BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Alumnus IPB University terus berkarya. Sebelumnya berkarya di Afrika dengan mengolah ubi jalar menjadi pencegah stunting dan lain sebagainya. Kali ini ditoreh oleh seorang alumni usia muda, bernama Annisa Hasanah.
Karya Annisa Hasanah terkait dengan Ecofunopoly. Ecofunopoly merupakan suatu terobosan yang menjadi salah satu alternatif permainan edukatif untuk mengenalkan lingkungan kepada anak-anak. Ecofunopoly pertama kali dirintis oleh Annisa Hasanah, alumnus muda IPB University saat dirinya masih di bangku kuliah semester 4 di Departemen Arsutektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2009. Annisa merintis inovasi permainan edukatif tersebut bersama sahabatnya, Namira Andiani.
Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Jumat (2/10/2020) disebutkan, berkat kerja keras dan niat baik untuk membentuk generasi yang ramah lingkungan, Annisa Hasanah sebagai founder dari EcoFun Indonesia meraih penghargaan sebagai pemenang award pada SDGs & Her Competition yang digelar oleh World Bank (30/9/2020).
Annisa merupakan satu diantara 2400 peserta dari seluruh dunia pada ajang ini. Annisa mewakili Asia Pasifik dan berhasil bersanding dengan enam pemenang lainnya yang berasal dari berbagai negara yaitu Palestina, Nigeria, Pakistan, Zambia, Yunani, dan Costa Rica.
“Merasa terapresiasi dan senang mengetahui karya saya diakui oleh lembaga sebesar World Bank lewat penghargaan ini. Dan saya juga baru tahu bahwa kompetisi ini diikuti oleh 2400 pelamar. Kadang saya merasa sumbangsih saya belum ada apa-apanya. Sering ada perasaan belum layak. Namun saya anggap ini sebagai apresiasi yang bisa saya jadikan sebagai penyemangat untuk terus berusaha dan konsisten berjuang,” terangnya.
Annisa menjelaskan, awal mula terinspirasi dalam membuat inovasi permainan edukasi Ecofunopoly yaitu dari keresahan atas fenomena tak sedikitnya perilaku buruk manusia terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Keresahannya tersebut akhirnya mendorongnya untuk membawa isu lingkungan di kalangan generasi muda dengan metode edukasi yang mudah dan menyenangkan agar anak-anak muda lebih sadar terhadap lingkungan.
“Saya waktu kecil sering main game, hal itu membuat saya tercetus untuk membuat papan permainan. Awal mula buat game-game tersebut bukan untuk bisnis, ternyata karya ini diberi jalan untuk naik kelas ke taraf internasional. Pertama-tama saya produksi kecil-kecilan, lalu setelah itu semakin berkembang. Dan sejauh ini kita sudah berkolaborasi dengan banyak lembaga seperti IFRC, UNESCO, YSEALI, UN Volunteers,” tambahnya.
Menekuni dunia usaha tentu tidak selalu mulus, Ecofun Indonesia juga merasakan dampak kerugian dengan adanya COVID-19, karena basis board game Ecofunopoly adalah permainan yang dimainkan beramai-ramai. Namun kemudian, Annisa bersama timnya melakukan penyesuaian selama pandemi dengan beralih sebagai penyedia jasa online training dan workshop menggunakan game Ecofunopoly.
Bagi Annisa, penghargaan internasional tersebut, menjadi momen pembuka titik cerah untuk terus melakukan pengembangan terhadap usahanya. “Harapan dari pencapaian internasional ini, secara realistis saya berharap bisa menjaring customer dan jaringan baru yang nantinya bisa menyempurnakan bisnis ini. Karena sekarang kita sedang survival mode ya, yang penting cashflow jalan saja itu sudah kita syukuri. Kami juga berharap ini bisa menjadi momentum penting bagi sejarah usaha Ecofun Indonesia dalam mewakili dan membawa nama baik Indonesia di kancah internasional,” tutupnya. [] Admin