BOGOR-KITA.com – Salah satu terobosan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk menekan jumlah pengangguran dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan adalah dengan menjadikan SMK sebagai mitra perusahaan penyedia lapangan kerja. Ridwan Kamil menyebut kemitraan ini dengan Teaching Factory (TEFA), yang merupakan suatu metoda pembelajaran yang berorientasi produksi dan bisnis.
Terobosan ini dikemukakan Emil saat berbicara dalam kegiatan Corporate Communications, Social Responsibility, and Security Executive Forum Astra International, di Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman No.Kav 5-6 RT.10/RW.11, Karet Tengsin, Tanahabang, Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).
Untuk merealiasi Teaching Factory itu, Emil berencana merombak kurikulum SMK yang tidak sejalan dengan kebutuhan perusaaan.
Perombakan kurikulum SMK ini, kata Emil, bertujuan agar lulusannya bisa terserap kalangan industri atau perusahaan. Jadi, nantinya, SMK di Jawa Barat akan bermitra dengan perusahaan penyedia lapangan pekerjaan.
Agus Rubiyanto saat menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Jerman pernah menulis sebuah catatan.
Menurut pria yang sekarang menjabat Dekan Fakultas Sains Institut Sepuluh November Surabaya ini, produk pendidikan Jerman yang sangat terkenal di dunia adalah Pendidikan Kejuruan/Vokasi yang sering dikenal dengan duales system.
Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan/Vokasi (Dual VET) Jerman adalah suatu kemitraan pemerintah-swasta yang sempurna. Bagi perusahaan, model ini berpengaruh positif terhadap muatan dan organisasi; memerlukan biaya rekrutmen yang rendah; serta memberikan jaminan bagi ketersediaan tenaga kerja terampil. Bagi peserta didik/pelatihan, model ini menciptakan pasar tenaga kerja yang sesuai dengan pelatihan keahlian, menghasilkan pendapatan, dan keterampilan di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat. Bagi negara, model ini memerlukan biaya rendah untuk pelatihan kejuruan/vokasi; menjadikan Jerman sebagai satu-satunya negara dengan tingkat pengangguran paling terendah di seluruh Eropa.
Model Duales System memungkinkan pelatihan, terutama sekali disediakan oleh perusahaan dan didukung dengan mengajar paruh-waktu pada sekolah kejuruan/vokasi (Berufsschule). Dalam hal ini, mitra perusahaan (pembelajaran di perusahaan): 3-4 hari/minggu; Sesuai dengan basis regulasi tentang pelatihan; dalam kerangka kontrak kerja pelatihan. Sementara itu, Mitra Sekolah Kejuruan/Vokasi: (pembelajaran di sekolah): rata-rata 1-2 hari/minggu, sesuai dengan basis kerangka kerja kurikulum pendidikan/pelatihan; pengetahuan umum dan kejuruan/vokasi diajarkan dalam kerangka kerja pendidikan wajib.
Di tempat terpisah, saat dihubungi BOGOR-KITA.com, di Bogor Senin (18/2/2019), CEO Klikcoaching yang juga Komisi Pendidikan Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia, Budy Sugandi sependapat dengan pemikiran Ridwan Kamil.
“Saya sejalan dengan pemikiran Kang Emil. Seperti halnya di Jerman sekolah vokasi diarahkan agar siswa-siswanya siap bekerja. Bahkan para siswa langsung terjun magang di perusahaan dengan pembagian hari antara belajar di sekolah dan praktik di perusahaan sesuai bidang dan minatnya. Waktunya bukan hanya sekedar 1 semester namun lebih lama,” terang Budy.
Menurut Budy, para siswa juga diberikan semacam gaji ketika magang dan berpeluang ditarik bekerja di perusahaan tersebut jika dianggap bagus. [] Hari