Regional

IKA PMII KOMFISIP: Generasi Milenial Jangan Golput

BOGOR-KITA.com – Ketua IKA PMII KOMFISIP Dinno Brasco mengatakan Golput adalah cermin tidak mampu bertanggung jawab atas hak politik yang diberikan negara. Bisa jadi golput adalah mendukung sistem kerajaan dibanding demokrasi. Apa mereka mau merubah sistem demokrasi saat ini? Golput tidak akan bermanfaat, karena Paslon Capres akan tetap terpilih.

Hal tersebut dikemukakan Dinno Brasco dalam diskusi publik di Insomniak Café, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (27/3/19).

Dinno Brasco menilai fenomena mengkhawatirkan dalam politik saat ini adalah polarisasi masyarakat. Saat ini terjadi pengelompokan massa, yang mengakibatkan perjuangan atas nama kelompok, bukan atas kepentingan bersama sebagai sebuah bangsa.

Sementara, aktivis Gerakan Milenial, Ali Rahman mengatakan Indonesia adalah negara aman dan sejahtera, sehingga ketentraman dan keamanan ini harus dijaga. Sebagai generasi milenial, kita harus bisa menyaring berita yang kita baca. Media sosial memiliki pengaruh yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan menjadi media harapan yang tinggi bagi kalangan generasi milenial dalam menjaga keamanan dan ketentraman.

Baca juga  Kampus IPB Ternodai Narasi Pilpres

Ali Rahman juga menyoroti terkait visi dan misi para calon presiden yang akan mengikuti kontestasi di Pilpres 2019.

Lebih lanjut Ali menyampaikan Jokowi dan Prabowo punya visi misi masing-masing dalam mencalonkan diri di Pilpres. Kita harus menghadapi situasi ini dengan dewasa. Kita boleh berbeda pilihan, berbeda pandangan politik, tetapi harapan besar adalah jangan sampai kita terpecah gara-gara Pilpres.

Menurut Ali masih banyak yang bisa kita sumbangkan untuk mendukung Pilpres, tanpa permusuhan, gunakan hak pilih itu penting.  Golput adalah sikap protes pada keadaan. Tapi tidak ada gunanya, karena tidak ada kelanjutannya, justru sistem akan tetap berjalan dan kebijakan masa depan pun akan berjalan. Golput adalah sikap bodoh yang tidak bertanggungjawab.

Baca juga  Hasil Penelitian Akademisi Dibutuhkan untuk Mendorong Pembangunan Jabar

Sedangkan Direktur Youth Development of Indonesia, Aprilian Cena yang turut hadir dalam diskusi tersebut menyoroti terkait toleransi dalam perbedaan yang saat ini seakan telah hilang.

Aprilian Cena menyampaikan bahwa Istilah cebong dan kampret menjelaskan bahwa ada sosok yang tidak bisa menerima perbedaan.

“Indonesia adalah negara yang mayoritas berpenduduk Islam terbesar di dunia, sehingga seharusnya toleransi dalam perbedaan menjadi suatu hal yang bisa dibanggakan di hadapan dunia,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dinamika politik demokrasi di Indonesia saat ini belum dewasa. Puber politik dalam demokrasi ini terjadi karena mental yang belum dewasa dalam berpolitik. Padahal, negara yang mayoritas penduduknya Islam yang sukses melakukan demokrasi, selain Turki, adalah Indonesia.

Baca juga  DPRD Jabar Minta Anggaran Dinas Kehutanan jadi Prioritas

“Golput adalah penghambat dalam pembangunan nasional. Golput tinggi akan menimbulkan chaos, terutama dalam sektor ekonomi, sehingga dampak politik tersebut akan merusak ekonomi nasional,” katanya.  [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top