Laporan Utama

Pakar Gizi IPB University: Asupan Sayur dan Buah untuk Lawan COVID-19

Prof Ali Khomsan

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Dalam upaya menangkal infeksi virus atau bakteri, seseorang harus mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Hal itu, antara lain dipengaruhi asupan vitamin C yang memadai. Di saat COVID-19 merebak menjadi pandemi, anjuran meningkatkan makan sayur dan buah sebagai sumber vitamin C untuk kekebalan tubuh sangat penting.

Hal ini disampaikan Prof Ali Khomsan, Guru Besar IPB University, dalam rilis IPB University Senin (5/7/2021). Pakar Gizi IPB University ini menyebutkan Organisasi Kesehatan Dunia/WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah 400 gram setiap hari, yang terdiri dari 250 gram buah dan 150 gram sayuran. Akan tetapi sayang sekali, konsumsi rata-rata penduduk Indonesia hanya mencapai sekitar 100 gram.

“Indonesia sebagai negara tropis dikaruniai beragam tumbuhan, termasuk sayuran, buah-buahan, dan pangan nabati lainnya. Indonesia dikenal sebagai pusat biodiversitas buah. Ada 24 spesies mangga dari 35 spesies mangga dunia, 37 spesies pisang dari 76 spesies pisang dunia. Demikian juga dengan tanaman manggis, durian, salak, dan lain-lain,” papar Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia IPB University ini.

Kata dia, terdapat lebih 104 jenis tumbuhan buah berpotensi tinggi dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dari sekitar 369 ribu spesies tumbuhan di dunia, sekitar 10 ribu sebenarnya dapat dimakan. Dari 10 ribu spesies ini, baru 10 spesies yang menyediakan kalori dan protein tinggi kepada 60 persen penduduk dunia. Tumbuhan bernilai ekonomi tinggi yang menyediakan vitamin dan mineral tinggi baru sekitar 50 spesies. Untuk dapat mengelola sumber daya hayati bagi kesejahteraan masyarakat dan mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia, diperlukan kapasitas dan kreativitas para ahli dan pemerhati dalam mengembangkan dan menerapkan iptek biologi.

Baca juga  BPOM Terbitkan Persetujuan Penggunaan Darurat Vaksin Sinopharm sebagai Booster

Lebih lanjut, ahli penanggulangan stunting IPB University ini menyebutkan bahwa pola makan gizi seimbang yang dianjurkan Kementerian Kesehatan dapat menjadi acuan untuk meraih hidup sehat dengan kekebalan tubuh yang tinggi.  Konsumsi pangan hewani yang banyak mengandung ‘seng’ bermanfaat untuk kekebalan tubuh. Demikian pula konsumsi sayuran dan buah setiap hari hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan keluarga sehari-hari.

Prinsip gizi seimbang ialah makan beraneka ragam pangan yang mengandung karbohidrat (pangan pokok), protein (lauk-pauk), vitamin/mineral (sayur dan buah), dan olahraga untuk menjaga kebugaran.

“Manfaat lain dari konsumsi sayur dan buah ialah kandungan seratnya yang tinggi. Serat sering disebut the forgotten nutrient (zat gizi yang dilupakan) karena pada awalnya kita tidak mengetahui fungsi serat yang umumnya tidak dapat dicerna sistem pencernaan manusia.  Baru ketika diketahui bahwa serat berguna untuk melancarkan pembuangan, menurunkan kolesterol, mengurangi risiko penyakit jantung dan mencegah kanker kolon, serat semakin disadari sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan manusia,” imbuhnya.

Baca juga  Jokowi Umumkan Reshuffle Kabinet, Sandiaga Uno Menparekraf, Tri Risma Harini Mensos

Pakar Gizi Masyarakat IPB University ini juga ungkapkan pula hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor yang menyebutkan konsumsi serat rata-rata orang Indonesia ialah 10,5 gram per hari. Padahal anjuran gizi menyarankan asupan serat 20-30 gram per hari.

“Jadi, benar kalau dikatakan bahwa orang Indonesia kurang serat. Padahal, sayuran dan buah-buahan sumber serat tumbuh subur di Indonesia. Harganya pun tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan pangan lain seperti pangan hewani.  Jadi, tampaknya masyarakat perlu mendapatkan informasi lebih banyak tentang manfaat sayur dan buah sehingga konsumsi seratnya bisa ditingkatkan,” tuturnya.

Kesadaran gizi dalam hal konsumsi sayuran, mutlak diperlukan. Masyarakat Indonesia rasanya tidak mempunyai kendala ekonomi untuk mengonsumsi sayuran lebih banyak. Hanya pola budaya dan kebiasaan makan yang harus diperbaiki sehingga sayuran akan menjadi menu sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga. Kesadaran gizi perlu ditunjang dengan pemahaman tentang masalah sanitasi sehingga cara pengolahan sayuran di tingkat rumah tangga bisa lebih aman dan memenuhi syarat kesehatan. Membiasakan mengonsumsi sayuran mentah sebagai lalap sebenarnya masih berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan akibat mikroba (jasad renik). Mencuci pada air mengalir kemudian mengukus atau merebus sayuran ialah cara aman untuk mengonsumsi sayuran secara sehat.

Baca juga  Gandeng DDV Helat Remember, PPJI bersama Pemprov DKI Jakarta, TMII, Perpapindo, dan Rumah Lebah Peduli, Ajak Anak-anak Yatim Nostalgia Berbagi Kebahagiaan

Pada dasarnya, semua pihak baik petani maupun konsumen harus waspada bahwa sayuran bisa menjadi salah satu pemicu gangguan kesehatan. Kecuali sayuran tersebut ditanam, dipanen, dan diolah dengan baik sehingga memenuhi syarat-syarat keamanan pangan. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), harus menjadi panduan masyarakat untuk meraih kesehatan yang optimal. Germas menekankan pada lima aspek, yaitu peningkatan aktivitas fisik, edukasi dan perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, pencegahan dan deteksi dini berbagai penyakit, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Anjuran Germas ini sejalan dengan tantangan kesehatan akibat pandemi COVID-19 yang kini sedang kita hadapi. “Kesehatan manusia tidak selamanya berada dalam kondisi optimal karena fluktuasi lingkungan. Saat ini, ketika negara dalam kondisi ancaman kesehatan yang serius akibat COVID-19, upaya menjaga kekebalan tubuh menjadi sangat penting,” tutupnya. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top