Kab. Bogor

Untuk Kamu yang Mudah Lupa Sejarah

19 April 2011, saya turun langsung membimbing aktivitas membaca anak-anak di Batu Ampar Condet
Syarifudin Yunus turun langsung membimbing aktivitas membaca anak-anak di Batu Ampar Condet, 19 April 2011

Oleh: Syarifudin Yunus,

(Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka Bogor)

BOGOR-KITA.com, TAMANSARI – Memang benar. Bahwa sejarah itu peristiwa alamiah yang mungkin akan terulang kembali. Apa yang dilakukan dulu, bisa jadi akan terulang lagi.

Pada 10 tahun lalu, saat saya masih bekerja di perusahaan asuransi jiwa asing berlogo merah. Saya dipercaya mengelola aktivitas “mobil pustaka” sebagai program CSR. Seperti foto ini, tepat 19 April 2011, saya turun langsung membimbing aktivitas membaca anak-anak di Batu Ampar Condet. Lalu, siapa sangka? Tahun 2017, 6 tahun kemudian, saya pun mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di rumah saya sendiri di Desa Sukaluyu di Kaki Gunung Salak Bogor. Dan berjalan hingga kini, alhamdulillah sejarah memang punya jalannya sendiri.

Baca juga  Vaksin Covid-19, Ikhtiar Sehat Itu Penting

Kenapa TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak pun tidak terlepas dari sejarah?

Daerah ini bukan tanah kelahiran saya. Awalnya tahun 1989, saat mahasiswa tingkat I. Bikin kegiatan organisasi di salah satu villa. Bikin KKN yang diikuti 200 mahasiswa FBS UNJ. Termasuk pertama kali bertemu dengan istri dan menjadi ibu dari 3 anak saya di sini. Saat santunan anak-anak yatim tahun 1995. Dan setelah 6 tahun menikah, di tahun 2002, saya membangun rumah di Desa Sukaluyu yang kini menjadi lokasi TBM Lentera Pustaka.

Apa yang saya mau katakan di sini? Sungguh, sejarah pasti akan berulang. Maka jangan sekali-sekali melupakan sejarah, begitu kata Bung Karno. Disadari atau tidak, apa yang terjadi dan dialami seseorang hari ini, pasti ada hubunngannya dengan sejarah hidupnya.

Baca juga  Pemkab Bogor Jalin Kerjasama dengan IKEA Sentul City

Seperti pandemi covid-19 pun mengulang sejarah. Ternyata, pada 1918, Indonesia juga pernah mengalami wabah serupa virus corona. Yaitu pandemi flu 1918 atau dikenal “Flu Spanyol”. Selama 2 tahun, Flu Spanyol menggoncang dunia dan menelan korban jiwa 50 juta orang. Di Indonesia sendiri, ada 4 juta orang meninggal dunia. Jadi, pandemi covid-19 pun mengulang sejarah 102 tahun lalu.

Pembunuhan Presiden AS pun sejarah yang berulang. Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 dibunuh tahun 1865. Lalu 98 tahun kemudian, Presiden AS ke-35, John F. Kennedy dibunuh tahun 1963. Keduanya ditembak di bagian kepala, insiden terjadi di depan publik, dan terjadi di hari Jumat. Itulah sejarah nyata.

Baca juga  Ade Yasin Minta Promosi Produk Kerajinan Berbasis Industri 4.0

Tapi sayang. hari ini masih ada orang-orang yang lupa sejarah. Jadi ujub, sombong dan gampang “menghilangkan” sejarah. Siapa kita dulu, seperti apa kita sebelumnya? Sungguh, siapa pun bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa pula. Karena saya dan kita. Adalah hanya sejarah yang berulang.

Sejarah adalah waktu. Itulah mengapa, siapa pun harus gunakan waktu sebaik mungkin. Agar terukir sejarah indah, sejarah baik dan ketahuilah, orang-orang besar sepanjang sejarah adalah mereka yang lebih banyak bekerja daripada bicara. Bukan ramai di grup Whatsapp atau di media sosial. Salam literasi. []

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top