuk meminta lapangan sepakbola. Lalu, saya bilang kenapa tidak untuk dijadikan lapangan usaha saja. Dari 74 pemuda yang datang, hanya 4 yang tidak merokok, jadi saya pikir untuk mencoba mengarahkan mereka untuk bisa bisa menyisihkan sedikit pengeluaran uang mereka membeli rokok, bagi keperluan mereka sendiri,” kata kades Enduh kepada PAKAR, Minggu (11/1).
Namun sayangnya, diakui Enduh, upaya ini belum bisa berjalan optimal karena belum begitu dipahami para pemudanya. Tapi hal ini tidak membuat Enduh pesimis. Demi merubah mindset para generasi muda dalam membangun desanya, ia yakin suatu saat nanti apa yang dimaksudkannya dalam upaya ini dapat di mengerti oleh para pemuda di wilayahnya.
“Mungkin mereka belum begitu paham akan maksudnya, maklum mereka masih muda dan kita harus bisa pahami itu. Dan ini butuh proses,” ujar Enduh sedikit bercanda.
Sedangkan Program ‘Pisang untuk PBB’ tak dipungkiri sudah menjadi kunci keberhasilan warga Desa Situ Udik dalam memenuhi kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Hebatnya, dari pohon pisang, Desa Situ Udik mampu mendekati target yang dibebankan Pemkab Bogor sebesar Rp65 Juta, dari 60 persen ditahun-tahun sebelumnya menjadi 80 persen. Unik memang, namun memang seperti itulah kenyataannya.
Upaya ini mulai diterapkan sejak tahun 2010 silam, dimana setiap warga menanam masing-masing 2 batang pohon pisang di halaman rumahnya. Panennya sendiri diserahkan ke desa dan sebagian dari hasilnya penjualannya dialokasikan untuk membayar PBB.
Enduh menjelaskan, pisang-pisang yang dihasilkan warganya tersebut kemudian di salurkan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk kemudian di diproduksi menjadi sebuah makanan tradisional seperti kripik pisang dan dijual ke pasar-pasar yang ada di sekitaran wilayahnya.
Kades juga mengatakan sengaja memilih pisang karena proses panennya yang hanya membutuhkan waktu hanya enam bulan dan bisa di tumpang sarikan dengan tanaman lainnya.
“Jadi semuanya berputar dan saling menguntungkan. Karena kami membeli pisang-pisang tersebut sesuai dengan harga pasaran dan warga juga bisa mendapat untung. Selain itu, kami juga bisa memberdayakn anggota KWT yang kini jumlahnya mencapai 40 orang dari 2 kelompok yang ada,” terang Kades
Lalu bagaimana dan apa konsep yang diusung Enduh?. Berikut pertikan wawancaranya dengan PAKAR :
PAKAR: Apa sebetulnya konsep sehingga anda dikenal dikancah nasional?
Enduh : Sederhana saja, Setiap warga dipersilakan secara ikhlas menyumbang
dengan memasukkan uang ke kotak celengan tersebut Rp 100 setiap hari.
Setiap hari, ada dua petugas di masing-masing RT yang mengumpulkan
uang tersebut. Kemudian, uang tersebut disetorkan ke desa. Setiap
pengajian bulanan di kantor desa, diumumkan uang yang terkumpul
setelah dipotong sepuluh persen untuk petugas yang mengumpulkan
PAKAR : Bagaimana dan apa landasan anda hingga ide itu muncul?
Enduh : Konsep ini terlahir dari pemikiran saya jika setiap warga berhak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak karena itu saya kemudian
mencoba menggali dan saya yakin dengan bersama-sama kita semua
pasti bisa mewujudkan hal itu.
PAKAR : Bagaimana anda mengaplikasikan ide tersebut?
Enduh : Meskipun pada awalnya konsep tersebut tak berjalan begitu lancar
namun saya tetap berjuang dan optimis bisa menjawab keraguan para
warga. Hasilnya setelah 4 bulan berselang, dana yang dikumpulkan
tersebut ternyata mampu membangun sedikitnya 4 unit rumah warga. Tapi, keberhasilan itu ternyata cukup merangsang warga dan mampu memacu mereka untuk bisa menyisihkan uangnya untuk membantu sesama. Dan Alhamdulillah, sampai saat ini kita bisa membangun rumah tidak layak huni rata-rata 2-3 unit per-bulannya.
PAKAR : Sudah berapa banyak yang sudah terbangun dan apa harapan kedepan?
Enduh : Hingga kini, Desa Situ Udik bisa membangun total 64 unit dari dana
tersebut dan 72 unit RTLH, dimana 50 diantaranya merupakan bantuan
dari pemerintah Kabupaten Bogor. Target kami 3000 unit hingga tahun
2019 nanti. Kedepan saya berharap apa yang terjadi di Desa Situ Udik ini bisa dicontoh oleh desa-desa lainnya
terutama di Kecamatan Cibungbulang dan khususnya di Indonesia karena
saya yakin semua desa bisa maju asal mereka bisa paham apa saja
potensi yang ada di wilayahnya.
Biodata Enduh Nuhudawi
Nama Lengkap : Enduh Nuhudawi
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 28 Maret 1963
Pendidikan Terakhir : SMA
Jabatan : Kepala Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang
Nama Istri : LiLis Suryani
Nama Anak : -. Reza Fardan Azmi (10-01-1992)
– Rizki Fatturahman (20-05-1996)
– Rafli Pahlevi (25-05-2001)
– Ridho NK (25-02-2007)
Alamat : Kampung Tegalsari, RT 2/RW 8, Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang.
Pengalaman Bekerja
– Wiraswata sampai sekarang
Terpilih Menjadi Kades :
Periode 1 : Tahun 2008 – 2013
Periode 2 :Tahun 2014 – 2019
Perhargaan yang diraih :
1. SCTV award 2012
2. Bintang Tamu talk show ‘Kick Andi’ Tahun 2010
2. Kades Teladan Jabar 2009.
3. Desa terbaik Kabupaten Bogor tahun 2009
4. Penghargaan (piagam) Adiupaya Puritama sebagai Tokoh Penggerak Perumahan Swadaya tingkat nasional dari Kemenpera RI, Tahun 2013.
5. Memperoleh penghargaan Radar Bogor Award tahun 2013 sebagai tokoh pemberdayaan masyarakat.[] Harian PAKAR/Admin.
Cat: (Mulai Senin 12 januari 2015 sampai 1 Juni 2015, Harian PAKAR menurunkan profil tokoh setiap hari. Profil ini akan menjadi masukan bagi tim penilai untuk memilih nominator dan pemenang PAKAR AWARD dalam rangka 10 tahun Harian PAKAR, yang diserahkandalam satu acara yang diselenggarakan 10 Juni 2015)