Nasional

Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Tantangan Umat Islam  

Oleh : Otjih S

 BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Wakil Presiden Ma’ruf Amin bicara mengenai tiga tantangan besar umat Islam saat ini. Tantangan itu mulai dari meningkatkan kualitas SDM, menghilangkan kemiskinan dan ketimpangan dan imunisasi umat dari penyebarluasan radikalisme dengan menggunakan simbol-simbol agama. TIga tantangan ini dikemukakan Wapres saat membuka silaknas dan milad Ke-29 ICMI di Auditorium Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat (6/12/2019).

Menurut Ma’ruf, ICMI menjadi organisasi cendikiawan muslim yang berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa. Ma’ruf memuji kiprah ICMI dalam berbagai bidang.

“Saya mengenal ICMI sebagai organisasi cendekiawan muslim yang peduli terhadap lingkungan, memiliki kemampuan berpikir, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memecahkan berbagai masalah sosial kemasyarakatan termasuk memberikan jalan keluar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tingkat akar rumput,” ujar Ma’ruf.

Baca juga  Jokowi Bertemu Erdogan di Roma, Bahas Kunjungan ke Indonesia

Tiga tantangan bagi umat Islam yang dikemukan Ma’ruf Amin sudah dikemukakan berbagai kalangan,  dan untuk menghadapi tantangan tersebut maka diperlukan kerjasama yang erat antara umat dengan pemerintah.

Peningkatan SDM umat Islam jelas merupakan concern yang besar,  karena umat Islam yang mayoritas di Indonesia jika lemah SDMnya jelas akan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa dan pluralisme di Indonesia,  karena lemahnya SDM akan menyebabkan terjadinya ‘squalor and languish” di kalangan muslim yang bila dipolitisasi oleh “foreign stooge” yang beroperasi di Indonesia jelas akan menimbulkan instabilitas.

Yang perlu diperhatikan dari sinyalemen Ma’ruf Amin adalah penyebaran radikalisme melalui simbol simbol agama,  yang tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam,  namun juga di kalangan umat yang lain.

Baca juga  3000 Ulama se-Jabar Siap Sambut Ma'ruf Amin di Cibinong

Penyebaran radikalisme dengan menggunakan simbol simbol agama akan mudah terjadi jika pertama, hubungan umat Islam dengan pemerintah yang memburuk.  Untungnya, hal ini tidak terjadi di Indonesia.

Kedua,  penyebaran radikalisme atau kanan ekstrim mudah diterima oleh komunitas masyarakat yang lemah dasar agamanya, eksklusif pandangan agamanya seperti mudah mengkafirkan orang yang tidak sepaham serta karena rendah SDM-nya.

Ketiga, penyebaran radikalisme melalui simbol simbol agama dapat semarak jika kesejahteraan rakyat menurun dan munculnya distrust rakyat terhadap tokoh formal dan tokoh informal yang semakin menurun kredibilitas dan kapabilitasnya.

Keempat, penyebaran radikalisme melalui simbol simbol agama semakin marak karena literasi sikap beragama yang benar dan koheren dengan sikap bernegara dan bermasyarakat kurang masif di lakukan di lini komunikasi massa dan komunikasi sosial,  termasuk banyaknya kepengurusan masjid yang diduga dikuasai kelompok “manipulator agama”, padahal masjid memiliki posisi sentral, signifikan dan strategis dalam syiar Islam.

Baca juga  Tantangan dan Energi dari Kalapas Baru Kelas II Paledang

Oleh karena itu,  yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamiin dengan memperbaiki kualitas SDM umat Islam,  mendongkrak kesejahteraan mereka, menutup ruang kelompok intoleran, manipulatpr agama dan kelompok eksklusif dalam penguasaan masjid dan jalur komunikasi atau dakwah.

[] Penulis, adalah pemerhati masalah sosial budaya dan keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top