BOGOR-KITA.com – Puluhan mahasiswa yang tergabung kedalam Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bogor melakukan aksi demo di depan Balaikota. Mahasiswa menuntut kepada Walikota Bogor Bima Arya untuk segera menuntaskan program enam skala prioritas, menghidupkan budaya Sunda di Kota Bogor dan memperhatikan seluruh cagar budaya yang ada di Kota Bogor.
Demo mahasiswa berlangsung ricuh, terjadi bentrokan saat mahasiswa membakar ban bekas di Jalan Juanda dan aparat kepolisian yang berjaga berusaha memadamkan api. Saling dorong dan baku hantam terjadi, namun akhirnya kedua belah pihak meredam emosi sehingga bentrokan bisa direlai.
“Walikota Bima Arya lebih mementingkan pembangunan taman taman dibandingkan soal sejarah Kota Bogor. Banyak sejarah cagar budaya di Kota Bogor yang tidak diperhatikan, karena walikota-nya sibuk terus dengan kegiatan kegiatan seremonial dan pencitraan,” ujar kordinator aksi, Tomy, di Bogor, Rabu (19/4/2017).
Dia menjelaskan, selama tiga tahun memimpin Kota Bogor, Walikota Bima Arya hanya mampu melaksanakan beberapa persen saja dari program enam skala prioritas. Kebanyakan Bima Arya melakukan pembangunan yang bersifat seremonial untuk kepentingan pencitraan belaka. Seperti pembangunan taman taman yang menghabiskan uang miliaran rupiah, tetapi walikota lupa bahwa banyak sejarah budaya yang tidak terperhatikan.
“Selain lupa akan simbol budaya, Walikota juga lupa akan ajaran Raja Pajajaran terdahulu (Siliwangi). Bima Arya malah melenceng jauh dari sikap Siliwangi atau Pajajaran Sunda, seperti silih asah, silih asih, silih asuh, panceg dina galur rahayat makmur. Kita minta agar Bima Arya bertanggung jawab atas kinerjanya selama ini yang tidak menghasilkan apa apa,” tegasnya.
Bima Arya juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan PKL di Kota Bogor. Masalah penggusuran PKL berkedok relokasi, belum ada yang selesai, bahkan yang ada menimbulkan kasus permasalahan hukum, seperti pembelian lahan di Warung Jambu untuk relokasi PKL.
Para mahasiswa juga menyoroti banyaknya pembangunan tidak jelas tata ruangnya tanpa memperhatikan amdal, pembangunan Tol BORR Seksi 2 yang tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya, kemiskinan yang masih menyelimuti Kota Bogor sekitar 49.522 rumah tangga atau 120 ribu jiwa hidup dalam kemiskinan dan baru 7.135 yang tersentuh program pemerintah.
“Bima Arya harus memberikan penjelasan yang kongkrit kepada masyarakat, karena kinerjanya selama 3 tahun memimpin Kota Bogor belum menghasilkan apa apa,” tandasnya. [] SHT