Menelusuri Jalan Sabang: Jejak Rasa dan Cerita di Jantung Jakarta
Kania Syifa Maulida
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB
BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Jakarta itu kota yang nggak pernah tidur, selalu sibuk dengan segala aktivitasnya. Tapi di tengah hiruk-pikuk ibu kota, ada satu jalan yang punya suasana berbeda yaitu, Jalan Sabang. Bukan cuma sekadar jalanan biasa, tempat ini penuh cerita, kenangan, dan tentunya makanan enak yang bikin orang selalu balik lagi.
Jejak Sejarah di Sepanjang Jalan
Jalan-jalan di Jalan Sabang terasa seperti masuk ke mesin waktu. Siang hari, kawasan ini ramai dengan pekerja kantoran, mahasiswa, dan turis yang lalu-lalang. Tapi saat malam tiba, suasananya berubah total. Lampu jalan mulai menyala, aroma makanan tercium di mana-mana, dan warung-warung tenda mulai buka.
Dulu, Jalan Sabang dikenal sebagai Jalan Haji Agus Salim. Dari dulu sampai sekarang, tempat ini jadi titik kumpul banyak orang dari berbagai latar belakang. Entah buat makan enak, ngobrol santai, atau sekadar menikmati vibes malam Jakarta. Tiap sudut jalan ini seperti punya cerita sendiri.
Bakmi Roxy, Nostalgia Masa Kecil yang Nggak Pernah Gagal
Sedari kecil, saya sudah sering diajak ke Jalan Sabang buat wisata kuliner. Salah satu tempat favorit saya? Bakmi Roxy. Warung tenda ini buka dari habis Maghrib sampai tengah malam, jadi cocok banget buat yang lapar di jam-jam rawan.
Menu di sini simpel tapi ngangenin. Ada mie ayam, mie yamin, bihun ayam, sampai kwetiau. Tapi yang paling juara menurut saya adalah Mie Ayam Kuah Bening—kuahnya gurih, kaldunya berasa, ditambah taburan daun bawang yang melimpah. Mienya juga pas, kenyal tapi tidak terlalu tipis. Bikin nagih!
Harganya juga bersahabat. Mulai dari Rp 17.000 saja sudah bisa mendapat seporsi mie ayam yang mengeyangkan. Kalau mau ekstra kenyang, bisa pesan Mie Ayam Ceker atau Mie Ayam Bakso Pangsit Ceker seharga Rp 28.000. Tiap kali makan di sini, rasanya kayak nostalgia ke masa kecil—momen sederhana yang bikin hati hangat.
Warung Makan Ibu Wati, Tempat Andalan Para Pekerja Kantoran
Tidak jauh dari Bakmi Roxy, ada lagi tempat makan yang nggak kalah legendaris: Warung Makan Ibu Wati. Ini dia tempat favorit banyak pekerja kantoran yang kerja di sekitar Jalan Sabang, termasuk Nur Rahmawati, pelanggan setia sejak lima tahun lalu.
“Saya sering ke sini karena makanannya enak, murah, dan porsinya pas. Kalau saat makan siang kerja malas bingung mau makan apa, tinggal mampir ke Warung Ibu Wati,” kata Nur sambil menikmati sepiring nasi campur dengan lauk yang menggugah selera.
Warung ini spesialis masakan rumahan. Dari ayam goreng, rendang, sayur asem, sampai tempe orek, semuanya punya rasa khas yang bikin kangen. Buat mereka yang ingin makan enak tanpa ribet, tempat ini selalu jadi pilihan.
Tradisi yang Tetap Hidup di Tengah Jakarta yang Semakin Modern
Jakarta boleh makin maju dengan gedung-gedung tinggi dan teknologi canggih, tetapi Jalan Sabang tetap punya daya tariknya sendiri. Pedagang lama dan baru berbagi ruang, menciptakan harmoni antara yang klasik dan modern. Ada beberapa tempat makan yang mulai mengikuti tren baru, tapi tetap menjaga cita rasa otentiknya.
Yang membuat Jalan Sabang berbeda bukan cuma makanannya, tetapi juga suasananya. Duduk di kursi plastik pinggir jalan, makan mie ayam hangat sambil menikmati angin malam Jakarta, pengalaman ini susah ditemukan di tempat lain. Mungkin ini yang membuat orang-orang selalu balik lagi ke Jalan Sabang. Bukan cuma untuk makan, tapi untuk merasakan suasana yang sudah jadi bagian dari sejarah kota ini.
Jalan Sabang, Lebih dari Sekadar Jalanan Kota
Jalan Sabang itu bukan sekadar tempat makan enak, ini adalah bagian dari kehidupan Jakarta. Tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu, di mana makanan dan kenangan berpadu dalam satu pengalaman yang khas. Untuk yang pernah singgah di sini, Jalan Sabang pasti punya tempat spesial di hati.
Jakarta mungkin terus berubah, tetapi Jalan Sabang tetap setia menjaga rasa dan kenangan yang tidak tergantikan.