Pendidikan

FKH IPB University Gelar Pelatihan Komunikasi Profesional Veteriner

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Program Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan (PPDH), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University menyelenggarakan Pelatihan Softskill dengan topik “Pelatihan Komunikasi Profesional Veteriner Bagi Mahasiswa PPDH”. Ini karena sebagai seorang dokter hewan, ada beberapa hal yang harus dikuasai dalam menjalankan profesinya. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi yang baik.

“Kemampuan ini penting dikuasai untuk menghasilkan interaksi yang baik demi tercapainya tujuan integritas veteriner oleh dokter hewan dengan klien atau pun masyarakat luas. Pelatihan sehari tentang komunikasi profesional ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa PPDH dalam keterampilannya berkomunikasi untuk menunjang capaian karir ketika telah lulus menjadi dokter hewan kelak,” ujar Dekan FKH IPB University, Prof Deni Noviana.

Sebagai salah satu narasumber, hadir Dr Ninuk Purnaningsih, Dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University. Dr Ninuk membawakan materi komunikasi profesional veteriner.

Menurutnya, komunikasi profesional adalah komunikasi yang bersifat membangun (development communication) dengan metode sistematis yang ditujukan demi terselesaikannya masalah yang ada dalam masyarakat. Dalam membangun sebuah komunikasi profesional diperlukan kredibilitas dari pelaku pemberi informasi sehingga target interaksi dapat mengikuti arahan yang diberikan.

Baca juga  Cerita Mahasiswi IPB University yang Jadi CEO Telkomsel Sehari, Gantikan Hendri Mulya Syam

Sementara itu, drh Soenarti D Waspada, MSi selaku Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Barat II menyebutkan bahwa komunikasi dalam bidang praktisi ini punya peran besar. Komunikasi yang buruk menjadi salah satu alasan hilangnya klien dokter hewan hingga 20 persen per tahun.

“Tutur kata, pemilihan kosa kata, bahasa tubuh dan empati diperlukan dalam penyampaian pelayanan medikasi kepada klien. Komunikasi diketahui menjadi kunci dalam memperoleh informasi kondisi dan riwayat kesehatan hewan dari klien, sehingga komunikasi harus bersifat terbuka (dua arah). Meski begitu dokter hewan dituntut untuk tetap memperhatikan privasi klien dalam setiap pelayanan medikasi. Adapun segala keputusan medikasi terhadap hewan yang terjadi di atas meja praktik harus selalu dilakukan atas persetujuan pemilik sah,” ujarnya.

Baca juga  Alumni Jurusan Jurnalistik Unpak Sharing Season dengan Juniornya  

Berdasarkan penuturan drh Soenarti, komunikasi yang baik dalam pelayanan medikasi kepada klien akan memberikan kesan (impression) yang selaras. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berpenampilan profesional, memberi sapaan kepada klien yang datang, menggunakan kalimat positif, dan berbicara dengan antusiasme tinggi.

Pentingnya kesan dalam memberikan pelayanan medikasi juga sempat diungkap oleh drh Deddy Fachruddin Kurniawan yang turut hadir sebagai narasumber ketiga.

“Kesan pertama itu penting, appearance yang Anda tunjukkan dapat menimbulkan efek banyak hal,” ungkap dokter hewan sekaligus CEO Dairy Pro Indonesia ini.

Ketua PDHI Cabang Jawa Timur II ini menjelaskan gaya berbicara harus disesuaikan dengan objek interaksi.  “Pada peternak dengan low profile diperlukan suara yang tegas namun tidak terkesan menggurui. Sementara itu pada peternak dengan level middle farmer atau pun mega farmer pemilihan kosa kata yang lebih tinggi. Ini dilakukan untuk mendapatkan atensi,” tambahnya.

Baca juga  Beroperasi di Sebuah Villa di Puncak Bogor, Polisi Tangkap 3 Pelaku Perdagangan Orang

Menurutnya, prinsip dasar komunikasi adalah memberikan kesan positif bagaimanapun situasinya. Komunikasi sendiri adalah seni yang dapat menjadi alat untuk meng-handle banyak hal.

Hal serupa juga dijelaskan oleh drh Moch Arief Cahyono, MSi, dokter hewan yang juga merupakan Komisi III PB PDHI sebagai narasumber keempat. Drh Arief secara khusus memaparkan peran komunikasi oleh dokter hewan dalam lembaga pemerintahan.

Menyikapi rasa keingintahuan publik akan kinerja pemerintah maka keterbukaan informasi diperlukan. Menurut drh Arief, keterbukaan ini dapat menjadi sarana untuk mencerdaskan masyarakat mengenai informasi kesehatan hewan. Dalam hal ini komunikasi menjadi hal yang sangat dipertimbangkan.

Dokter hewan yang tergabung dalam humas pemerintah dengan mandat fungsi manajemen dalam bidang informasi dan komunikasi mengambil peran komunikator, desiminator, serta katalisator terhadap sikap publik.

“Dokter hewan bertugas dalam mengatasi turbulensi informasi yang bertebaran di masyarakat luas agar tidak menimbulkan kegelisahan massal,” tutupnya. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top