Kota Bogor

Diperoleh dari Alam Gaib, BBRP Pamerkan Pusaka Caluk, Pusaka Zaman Atlantis 

BOGOR-KITA.com – Sebanyak 80 benda pusaka yang terdiri dari kujang, tombak, pedang, keris dan benda – benda pusaka bersejarah lainnya dipamerkan di lantai 4 Mall Bogor Trade Mall (BTM), Kota Bogor. Pameran yang digelar Barisan Benteng Raya Padjajaran (BBRP) Bogor, berlangsung selama dua hari yakni 24-25 Oktober 2018.

Ketua Umum BBRP Atma Wirya (tengah)

Dari sekian banyak benda pusaka yang dipamerkan, ada satu pusaka yang unik bahkan pusaka tertua dari zaman Limuria atau zaman Atlantis sebelum masehi yang bernama  Pusaka Caluk.

Menurut literatur, caluk adalah sebuah benda tajam seperti golok. Namun, berbeda dengan golok atau keris, senjata ini memiliki lengkungan pada bagian ujung dan terdapat kapak di tengah-tengah bilah. Pada zaman dahulu Caluk digunakan untuk kegiatan sehari-hari, tetapi bisa juga digunakan untuk membela diri.

Baca juga  DPC Askonas Edukasi dan Beri Makanan Bergizi ke Anak Terdampak Stunting

Menurut Ketua Umum BBRP Bogor, Drs. Atma Wirya, Pusaka Caluk ini adalah pusaka yang muncul kembali setelah dipegang oleh raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Tarumanegara, Ratu Jayasingawarman.

Pusaka ini pernah berada di India karena memang Raja Jayasingawarman Singawarman keturunan India sehingga berangkat ke India untuk pengangkatan putra mahkota dan seterusnya sampai akhirnya ke pendiri Padjajaran, Eyang Jaya Dewata saat meminang Putri Raja Sunda Kentring Manik.

“Pusaka ini terakhir dipegang oleh beliau dan saat ini dipegang atau disimpan oleh saya. Saya mendapatkan pusaka ini dari alam ghaib, bukan dari dunia manusia dan didapatkannya sekitar lebih dari 10 tahun lalu,” ucap Atma Wirya.

Baca juga  Hadiri Pameran di Regina Pacis, Dedie Minta Pelajar Harus Miliki Integritas

Pusaka ini, lanjut Ki Atma sapaan akrabnya, terbuat dari batu dan lebih uniknya sekilas terlihat seperti batu biasa, namun saat difoto pusaka ini akan berubah menjadi warna emas.

“Pusaka – pusaka ini khususnya kujang dahulunya sebagai simbol jati diri, sedangkan pusaka lainnya seperti keris, tombak, pedang itu bisa dijadikan sebagai senjata atau alat untuk melawan saat perang,” jelasnya.

Ki Atma menuturkan, pameran ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dengan sasaran di antaranya anggota BBRP sendiri, anak sekolah, turis mancanegara dan masyarakat umum.

Ki Atma berharap, melalui pemeran ini masyarakat atau turis mancanegara bisa mengenal sejarah pusaka terlebih sejarah Padjajaran, karena Bogor ini dahulunya dari Kerajaan Padjajaran.

“Setidaknya masyarakat mengetahui bahwa orangtua kita terdahulu atau nenek moyang kita memiliki budaya tinggi,” ungkapnya.

Baca juga  Benteng Bogor Raya Pajajaran Peringati Sumpah Pemuda dengan Dialog Kebangsaan

Masih kata Ki Atma, sejarah pusaka ini juga mengajarkan untuk menghargai bahwa orangtuaterdahulu atau nenek moyang memiliki teknik serta ilmu dan pengetahuan yang luas.

Pameran ini juga bisa membuat masyarakat lebih mencintai sejarah atau bahasa Sunda. “Buruk Buruk Papan Jati, Jore Jore Ge Lembur Sorangan, Saha Deui Lamun Lain Urang, Iraha Deui Lamun Lain Ayeuna.”

“Seperti halnya tulisan yang di Lawang Salapan ‘Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Sejak Ayeuna Sampeureun Jaga’ yang artinya tidak akan ada saat ini jika tidak ada masa lalu. Jadi inilah salah satu aplikasi yang bisa kita berikan kepada masyarakat,” pungkas Atma. [] Fadil

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top