Kota Bogor

Hasil Survey Covid-19 Kota Bogor Jadi Acuan Penganggaran 2021

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Hasil survey covid-19 yang dikerjakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Lapor Covid-19 yang melibatkan saintis dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura, akan dijadikan landasan membuat anggaran tahun 2021.

“Hasil survei tersebut akan selalu menjadi landasan kebijakan Pemkot Bogor dalam mengambil keputusan, tidak hanya untuk penerapan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK), namun juga untuk kepentingan anggaran tahun 2021, sehingga diketahui mana yang lebih diprioritaskan,” kata Walikota Bogor Bima Arya di Balai Kota Bogor, Jumat (11/09/2020).

Survey itu sendiri bertajuk Survei Persepsi Risiko Covid19 Kota Bogor,.menyasar sebanyak 21,803 responden, di mana 21,544 di antaranya dinyatakan valid.

Pengumpulan data dilakukan mulai 15 Agustus sampai dengan 1 September 2020, dengan metode pengumpulan data adalah quota sampling dengan variable penduduk per kelurahan.

Baca juga  BEM KBM Unpak Bogor Paparkan Kajian Transportasi

Survei dilakukan secara online melalui platform Qualtrics yang disebar melalui aplikasi pesan instan (WhatsApp) kepada warga kota Bogor.

Penyebaran kusioner dilakukan oleh Pemkot Bogor. Metode Analisis Menggunakan formula Spearman rho untuk mengukur korelasi antar variabel dan faktor demografi.

Dalam rilis Pemkot Bogor disebutkan, berdasarkan hasil survei persepsi warga Kota Bogor terhadap Covid-19 berada di skor 3,212. Hasil ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan Jakarta, yakni 3,30 dan Surabaya 3,42.

Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan Profesor Sosiologi Bencana dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Prof. Sulfikar Amir, secara umum warga kota Bogor mengaku menjaga protokol kesehatan secara baik namun lebih rendah dibanding Jakarta dan Surabaya.

Sementara, tingkat pengetahuan dan Informasi mengenai kondisi pandemi masih rendah dan harus terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber informasi yang dipercaya publik.

Baca juga  Guru SD dan SMP di Kota Bogor Diklat Teknis Pengelolaan Keuangan

Kondisi sosial dan ekonomi cukup memprihatinkan dan memiliki dampak signifikan terhadap rendahnya persepsi risiko secara umum.

Sikap warga kota Bogor terhadap test Covid-19 juga cenderung rendah, kecuali untuk aspek contact tracing yang sudah mencapai nilai ideal.  Secara keseluruhan Kota Bogor mencapai nilai RPI yang rendah sebesar 3.21.

Nilai ini paling rendah dibandingkan Jakarta dan Surabaya. Artinya, secara kolektif warga Kota Bogor cenderung menganggap remeh risiko penularan Covid-19 dan CovidMood kota Bogor menunjukkan suasana psiko-sosial yang optimis. Kondisi ini memungkinkan penerapan pembatasan sosial secara lebih ketat.

“Dilihat dari jumlah sebaran, survey ini sangat ideal dan proporsional di semua wilayah. Yang paling mendasar dari survei adalah sebaran geografi dan kualitas sampel, dari seluruh kelurahan ada 12 yang kurang maksimal namun angkanya tetap bagus, secara keseluruhan respondennya cakap,” kata Bima Arya.

Baca juga  Polresta Bogor Kota Bakal Luncurkan Program Polisi Penolong   

Profil responden, mayoritas laki-laki sebanyak 52,64 persen, sedangkan wanita sebanyak 46,64 persen.

Dari aspek pekerjaan sebanyak 29,27 persen responden didominasi ibu rumah tangga, selanjutnya pegawai swasta (17,74 persen), pekerja harian (13,69 persen) dan usaha sendiri (9,8 persen).

Latar pendidikan, dominan adalah lulusan SMU sederajat sebanyak 47,43 persen, sarjana 17,31 persen, SMP 13,16 persen, SD 10,29 persen, diploma 7,34 persen dan pasca sarjana (4,47 persen).

Ini mewakili kondisi demografis secara keseluruhan. Dan hampir 17 persen responden pernah dan memiliki komorbid. [] Hari/Prokompim

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top