Pakar IPB University: Biomassa Lignoselulosa Sumber Energi dan Bahan Maju Terbarukan Masa Depan
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Profesor Nyoman J Wistara, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan menyebut biomassa lignoselulosa dapat menjadi bahan energi dan bahan maju terbarukan di masa mendatang. Ia menyebut, biomassa lignoselulosa merupakan sumber energi biomassa generasi kedua.
“Bioenergi generasi pertama didominasi oleh bioetanol yang berbasis pada gula dan pati, padahal bahan ini masih kita gunakan sebagai sumber pangan,” kata Prof Nyoman.
Lebih lanjut, Prof Nyoman menjelaskan, komponen biomassa lignoselulosa terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen ini merupakan polimer alami paling berlimpah di bumi.
Struktur komposit ini, kata Prof Nyoman, menyebabkan biomassa lignoselulosa bersifat membandel (recalcitrant) dan memerlukan praperlakuan supaya dapat dikonversi menjadi bioetanol. Ia menyebut, praperlakuan fisis, mekanis, biologis, kimia dan kombinasinya telah dilakukan terhadap beragam biomassa lignoselulosa seperti kayu jabon, mengkuang dan kecombrang sebelum dikonversi menjadi bioetanol.
“Namun, belum ada satu metode yang dipergunakan, dapat menghasilkan produktivitas bioetanol yang memuaskan,” tambah Prof Nyoman.
Ia pun menyebut, tahap paling krusial dalam konversi biomassa lignoselulosa menjadi bioetanol adalah tahap hidrolisis. Menurutnya, metode untuk menghidrilisis selulosa secara sempurna masih perlu dikembangkan.
Untuk jangka pendek, kata Prof Nyoman, bahan bakar padat adalah bentuk bahan bakar berbasis biomassa lignoselulosa yang lebih realistis untuk dikembangkan. Pasalnya, kepadatan energi biomassa lignoselulosa yang rendah dapat diatasi dengan pembriketan, peletisasi, dan karbonisasi.
“Karbonisasi ringan atau torefaksi batang kelapa sawit telah dibuktikan berhasil meningkatkan nilai kalor mencapai 7.000 kkal per kilogram,” tambah Prof Nyoman Wistara, pakar pulp dan kertas dari IPB University.
Dosen IPB University itu juga menjelaskan, selain nilai kalornya yang tinggi, biopelet batang kelapa sawit torefaksi dengan fortifikasi tar, torefaksinya juga meningkatkan ketahanan biopelet. Namun demikian, kelemahan biopelet berbasis biomasa lignoselulosa tropis adalah kadar abunya yang tinggi. Namun, kadar abu dapat dengan mudah diatasi melalui demineralisasi dengan asam sulfat konsentrasi rendah. Demineralisai tidak saja meningkatkan nilai kalor, juga dapat meningkatkan ketahanan biopelet batang kelapa sawit.
Prof Nyoman juga menerangkan, selain sebagai bahan baku energi terbarukan, biomassa lignoselulosa adalah bahan baku material maju potensial. Ia mencontohkan, kayu pinus, mangium, tempurung kemiri, dan limbah pengolahan sagu adalah beberapa diantara biomasa potensial sebagai bahan baku karbon aktif.
“Konversinya dapat dilakukan melalui pirolisis maupun karbonisasi hidrotermal. Adapun aktivasi arang limbah pengolahan sagu secara kimia dengan asam fosmat dan amonium hidroksida menghasilkan arang aktif pembawa pupuk lepas lambat,” tambah Prof Nyoman.
Ia juga mencontohkan, biomasa seperti tandan kosong kelapa sawit dapat dikonversi menjadi cellulose nanofibers melalui metode satu tahap – amonium per sulfat (APS). Demikian pula hal-nya dengan serat buah kapuk dan balsa.
Prof Nyoman menyebut, jika proses hidrolisis yang memuaskan sudah ditemukan, maka Indonesia dapat menjadi produsen utama bioetanol dan material maju berbasis biomassa lignoselulosa. Hal ini karena Indonesia masuk dalam 10 besar negara penghasil pulp dan kertas di dunia.
“Produksi bioetanol dan material maju serat nanoselulosa dapat diintegrasikan dengan pabrik pulp kraft, karena praperlakuan seperti delignifikasi dan penggilingan pulp sebagai praperlakuan penting dalam produksi bioetanol berbasis biomasa lignoselulosa adalah bagian dari proses produksi pulp dan kertas,” pungkasnya. [] Hari