Fahutan IPB University Bahas Perhutanan Sosial sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Dalam rangka menyambut Hari Pulang Kampus (HAPKA) XVIII, Dewan Pengurus Pusat Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (DPP HA-E) IPB University menggelar seri diskusi ke-4. Diskusi ini mengangkat topik “Mewujudkan Perhutanan Sosial sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat Melalui Pendekatan Transdisiplin” Jumat (28/8/2021).
“Program perhutanan sosial memberikan akses masyarakat untuk mengelola hutan. Perhutanan sosial ini bertujuan untuk meningkatkan proporsi hak kelola masyarakat dalam bentuk hutan sosial. Namun, karena akses terbatas, distribusi akses lebih diutamakan untuk perusahaan dibanding masyarakat sekitar,” jelas Dr Bambang Supriyanto sebagai keynote speaker.
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian (PSKL) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini menambahkan bahwa penetapan hutan sosial (hutsos) memerlukan peraturan daerah.
“Contoh penetapan hutan sosial adalah pengembangan wilayah Lumajang yang terintegrasi dengan program agrosilvopastura, agroindustri, interkoneksi wisata, akses hutsos, dan redistribusi lahan. Dengan pola ini, lapangan pekerjaan akan meningkat,” ujar Alumni IPB University ini.
Sementara itu, menurut Direktur Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat KLHK, Ir Muhammad Said, masyarakat setempat mengelola hutan lestari untuk meningkatkan kesejahteraan dan keseimbangan lingkungan dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan dan lain-lain.
“Perizinan hutsos berpihak pada masyarakat adat dan berpusat pada pengembangan usaha,” ungkapnya.
Sementara itu, Guru Besar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University Prof Anuraga Jayanegara menjelaskan tentang agroforestri. Yakni sistem pengelolaan penggunaan lahan dimana pohon-pohon berada di sekitar tanaman. Transformasi agroforestri sederhana menjadi agroforestri kompleks memerlukan waktu lama. Di Jawa, pemanfaatan kawasan dilakukan dengan pola agroforestri berupa tanaman jagung, sereh wangi serta tanaman buah-buahan.
Menurutnya, kawasan hutan harus dikembangkan dari segi transdisiplin. Silvopastura merupakan bentuk agroforestri yang terintegrasi dengan pohon, pakan ternak dan hewan ternak. Silvopastura berpotensi dalam meningkatkan produktivitas.
“Silvopastura dapat dikembangkan dalam bentuk pembangunan kandang sapi, pembuatan sarana biogas, dan jaringan listrik dari biogas. Berbagai pilihan untuk menggabungkan aspek-aspek silvopastura, yaitu kearifan lokal, pengetahuan ilmiah, data empiris, pemodelan dinamik, dan optimasi,” tutupnya. [] Hari