Kota Bogor

Fakta Stunting, Kota Bogor Lebih Physical Development

BOGOR-KITA.com, BOGOR –  Permasalah stunting atau gizi kronis di Kota Bogor menunjukan bahwa orientasi pembangunan Pemkot Bogor lebih kepada physical development, bukan human resource development. Oleh sebab itu Pemkot Bogor bisa dikatakan lalai akan hal esensial terkait pemenuhan hak dasar masyarakat.

Hal ini dikemukakan Ketua LSM Mitra Rakyat Bersatu Bogor Jamal Nasir kepada BOGOR-KITA.com, Selasa (25/2/2020), menanggapi berita stunting yang diberitakan BOGOR-KITA.com, Senin (24/2/2020).

Soal stunting di Kota Bogor berawal dari Kepala Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Siswanto yang mengatakan, Balitbang Kesehatan sudah melakukan kegiatan studi kohort tumbuh kembang anak di Kecamatan Bogor Tengah. Pihaknya melihat tumbuh kembang sejak dari kehamilan sampai balita.

Baca juga  ASN Kota Bogor Ketahuan Mudik Bakal Disanksi

“Dari hasil studi kami punya data status gizi balita Kota Bogor 18,3 persen yang artinya 2 dari 10 balita mengalami stunting. Angka ini jauh lebih baik dari angka nasional yang masih 3 dari 10 bayi mengalami stunting,” katanya saat audiensi dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Jumat (21/2/2020).

Jamal Nasir mengatakan,  untuk ukuran Kota Bogor yang nampaknya terkesan tidak ada kemiskinan karena tampil dengan penataan yan dilakukan secara terus menerus.

“Namun, di balik itu ada kemiskinan tersembunyi yang tidak termonitoring atau memang disembunyikan,” katanya.

Diukatakan, masalah stuning sebenarnya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan generasi, karena bagaimanapun ini akan berdampak terhadap kognitif anak kelak dan juga produktifitasnya rendah, sehingga tidak mampu bersaing.

Baca juga  SMPN 5 Kota Bogor Juara LSS Tingkat Nasional

Sementara di era globalisasi persaingan akan terbuka dan ketat terjadi mobililsasi cukup signifikan, dimana batasan teritorial suatu negara sudah tidak nampak tapi menjadi desa global. Lebih jauh, ini adalah era informatika didukung teknologi mutakhir, mengakibatkan arus informasi berjalan cepat, dimana orang yang berada dibelahan bumi yang berbeda dapat menyaksikan suatu kejadian hampir dalam waktu yang bersamaan.

“Bisa dibayangkan bagaimana nasib anak-anak yang lahir karena gizi buruk nasib dalam kompetisi memperjuangkan kehidupannya. Jika masalah gizi buruk belum bisa ditanggulangi untuk siapa Bogor Berlari,” kata Jamal. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top