Kepemimpinan Dwikorita Karnawati Dalam Menghadapi Bencana Hidrometeorologi
Oleh: Danira Khaira Safina
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia 2022
Urgensi Kepemimpinan Krisis dan Bencana dalam Menghadapi Bencana Hidrometeorologi
Perubahan cuaca dan iklim yang cukup mendadak dan ekstrim seringkali membawa Indonesia kepada bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan oleh aktivitas cuaca, seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin, dan kelembapan. Bentuk dari bencana hidrometeorologi yang umumnya terjadi di Indonesia berupa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, angin puyuh, dan kekeringan. Dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana hidrometeorologi telah menimbulkan kerugian sebesar Rp31,5 triliun per periode 2018-2022.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari menyatakan bahwa indikator cuaca ekstrem mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir, sehingga kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi pun ikut meningkat. Hal ini juga diperparah oleh maraknya alih fungsi lahan yang dapat memperburuk dampak dari bencana hidrometeorologi yang terjadi. Oleh karena itu, kepemimpinan krisis dan bencana diperlukan untuk merespon, mengelola, dan melakukan mitigasi bencana untuk mengurangi dampak bencana dan meningkatkan ketahanan masyarakat akan bencana hidrometeorologi di Indonesia.
Mengenal Sosok Dwikorita Karnawati Sebagai Kepala BMKG
Dwikorita Karnawati atau yang kerap disapa Rita merupakan seorang akademisi dan teknokrat Indonesia yang menjabat sebagai kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak 2017. Dwikorita menempuh pendidikan sarjana Teknik Geologi di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988 dan melanjutkan gelar master serta doktor bidang Teknik Geologi di University of Leeds. Berbekal pengalaman profesional di bidang akademik dan dedikasi yang tinggi pada pendidikan, Dwikorita diamanahkan sebagai Rektor di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014-2017.
Dalam mengepalai BMKG, Dwikorita merupakan sosok pemimpin berbasis krisis dan bencana yang mengedepankan penggunaan Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), big data, dan kecerdasan lokasi (GIS) dalam mengembangkan Teknologi Sistem Peringatan Dini dan Sistem Perkiraan Berbasis Dampak untuk Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Hal ini selaras dengan visinya untuk memudahkan publik dalam mengakses data cuaca ekstrem melalui berbagai platform sosial media sebagai langkah dalam memupuk kesadaran mitigasi masyarakat. Bentuk nyata dari implementasi visi ini adalah sistem peringatan dini dan prakiraan cuaca, portal Nowcasting yang diluncurkan pada 2021 kemarin. Atas prestasi dan kemampuannya, Dwikorita menduduki kursi Dewan Eksekutif WMO periode 2023-2027.
Mengulas Teori Kepemimpinan Krisis dan Bencana
Kepemimpinan krisis dan bencana merupakan kemampuan yang ada dalam diri seorang individu yang memiliki pengaruh besar dalam sebuah kelompok masyarakat untuk memberikan upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan dalam konteks bencana, yang dilaksanakan pada tahapan sebelum, selama, dan pasca terjadinya bencana. Tipe kepemimpinan ini penting untuk dibangun dalam kondisi darurat yang penuh dengan tekanan karena masyarakat sangat berharap bahwa pemimpin dapat mengelola dan menyelesaikan setiap krisis dan bencana dengan baik, serta membawa mereka keluar dari krisis dan bencana tersebut (McEntire dan Dawson, 2007).
Kepemimpinan krisis dan bencana memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya penanganan krisis, memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan, dan memberikan arahan yang tepat untuk mengatasi situasi yang darurat. Komponen utama dalam kepemimpinan ini adalah kemampuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik dalam mengelola bencana sehingga ia harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar dapat bekerja sama dengan seluruh stakeholder agar dapat bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi. Mengutip dari Indeed (2022), terdapat enam karakteristik kepemimpinan krisis dan bencana, yaitu mengenali dan memahami krisis dan bencana yang terjadi, memiliki optimisme yang terbatas, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan transparan, mampu menentukan prioritas, memiliki kemauan untuk mencari dukungan tambahan, dan mampu untuk beradaptasi.
Dwikorita Karnawati Sebagai Pemimpin Krisis dan Bencana
Sebagai kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memberikan upaya mitigasi kepada masyarakat Indonesia. Dwikorita memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya penanganan krisis, memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan, dan memberikan arahan yang tepat untuk mengatasi situasi yang darurat untuk menghadapi perubahan iklim dan krisis global. Upaya mitigasi yang dilakukan Dwikorita dalam menghadapi bencana hidrometeorologi salah satunya adalah menjelaskan tingginya potensi musim hujan tahun 2023/2024 yang dapat menyebabkan berbagai potensi bencana hidrometeorologi. Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan selalu memperbaharui informasi mengenai cuaca melalui portal Nowcasting BMKG ataupun sosial media BMKG. Beliau menekankan untuk selalu mewaspadai wilayah bantaran sungai, daerah aliran sungai (DAS), dan lereng-lereng bukit karena memiliki potensi banjir dan longsor.
Berdasarkan kinerja yang telah dilakukan Dwikorita selama menjabat sebagai kepala BMKG, Dwikorita dinilai telah memenuhi enam karakteristik kepemimpinan krisis dan bencana. Pengetahuan dan prestasi yang mumpuni dalam bidang hidrometeorologi mendukung dirinya mengenali dan memahami krisis dan bencana yang terjadi.
Hal ini juga berkorelasi dengan indikator optimisme yang terbatas dan mampu beradaptasi sehingga dengan sigap membaca potensi bencana dan mengambil langkah strategis dalam menghadapinya. Kemudian dalam menerapkan disiplin ilmu meteorologi sebagai langkah mitigasi, beliau menekankan pentingnya komunikasi dengan memahami jaringan, komunikasi risiko, dan keterampilan menerjemahkan informasi khusus agar informasi yang disampaikan dapat sampai dengan maksimal. Dari segi menentukan prioritas, Dwikorita menjadikan pengelolaan peralatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika secara berkala sebagai prioritas utama untuk memaksimalkan kinerjanya dalam menjalankan kepemimpinannya. Tidak kalah penting, Dwikorita juga membentuk kerja sama yang sinergis antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi lainnya bersama dengan masyarakat untuk melakukan waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Saran
Banyak masyarakat yang belum sadar potensi bencana hidrometeorologi dikarenakan kurang familiar dengan bahasa yang digunakan. Pihak BMKG dapat melakukan sosialisasi dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga informasi tersampaikan dengan baik.
Pemberian informasi juga dapat menggunakan media yang menarik namun tetap memperhatikan kualitas informasi. Selain itu, BMKG harus mempertahankan dan meningkatkan sinergi dengan media massa untuk memaksimalkan penyebarluasan informasi cuaca kepada masyarakat dan sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan alam.
Proses pemberian informasi menentukan kualitas informasi dalam memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan untuk menghadapi bencana. Dengan demikian, memupuk pengetahuan mengenai bencana hidrometeorologi kepada masyarakat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dan menekan angka kerugian yang disebabkan oleh bencana ini. []
Baca berita lainnya di Google News
SUMBER REFERENSI
Crisis Leadership: Definition and 6 Essential Components. (2022, June 25). Indeed Career Guide. https://www.indeed.com/career-advice/career-development/crisis-leadership
Crosweller, M. (2022). Disaster management leadership and the need for virtue, mindfulness, and practical wisdom. Progress in Disaster Science, 16, 100248. https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2022.100248
Djalanti et al. (2017). Disaster Risk Reduction in Indonesia: Progress, Challenges, and Issues. Springer International Publishing.
Murphy, Raymond. (2009). Leadership In Disaster: Learning For A Future With Global Climate Change. McGill-Queen’s Press-MQUP
Khader, M., Toh, B., & Tan, E. (2023). Crisis Leadership: A Guide for Leaders. World Scientific.
McEntire, David and Gregg Dawson. (2007). The Intergovernmental Context. In Waugh, William L. Jr., and Kathleen Tierney, (eds.). Emergency Management: Principles and Practice for Local Government, 2nd ed. Washington DC: ICMA. 57-70.
Dimas Bayu Sajiwo. (2023, May 27). Dicalonkan Jadi Presiden Organisasi Meteorologi Dunia, Kepala BMKG Siap All Out Perang Gagasan | BMKG. BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika. https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=dicalonkan-jadi-presiden-organisasi-meteorologi-dunia-kepala-bmkg-siap-all-out-perang-gagasan&tag=press-release&lang=ID
Dwi Herlambang Ade Putra. (2023, October 29). Masuk Pancaroba, BMKG: Indonesia, Waspada Bencana Hidrometeorologi Mengintai! | BMKG. BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika. https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=masuk-pancaroba-bmkg-indonesia-waspada-bencana-hidrometeorologi-mengintai&tag=press-release&lang=ID
PPID BMKG. (n.d.). Ppid.bmkg.go.id. Retrieved December 29, 2023, from https://ppid.bmkg.go.id/profil-kepala-bmkg
Rozar Putratama. (2023, February 14). Lakukan Media Visit, Humas BMKG: Bentuk Apresiasi Serta Meningkatkan Sinergitas Terhadap Rekan Media | BMKG. BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika. https://www.bmkg.go.id/berita/?lang=ID&p=lakukan-media-visit-humas-bmkg-bentuk-apresiasi-kami-serta-meningkatkan-sinergitas-terhadap-rekan-media&tag=berita-utama