Gus Udin: Bogor Punya Peradaban Tua
BOGOR-KITA.com, SUKARAJA – Ketua MUI Kabupaten Bogor Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Dr. Aep Saepudin Muhtar alias Gus Udin mengajak Mahasiswa/I PKU angkatan XVII agar sadar sejarah Bogor di masa lalu demi membangun Bogor di masa kini dan masa depan.
Hal itu disampaikan oleh Gus Udin saat menjadi pemateri ke-Bogoran pada perkuliahan PKU angkatan XVII di Wisma Dharmais, Sukaraja, Sabtu (29/7/2023).
Gus Udin memaparkan, jika membicarakan soal Bogor berarti menarasikan sebuah peradaban yang tua.
Dalam lintasan sejarahnya, Bogor dimulai dari masa pra sejarah (sebelum mengenal budaya menulis) ditemukan beberapa situs, diantaranya situs Arcadomas di Tenjolaya (zaman megalitikum), situs Pasir Angin di Cibungbulang (berusia kurang lebih dua ribu tahun, dan situs lainnya.
Kemudian memasuki masa sejarah (sudah mengenal budaya menulis) dimulai pada masa Kerajaan Tarumanegara (358 M – 669 M), ditemukan sejumlah prasasti, seperti Prasasti Ciaruteun di Cibungbulang ditemukan sekitar abad XVIII, Prasasti Tapak Gajah/Kebon Kopi I ditemukan sejak awal abad XIX, dan yang lainnya.
Sampai memasuki masa keemasan pada masa Kerajaan Sunda Pajajaran yang ibukotanya di Pakuan dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482 – 1579).
Tidak sampai disitu, Gus Udin juga menjabarkan bagaimana perkembangan sosial politik Bogor pada masa Belanda, masa Jepang (1942-1945), dan Masa Revolusi Kemerdekaan (1945-1950).
“Pada masa Revolusi, kita bisa lihat perjuangan santri dan Kyai di wilayah Bogor Barat, ada seorang Ulama, penyair, dan Pejuang bernama Raden Abdullah bin Nuh. Pasca proklamasi dibacakan oleh Soekarno, beliaulah yang mengumumkan teks proklamasi dalam Bahasa Arab, sehingga rakyat Mesir dan Timur Tengah mengetahui Indonesia merdeka,” ujar Gus Udin.
“Bahkan di wilayah Bogor Barat perjuangan melawan kolonial Belanda dipimipin oleh kelompok Ulama, diantaranya Hizbul Wathan di Leuwiliang, Al Ittihadul Islamiyah di Cibungbulang, dan Taman Siswa Nirmala di Jasinga,” terang Gus Udin.
Pengasuh Ponpes Darul Mizan Tenjolaya ini juga menjelaskan kondisi sosial politik Bogor pada masa kini dengan segudang permasalahannya.
“Permasalahan sosial politik kita hari ini sangat kompleks. Mulai dari persoalan infrastruktur, SDM, Kemiskinan, pengangguran, hingga munculnya Nabi Palsu,” paparnya.
Ia mengingatkan kepada mahasiswa/i PKU XVII bahwa Indonesia akan genap berusia emas 100 tahun, disinilah kita memasuki bonus demografi pada tahun 2045. Artinya jumlah penduduk usia non produktif lebih sedikit dibanding yang berusia produktif.
“Sudah saatnya kalian anak-anak muda mengambil alih peran strategis di level kepemimpinan daerah dan level nasional,” tutupnya.