Kab. Bogor

TNGHS Minta Pemkab Urus Izin Bila Perbaiki Jalan

BOGOR-KITA.com – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor memperbaiki ruas jalan yang menghubungkan Kampung Ciawi Tali dan Parakan Sagu serta Warung Tilu Bedeng, di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, terbentur atau terkendala birokrasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Pihak TNGHS menyaratkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor harus meminta izin untuk yang kedua kalinya jika ingin memperbaiki jalan sepanjang 3 kilometer tersebut. Padahal, anggaran untuk perbaikan lajur yang selama ini menjadi tulang punggung dalam meningkatkan perekonomian warga, terutama petani itu, sudah tersedia.

“Dana sudah ada, sebesar Rp2,4 miliar yang berasal dari Pemerintah Propinsi. Tapi dalam pelaksanaannya, kami kudu sungkem kepada Kementrian Kehutanan (Kemenhut) dan harus melalui birokrasi yang pabeulit (rumit-red),” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jalan dan Jembatan wilayah Ciampea, Agus Sukwono, kepada PAKAR, Minggu (9/11).

Baca juga  Cara Unik Puskesmas Puraseda Kampayaken Kesehatan Dengan Bukan Photo Biasa

Hal senada juga dituturkan Kepala Desa Gunung Picung, Oman yang mengaku akibat tak mendapat restu dari TNGHS, kondisi jalan Kampung Ciawi Tali tersebut, selama lima tahun terlantar dan sulit dilalui warga karena tingkat kerusakan cukup parah di sejumlah titik.

"Padahal untuk perbaikannya sudah berkali kali diajukan. Sekarang Kami memohon kepada pemerintah Kabupaten Bogor dan pihak Kemenhut RI agar lebih memperhatikan nasib rakyat di pelosok kampung pedesaan yang membutuhkan infrastruktur jalan yang baik untuk kesejahteraan," ujar kades.

Sementara itu, Tatang, salah seorang tokoh masyarakat mendesak TNGHS untuk segera memberikan izin kepada Pemkab Bogor agar lajur yang selama ini digunakan oleh masyarakat petani di lima rukun tetangga (RT) tersebut dapat diperbaiki.
"Aneh memang, dulu sudah diizinkan, tapi kini tiba tiba kini dipersoalkan. Apalagi di saat mau dihotmix oleh pemkab, masa sih harus minta izin lagi ke Kemenhut, konyol," kesalnya.
Tatang merasa aneh dengan sikap TNGHS.  “Saya kerap dimata-matai apabila melintas gerbang wisata Gunung Bunder membawa hasil kebunn menuju Pasar Bogor. Bahkan sering dimintai uang kutipan di atas Rp20 ribu oleh petugas penjaga gerbang. Inikan konyol sekali, pungli tuh namanya."gerutunya.
Masih kata Tatang, atas nama warga ia berharap pihak Kemenhut punya rasa kemanusiaan, mengingat jalan satu satunya yang dimiliki warga itu, kini kondisinya sudah hancur parah,. "Ya, Kemenhut dan TNGHS tolong manusiawi lah," pintanya. [] Harian PAKAR/Admin

Baca juga  500 Perencana Kota se-Dunia akan Kumpul di Bogor
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top