Akademisi IPB University: Masa Depan Pertanian Berada di Pundak Generasi Muda
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Prima Gandhi, SP, MSi, Akademisi Sekolah Vokasi IPB University mengatakan bahwa peran pemuda sangat strategis karena digambarkan sebagai pewaris dan penerus kelangsungan bangsa. Di pundak para pemuda, masa depan ketahanan pangan bangsa dipertaruhkan.
“Kita tahu bahwa banyak sekali kiprah pemuda Indonesia dalam kancah internasional untuk mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga, seni, budaya, dan pendidikan. Namun jarang sekali kita melihat anak-anak muda Indonesia yang membawa nama baik Indonesia di bidang pertanian,” katanya dalam webinar Propaktani Refleksi Sumpah Pemuda: Urgensi Peran Pemuda Mewujudkan Ketahanan Pangan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI.
Menurutnya, anak muda semakin tidak tertarik terjun di bidang pertanian karena masih adanya stigma pada profesi petani. Profesi petani jarang dilirik oleh generasi muda karena dianggap tidak dapat menjamin kehidupannya.
“Sebenarnya permasalahan kurangnya minat pemuda untuk terjun ke sektor pertanian ini merupakan masalah yang turut dihadapi oleh berbagai negara. Pemuda yang tinggal di pedesaan sudah tidak tertarik lagi menjadi petani, bahkan mereka beramai-ramai keluar dari desa menuju perkotaan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Padahal sebenarnya lahan pertanian yang masih bisa digarap,” lanjutnya dalam rilis diterima , Jumat (4/11/2022).
Melihat fenomena ini, imbuhnya, profesi petani memang bukanlah suatu profesi pilihan bagi anak muda. Namun, fenomena ini harus dicari akar permasalahannya. Baik karena anggapan bahwa profesi petani tidak mensejahterakan atau pemuda belum melihat jaminan yang pasti dari sektor pertanian.
“Turunnya minat pemuda di pedesaan menjadi petani merupakan masalah serius yang harus dijadikan bahan diskusi bersama. Satu hal yang menjadi pertanyaan besar adalah siapa yang akan menggantikan peran petani-petani saat ini yang sudah berusia uzur,” ujar Prima.
Menurutnya, perlu upaya penyelesaian secara cerdas dan cepat sehingga nanti tidak akan terjadi krisis alih generasi petani. Teknologi pertanian yang canggih dan kekinian dinilai akan menarik minat anak muda namun hasilnya masih belum signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa ada faktor lain yang harus dilakukan, misalnya mengenalkan pertanian termasuk pemanfaatannya dan budidayanya serta teknologinya sedini mungkin.
“Salah satu yang bisa kita lakukan adalah intervensi dari sektor pendidikan. Kita bisa memasukkan ilmu pertanian dan teknologi ini ke dalam kurikulum pendidikan SD, SMP, maupun di SMA termasuk pesantren,” terangnya.
Diperkenalkannya pertanian sejak usia muda, menurutnya, akan membangun rasa kecintaan terhadap sektor pertanian dari hulu ke hilir. Sektor pertanian akan dinilai sebagai sektor yang keren, menguntungkan dan mensejahterakan.
“Terlepas dari latar belakang para pemuda, diharapkan mereka mampu menjadi generasi penerus petani, mengambil estafet dunia pertanian ke depan. Dengan memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94 ini generasi muda diharapkan dapat mendorong ketahanan pangan nasional,” katanya. (MW/Zul)