Ahli Biologi IPB Sebut Ada Komponen Pangan Non Gizi Membuat Sehat, Bahagia
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Guru Besar IPB University, Prof Dr Antonius Suwanto menyampaikan bahwa ada komponen pangan non gizi yang membuat sehat dan bahagia.
Hal ini dipaparkannya dalam Webinar ke 7 Akademi Ilmu Pangan dan Gizi, Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPG AIPI) yang bertajuk Perbaikan Pangan dan Gizi untuk Kehidupan Berkualitas, Sabtu (5/12/2020).
Dalam rilis ari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Senin (7/12/2020), Prof Antonius menjelaskan, dalam makanan terdapat dua komponen yakni komponen gizi dan non gizi.
Komponen gizi yang dimaksud di antaranya adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sementara komponen non gizi adalah cita rasa, warna, serat probiotik, sel mikrob, komponen fungsional.
“Sembilan puluh persen sel tubuh kita adalah mikrob. Penting untuk kebugaran manusia dari obesitas, diabetes, kanker sampai autis, kesehatan mental dan kebahagiaan imunitas. Paparan rutin pada sel mikrob membuat sistem imun tetap siaga,” ujar dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University ini.
Ia memaparkan bahwa hampir setiap peradaban manusia terkait dengan fermentasi sebagai bagian dari pangan, yang mana makanan tersebut melatih agar sistem imunitas selalu siaga.
“Dalam satu gram tempe terdapat 10 juta hingga 10 milyar bakteri yang baik untuk tubuh,” paparnya dalam acara yang rutin diselenggarakan atas kerjasama Komisi Ilmu Rekayasa AIPG-AIPI, IPB University dan IPMI International Business School ini.
“Kopi, coklat, teh merupakan salah satu contoh komponen pangan non gizi yang tidak hanya membuat sehat tapi juga bisa membuat penikmatnya bahagia,” ujar Prof. Antonius.
Prof Antonius juga menambahkan jika bumbu atau rempah-rempah merupakan komponen yang tidak masuk dalam kategori pangan gizi akan tetapi bumbu membuat makanan menjadi lebih berasa dan tentu membuat penikmatnya berbahagia.
“Kita perlu makan ayam yang dibumbui dan perlu komponen-komponen non gizi yang tidak kalah penting untuk membuat bahagia. Jadi pangan non gizi merupakan bagian integral makanan manusia, penting untuk kebugaran dan kebahagiaan manusia. Penting juga untuk keberlanjutan lingkungan, menghargai kearifan lokal yang rasional untuk kebutuhan pangan,” pungkasnya.
Dalam kesempatan ini, Prof R Agus Sartono selaku Deputi Menteri Bidang Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) hadir mewakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia.
Ia menyampaikan jika peran ilmuwan di bidang pangan dan gizi sangat diperlukan. Dengan potensi sumberdaya alam dan keragaman hayati yang besar, sangat memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengelolaan, peningkatan nilai tambah serta pemanfaatannya bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara.
“Para ilmuwan dan akademisi diharapkan dapat mengembangkan potensi pangan yang bernilai gizi tinggi sehingga tidak hanya mutu yang dapat ditingkatkan tetapi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” ungkapnya.
Prof Agus juga menyampaikan jika pangan olahan bergizi yang berbasis bahan lokal juga dapat membantu kecukupan gizi masyarakat di daerah 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan) dan dalam masa darurat seperti bencana alam dan non alam. Bantuan yang dapat diberikan secara cepat tidak berupa mie instan lagi tetapi dapat diganti menjadi makanan bernilai gizi tinggi.
Penelitian dan pengembangan pangan bergizi tidak hanya berupa penemuan hal baru, tetapi dapat dilakukan juga dengan mengembangkan produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah ada. Bagaimana agar produk pangan hasil dari UMKM dapat membantu program pemerintah untuk meningkatkan perbaikan gizi masyarakat. [] Admin