Nasional

Hariman pada Peringatan 42 Tahun Malari: Jokowi Itu Adik Kita

BOGOR-KITA.com – Peringatan 42 Tahun peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Jumat (15/1/2016) malam, dibarengi peluncuran buku Teguh Esha. Hadir dalam acara itu sejumlah tokoh dari berbagai kalangan, meliputi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier, mantan Mensesneg yang juga senior Partai Golkar Akbar Tandjung, AS Dilon, mantan Panglima TNI Djoko Santoso, anggota Wakil Ketua DPR Fachri Hamzah, Khatibul Umam Wiranu, Ketua Yayasan Kalimasadha Nusantara Eddy Junaidi, Sekjen Peradi Sugeng Teguh Santoso, Ketua Presidium IPW Neta S Pane dan lain sebagainya. Ruangan Teater Kecil berlantai dua itu penuh dengan aktivis yang kini berkarir di berbagai tempat mulai dari Beathor Suryadi, Standar Kiaa Latief, Toriq, dan lain sebagainya.

Acara berlangsung khikmat diawali peluncuran buku kumpulan puisi Tegus Esha berjudul Indosara. Sebelum berpidato, Hariman Siregar memimpin pembagian buku kepada personel mantan Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia yang dulu diketuai Hariman Siregar.

Hariman tampak santai menyampaikan pidato tanpa teks, walau sesekali melirik pointers yang rupanya sudah disiapkan di smart phone. Tema pidato Hariman terkait dengan pemerintahan Presiden Jokowi Widodo (Jokowi). Nada pidato Hariman tidak garang. Maka sempat muncul celetukan dari salah satu pengunjung: “takut”. Hariman langsung merepons. Bukan takut. “Jokowi itu Adik kita,” kata Hariman.

Hariman kemudian menyitir mitos Sisifus, dalam buku Le Mythe de Sisyphe berupa esai filsafat absurd Albert Camus. Tokoh Sisifus dikutuk selama-lamanya karena mengulangi tugas yang sia-sia, yakni mendorong batu karang ke puncak gunung, namun pada akhirnya batu itu bergulir jatuh kembali. “Angkat, jatuhkan, angkat, jatuhkan, enggak taulah,” kata Hariman

Hariman tidak meneruskan cerita mitos Sisifus. Namun dalam buku itu disebutkan, “Perjuangan itu sendiri sudah cukup untuk mengisi hati manusia. Kita harus membayangkan bahwa Sisifus berbahagia.”

Lagi pula kata Hariman, tiga Menko dalam Pemerintahan Jokowi adalah teman kita juga. Hariman menyebut nama Menko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menko Perekonomian Darmin Nasution, dan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. “Teman kita di kementerian, banyak,” katanya lagi dengan menyebut nama Rudiantara, Susi Pujiastuti dan beberapa lainnya.

Namun demikian, Hariman melontarkan pengamatannya terhadap situasi sekarang, yakni masalah kesejahteraan dan kesatuan. Terkait kesejahteraan, Hariman membuat analog pedagang kaki lima di sebuah ruko di mana satu pedagang digusur, akan datang pedagang lain dan begitu seterusnya. “Sulit kita kalau tidak sejahtera. Kemiskinan itu, adalah musuh utama demokrasi,” katanya.

Hariman kemudian menyebut perlunya industri. “Selain pembangunan desa, industri juga penting,” katanya. Yang harus dihindari adalah situasi seperti yang terjadi pada awal Orde Baru di mana pembangunan lebih banyak dimanfaatkan asing dan segelintir elite Indonesia yang sekaligus menjadi pemicu pecahnya peristiwa Malari.

Menurut Hariman, Indonesia bisa meniru Eropa. Penduduk seluruh Eropa 300 juta, pnduduk Indonesia 250 juta. Hasil idustri Eropa berputar di sesama negara negara Eropa. “Kita juga bisa begitu, pasar hasil industri kita cukup diputar pada 250 juta penduduk,” kata Hariman.

Dalam konteks ini Hariman menyebut, kalau pun kurs dolar AS mencapai Rp16 ribu, tidak masalah. “Tapi gak taulah,” katanya seraya menyebut langkah pemerintah Tiongkok yang harus membuat kurs Yuan tengkurap rendah-rendahnya demi meraih pasar ekspor. [] April

Baca juga  Jabar Yakin Juara Umum MTQ Nasional ke-27
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top