Kab. Bogor

Dinkes Kabupaten Bogor Terima 25 Laporan Kasus Gizi Buruk

BOGOR-KITA.com, PARUNGPANJANG – Tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN). Namun, saat bersamaan kabar duka menyelimuti warga Kabupaten Bogor karena AM, anak berusia 9 tahun yang menderita gizi buruk meninggal dunia.

Keterbatasan ekonomi diduga menjadi penyebab ibu AM, seorang warga Desa Parungpanjang Kecamatan Parungpanjang kurang mendapatkan akses untuk makanan bergizi selama menjalani masa kehamilan.

“AM lahir dengan berat badan rendah dan menderita gizi buruk sejak berusia 1 tahun 5 bulan. Sejak kecil, AM hanya bisa tidur berbaring, tidak bisa berbicara, tidak bisa berlari dan bermain layaknya anak-anak seusianya,” ungkap seorang relawan kesehatan yang namanya enggan ditulis.

Ia melanjutkan, lambatnya pendataan masyarakat miskin ekstrem menyebabkan keluarga AM tidak mendapatkan bantuan pemerintah dan penanganan secara medis sehingga semakin hari, kondisinya makin memburuk dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah mendapat perawatan intensif selama 23 hari di RSUD.

Baca juga  Gizi Buruk di Kabupaten Bogor Harus Dicegah secara Kolaboratif

Keluarga AM sendiri tinggal tidak jauh dari ibukota, hanya 47 KM dari Jakarta dengan jarak tempuh 1 jam 15 menit. Tapi percaya atau tidak, ternyata kasus gizi buruk masih mengancam anak – anak Indonesia.

“Saat ini kenyataannya angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 21,6 persen,” imbuhnya dengan nada sedih.

Kasus kematian AM karena menderita gizi buruk ini menjadi sebuah peringatan keras kepada semua pihak terkait. Hal ini diakui oleh Eggi Gunadi Wibawa Anggota DPRD Kabupaten Bogor, putra asli Parungpanjang.

Eggi mengaku, kejadian ini harus menjadi cambuk bagi dirinya dan pihak pemerintah mulai dari RT, RW, Desa, Kecamatan serta Pemkab Bogor untuk lebih bekerja ekstra.

“Terlebih, saya mendapat laporan ada lagi temuan kasus gizi buruk di Parungpanjang. Saya mendorong semua pihak terkait untuk segera menangani kasus gizi buruk tersebut agar tak ada korban berikutnya,” tandasnya.

Baca juga  Rudy Susmanto Didaulat jadi Bapak Peternak Kabupaten Bogor

Dikonfirmasi terkait kasus gizi buruk pada anak – anak di Kabupaten Bogor, dr. Intan Widayati, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, mengungkapkan selama tahun 2024 ada 25 kasus gizi buruk terlaporkan ke Dinkes.

“Ada 25 kasus gizi buruk yang terlapirkan ke Dinkes dan tersebar di beberapa wilayah. Semuanya sudah dikonsultasikan dan sudah di rujuk ke Rumah Sakit,” ungkapnya.

Intan menambahkan dari 25 kasus gibur yang terlaporkan tersebut, beberapa anak mengidap penyakit penyerta yaitu TBC. Sehingga, menurutnya, sangat perlu dan penting agar penemuan penyakit penyerta ini dilakukan pengobatan sampai tuntas.

Intan membeberkan, jika ada temuan atau laporan kasus gizi buruk, pastinya segera dilakukan pelacakan oleh puskesmas dan
diperiksa ulang oleh tim gizi. Bila ditemukan penyakit penyerta atau gibur berat maka dikonsulkan ke dokter anak dan bila perlu dirujuk untuk dilakukan perawatan medis.

Baca juga  Pemkab Bogor Gercep Tangani Kasus Gizi Buruk AM di Parungpanjang

“Kalau masih bisa ditangani di PKM, maka diberi PMT khusus gibur dengan dikonsul ke dokter untuk dosis dan caranya. Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan berkala. Dan kalau pasca rawat, makan PKM akan melakukan kunjungan rumah,” jelasnya.

Kabid Kesmas Dinkes Kabupaten Bogor ini juga menegaskan bahwa, pihaknya masih terus melakukan sejumlah program untuk penanganan masalah gizi buruk secara berkala dan berkesinambungan.

“Diantaranya program pemberian makanan tambahan (PMT) khusus gizi buruk, lalu
koordinasi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak di RS serta koordinasi dengan Dinsos untuk kebutuhan jaminan kesehatan,” tandas dr. Intan Widayati.[] Fahry

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top