Nasional

Diskusi DPKIPB: Roller Coaster Perempuan Sebagai Pemimpin

BOGOR-KITA.com, BOGOR -Di dalam kehidupannya, perempuan memiliki peran domestik dan peran publik. Peran domestik perempuan terdiri dari perannya sebagai istri, ibu, serta manajer rumah tangga. Sedangkan peran publik perempuan bergantung kepada pekerjaan yang dimilikinya. Derap Perempuan Kreatif Indonesia Peduli Bangsa (DPKIPB) mengangkat perjuangan pemimpin perempuan dalam menyeimbangkan peran domestik dan publik dalam agenda bincang-bincang rutin pada Jumat (28/8/2021).

Tantangan yang dihadapi oleh perempuan yang mengampu posisi kepemimpinan di tempat kerja tentu lebih berat dibanding ketika ia berposisi sebagai pegawai biasa. Disamping harus bertanggungjawab terhadap pekerjaan juga harus bertanggungjawab menjaga semangat kerja serta kekompakan tim yang dipimpinnya.

“Hal yang menjadi pertimbangan saat diberikan amanah kepemimpinan ialah mengukur kemampuan diri dalam menyeimbangkan tugas di rumah dan kantor,” ujar Prof Syafrida Manuwoto, Guru Besar IPB University.

Baca juga  IPB University Perguruan Tinggi Terbaik Pertama Versi Kemendikbud 2020

Hal serupa juga dirasakan oleh Dr Illah Sailah, Rektor Universitas Binawan. Dr Illah menuturkan bahwa di awal menjalani posisi kepemimpinan, ia sering pulang telat bahkan sampai dini hari. Mengingat ia tidak mungkin mengabaikan peran domestiknya, maka Dr Illah mencari cara untuk menyeimbangkan.
“Hubungan antar anggota keluarga, atasan, bawahan, teman sejawat harus terpelihara dengan baik dan sinergis. Jadi memang harus kuat di perencanaan dan komunikasi,” tutur Dosen IPB University dari Fakultas Teknologi Pertanian ini.

Perempuan-perempuan hebat yang mampu menjalankan kedua peran tanpa menganaktirikan salah satunya tentu memiliki daya tahan, kemampuan manajemen, serta komunikasi yang baik. Kualitas-kualitas tersebut terbentuk bukan dalam waktu singkat. Lingkungan keluarga, sekolah serta pertemanan tentulah sangat berpengaruh dalam penempaan pribadi keduanya.

Baca juga  Pakar Fisika IPB University: Materi di Alam Semesta yang Terlihat Hanya 4 Persen

Prof Syafrida Manuwoto menjelaskan bahwa lingkungan sosial budaya, pendidikan formal, serta organisasi memberikan pengaruh besar dalam hidupnya. Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University tersebut menggambarkan bahwa pendidikan yang diterapkan oleh keluarganya cukup egaliter. Artinya tidak ada pembagian tugas yang sangat tajam yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga anak-anak perempuan juga dimotivasi untuk mengenyam pendidikan tinggi sebagaimana anak laki-laki.

“Saya belajar budaya organisasi sejak di sekolah dasar dengan ikut kepanitiaan kecil, ekstrakurikuler, sampai organisasi kemahasiswaan,” kenang Prof Syafrida.

Di sisi lain Dr Illah membagikan tips dalam menjaga kekompakan di antara para pegawai. Ia memaparkan bahwa sebagai akademisi ia terlatih untuk tidak menyampaikan pendapat kecuali dengan referensi yang mendukung. Hal tersebut ia terapkan dalam kepemimpinannya. Yakni dengan menjalankan segala tugas sesuai dengan peraturan yang diterapkan dalam organisasi tersebut.

Baca juga  Guru Besar IPB Usul 7 Alternatif Kebijakan Tingkatkan Perikanan Kecil

Selain itu, mengadakan pertemuan rutin merupakan hal yang penting untuk melancarkan jalannya koordinasi, menjaga kinerja, serta kebersamaan. Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian IPB University tersebut juga menyampaikan bahwa di dalam kepemimpinannya ia tidak pernah membuat keputusan tanpa ada persetujuan dari anggotanya. Dengan adanya persetujuan maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan tugas dengan baik. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top