Netizen

Bincang Beasiswa Luar Negeri Bareng Klikcoaching

NETIZEN – BOGOR-KITA.com – Semangat anak muda untuk berkontribusi bagi Indonesia membuat mereka bersemangat untuk mendapatkan beasiswa lanjut studi ke luar negeri.

Demikian kesimpulan dari bincang beasiswa yang digelar Klikcoaching, sebuah platform profesional yang memberikan layanan mentoring online kuliah ke luar negeri yang digelar di IDX Incubator Menara Mandiri, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta (14/2/2018).

Founder dan CEO Klikcoaching Budy Sugandi menjelaskan bahwa acara tersebut menghadirkan para alumni penerima beasiswa luar negeri yang menceritakan pengalaman mereka dalam mendapatkan beasiswa, kisah hidup di luar negeri, membangun jaringan, serta bagaimana tetap tips dan trik meningkatkan kapasitas bahasa asing.

Hadir sebagai pembicara beberapa alumni luar beasiswa luar negeri seperti Ismail Suardi Wekke (Ford Foundation, Amerika), Naeli Fitria (Chevening, UK), Sitta Rosdaniah (Australia Awards), Fadhilah (Stuned, Belanda), Fadlan Muzakki (beasiswa Pemerintah RI-Tiongkok), Prilo Sekundiari (Erasmus), dan Yanuardi Syukur (program short-term Muslim Exchange Program, Australia-Indonesia Institute).

Baca juga  Disdik Kota Bogor Yakin, Tahun Depan Lebih Banyak Sekolah Gelar UN CBT

Ismail Wekke bercerita bahwa pengalamannya kuliah PhD di Universiti Kebangsaan Malaysia memberikannya banyak pengetahuan dan jaringan. “Bahkan, beberapa universitas di negeri jiran itu lebih tinggi rangkingnya dibanding universitas terbaik di Indonesia,” lanjut Wekke yang aktif sebagai dosen STAIN Sorong, Papua Barat.

Naeli Fitria, alumni beasiswa Chevening UK bercerita bagaimana pengalamannya waktu kuliah di Inggris. “Mendapatkan nilai terbaik itu tidak gampang di UK, tapi kita berusaha keras untuk itu,” lanjut Naeli yang alumnus UIN Jakarta dan Birmingham University.

Fadhilah, alumnus beasiswa Stuned di Erasmus University, Rotterdam menjelaskan soal trik belajar bahasa asing. Bagi Dhila, mereka yang ingin ke luar negeri harus serius mempersiapkan keterampilan bahasa asing sebaik mungkin, apakah itu IELTS atau TOEFL.

Sementara itu, Prilo Sekondiari, alumnus beasiswa Erasmus menceritakan soal pilihan beasiswa. Kata Prilo yang juga tenaga ahli di DPR tersebut, seorang pelamar beasiswa bisa mencoba berbagai beasiswa, namun pada akhirnya ia harus memilih salah satunya.

Baca juga  HMI Kota Bogor Gelar Pengobatan Gratis dan Sunatan Massal

Yanuardi Syukur, penerima beasiswa LPDP menuturkan bagaimana ia mempertimbangkan segala sesuatu dalam lanjut kuliah. Awalnya, beasiswa dia adalah PhD ke Australian National University, akan tetapi, pertimbangan kedekatan dengan ketiga anaknya membuatnya memilih ke dalam negeri.

“Bagi saya, kuliah itu sama dengan kehidupan itu sendiri. Kita bisa memilih dimana pun kita belajar,” lanjut Yanuardi yang aktif sebagai Ketua Forum Alumni Muslim Exchange Program (MEP) Australia-Indonesia dan penulis puluhan buku tersebut yang bermotto ‘Di mana pun kamu ditanam, berkembanglah!”

Sitta Rosdaniah, alumnus PhD dari Australian National University bercerita pentingnya memiliki tabungan ketika hendak lanjut studi. “Bagaimana pun juga, memiliki tabungan itu penting untuk membantu proses kita kuliah,” kata Sitta yang kini bekerja di kementerian BUMN.

Di Australia, ia juga melihat banyak rekannya yang juga bekerja. “Ada banyak pekerjaan formal dan informal yang dapat dijalankan oleh mahasiswa Indonesia di sana, akan tetapi harus benar-benar bisa membagi waktu untuk kuliah dan pekerjaan,” lanjut Sitta.

Baca juga  IPB University dan Himpunan Alumni Gelar Diaspora Talk: Membidik Beasiswa di Negeri Sakura

Pamungkas dari bincang beasiswa ini berasal dari Fadlan Muzakki, alumnus penerima beasiswa dari Pemerintah RI dan Tiongkok. Kata Fadlan, semua putra-putri Indonesia yang melanjutkan studi haruslah berkontribusi untuk Indonesia yang kontribusi itu tidak harus menunggu selesai kuliah.

“Saat kuliah, kita bisa berkontribusi dalam berbagai aktivitas baik itu akademik mau pun sosial,” lanjut Ketua PPI Tiongkok yang pernah menjadi presenter terkait relasi Indonesia-Tiongkok di Harvard University, Amerika Serikat.

Acara yang digelar Klikcoaching ini menarik minat para peserta untuk melanjutkan studi. Bahkan, ada orang tua yang rela hadir karena anaknya berhalangan. “Klikcoaching sebagai platform layanan mentoring online sangat bersedia membantu rekan-rekan yang ingin melanjutkan studi,” pungkas CEO Klikcoaching yang juga kandidat doktor dari Southwest University, Tiongkok tersebut. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top