Kota Bogor

WFH, Dosen IPB Budidaya Ikan Bersama Warga di Bukit Cimanggu City

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Masa Work From Home (WFH) tidak hanya untuk mengajar secara online, tetapi juga dimanfaatkan oleh dosen IPB Univerity untuk membudidayakan ikan di lahan kecil.

Dalam, rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Jumat  (5/6/2020) disebutkan, Dr Wiyoto, dosen IPB University dari Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah Vokasi melakukan kegiatan bersama warga masyarakat dengan tetap memperhatikan protokol COVID-19. Kegiatan bersama tersebut juga diisi diskusi seputar cara budidaya ikan yang baik melalui whatsapp dan mempraktikkannya.

Kegiatan yang dilakukan bersama tiga orang warga yang berdekatan di Bukit Cimanggu City RT 05/XIV, Cibadak, Tanah Sareal, Kota Bogor tersebut berusaha memanfaatkan lahan kecil untuk kegiatan budidaya ikan. Kegiatan budidaya ikan dimulai dari persiapan wadah produksi dengan membuat bak terpal secara mandiri. Wadah budidaya ikan berupa bak terpal disesuaikan bentuknya dan luasannya berdasarkan lahan yang ada. Bak terpal ini juga relatif murah dan mudah dalam perawatan.

Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan nila, lele dan patin secara monokultur. Selain monokultur dapat juga dikombinasikan dengan sistem akuaponik. Sistem akuaponik adalah kombinasi antara kegiatan akuakultur dengan hidroponik, yaitu limbah hasil metabolisme ikan maupun sisa pakan yang telah terdekomposisi dapat diserap oleh tanaman sebagai pupuk.

Baca juga  Kunci Kesuksesan adalah Karakter dan Kompetensi

Selain itu, akuaponik sudah banyak dipraktikkan oleh masyarakat umum, mudah ditiru dan diaplikasikan oleh masyarakat luas. Sistem yang ramah lingkungan ini juga membuat warga tidak terlalu disibukkan dengan pergantian air karena kualitas air akan terjaga meskipun sedikit atau jarang dilakukan pergantian air.

Kegiatan ini sangat dirasakan manfaatnya oleh warga sebagai pengisi waktu di sela-sela kegiatan di rumah, memberikan pengetahuan baru dan sebagai salah satu cara terhindar dari “cabin fever.”

Menurut Tomi, warga yang terlibat secara langsung dalam kegiatan budidaya ikan nila dan patin, mengatakan bahwa pemanfatan lahan untuk budidaya ikan dan sayur merupakan kegiatan yang sangat positif. Ia mengaku, sebelumnya hanya mendengar adanya budidaya model seperti ini dan sekarang dapat terjun langsung serta merasakan manfaatnya meskipun baru mencoba selama satu bulan.

Baca juga  Mengintip Keterampilan Personal Branding Duta IPB University dalam Webinar Softskill Living In Present (LIPS) 2021

Menurutnya, pertumbuhan ikan nila cukup baik dengan sintasan kurang lebih 99 persen selama satu bulan pemeliharaan. Selain memelihara ikan, Tomi bersama Tri dan Yudi juga mencoba akuaponik dengan berbagai jenis sayuran yaitu kangkung, selada, pakcoy dan sawi.

Sistem akuaponik yang dibuat bersama beberapa warga sekitar tempat tinggal juga memanfaatkan barang bekas seperti botol plastik dan talang air yang ada di sekitar rumah maupun dengan membuat konstruksi baru. Selain bermanfaat sebagai selingan kegiatan di masa pandemi COVID-19, kegiatan seperti ini dapat terus berjalan bukan hanya saat pandemi saja.

Kegiatan seperti di atas juga sangat diapresiasi oleh Dr Irzal Effendi selaku Ketua Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah Vokasi, IPB University. Menurutnya aktivitas Dr Wiyoto ini sangat strategis dan taktis dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang melanda dan memporakporanda berbagai sendi kehidupan, baik kesehatan, ekonomi, sosial, budaya dan politik.

Kebijakan work from home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuntut sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah yang bisa menyebabkan kejenuhan dan stres, sehingga perlu aktivitas lain yang lebih produktif dan inovatif seperti yang dilakukan oleh Dr Wiyoto tersebut.

Baca juga  Idul Adha Momentum Teladani Nabi Ibrahim AS

Selain itu, kegiatan ini bisa memproduksi ikan dan sayuran secara terpadu dan efisien di lingkungan warga, sehingga menjadi unsur ketahanan pangan masyarakat dan media saling komunikasi dengan warga.  

Sementara itu, transaksi penjulalan ikan dan sayuran bisa dilakukan di lokasi produksi, tanpa berkerumum seperti di pasar sehingga dapat mendukung program PSBB pemerintah. Dengan aktivitasnya tersebut, bisa juga dianggap sedang mengerjakan kegiatan pengabdian pada masyarat sebagai salah satu unsur Tri Dharma Pendidikan Tinggi. 

Selain pendidikan dan penelitian, pada masa pandemi COVID-19 yang luar biasa ini, pengabdian pada masyarakat harus tetap berlangsung dan tidak menyerah oleh keadaan. Oleh karena itu Dr Wiyoto meninggalkan legacy teknologi budidaya ikan dan tanaman secara terpadu di lahan terbatas kepada masyarakat menjadi hikmah dari pandemi ini. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top