Nasional

Departemen TIN IPB University Hadirkan Pakar Bahas Perkembangan Bahan Bakar Alternatif Bioetanol dari Limbah Agroindustri

Prof Khaswar Syamsu,

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Isu terkait suplai energi terutama mengenai ketahanan bioenergi nasional masih menjadi perbincangan. Berdasarkan perspektif situasi krisis energi saat ini, pemerintah Indonesia juga berupaya untuk menggembangkan penggunaan energi alternatif yang berasal dari sumberdaya berkelanjutan. Salah satunya adalah pembuatan bioetanol menggunakan crude palm oil, singkong, dan molasses. Namun demikian, penggunaannya masih kalah saing dengan industri pangan. Padahal residunya sangat berpotensi untuk menjaga stok bahan bakar alternatif.

Demi membahas topik tersebut, Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) Fakultas Pertanian IPB University menggelar Webinar 2nd Generation of Bioethanol from Lignocellulosic Materials, Selasa (6/7/2021). Kegiatan yang digelar oleh Divisi Bioindustri Departemen TIN IPB University ini berkolaborasi dengan Asosiasi Agroindustri Indonesia, Halal Science Center IPB University dan Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia (LIPI). Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman riset dan pengetahuan terkait perkembangan energi alternatif bioetanol.

Baca juga  BMKG : Baru Saja, Gempa Bumi 4,7 Magnitudo Terasa Di Bayah Banten

Prof Khaswar Syamsu, Ketua Divisi Bioindustri Departemen TIN IPB University menyebutkan kendala penggunaan bioethanol sebagai bahan bakar alternatif masih berputar pada persaingan dengan industri pangan. Selain itu, biaya produksinya relatif lebih tinggi daripada bahan bakar biasa.

“Limbah agroindustri yang diistilahkan dengan lignocellulosic biomass ini cukup tersedia dengan harga yang murah dan dapat dimanfaatkan untuk menekan kompetisinya bagi kebutuhan pangan. Secara signifikan, dapat juga menurunkan biaya produksi sambil mengurangi limbah,” jelas Kepala Halal Science Center IPB University ini.

Kendala utamanya, menurutnya adalah pada prosesnya yang cukup lama dan sulit, terutama untuk menghilangkan lignin serta menghidrolisa selulosa menjadi gula. Solusinya adalah dengan menggunakan metode Silmutaneous Saccharification and Fermentation (SSF) untuk mempercepat proses hidrolisa. Metode tersebut ia terapkan untuk meningkatkan produksi bioethanol secara langsung dari sweet sorgumbagasse menggunakan kapang dan khamir. Hasil penelitiannya dapat menghasilkan produk bioetanol yang lebih tinggi daripada cara konvensional.

Baca juga  BRILian Farm-Dompet Dhuafa Jawa Timur Gelar Sekolah Ternak

“Penelitian kami selanjutnya adalah untuk mencari dan memanfaatkan bahan lignocelulosa yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan sedikit lignin. Kami juga mencari proses pretreatment yang dapat menghilangkan lignis secara maksmial, melakukan kofermentasi dengan mikroba yang dapat digunakan pada selulosa dan hemiselulosa sebagai substrat penghasil bioetanol. Serta mencari teknik inovatif untuk memproduksi bioetanol pada jumlah dan produktifitas yang tinggi,” tambah Pakar Rekayasa Bioproses IPB University ini.

Sementara itu, Prof Euis Hermiati, Peneliti dari Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa penelitian terkait fraksionasi atau pretreatment pada biomassa saat ini masih diminati. Hal tersebut terlihat dari jumlah publikasi yang  meningkat. Penggunaan material lignocelulosa dalam produksi bioetanol juga dapat mengatasi kompetisi antara industri bahan bakar dan pangan. Umumnya, metode fraksionasi lebih optimal untuk mengembangkan potensi bioproduk dan bioenergi.

Baca juga  Refleksi Pemikiran Prof Bungaran Saragih atas Pembangunan Pertanian Indonesia

Dr Prayoga Suryadarma, Dosen IPB University dari Divisi Bioindustri Departemen TIN juga menambahkan bahwa teknik metabolik dapat juga diterapkan untuk memproduksi bioetanol dari bahan lignocelulosa. Bakteri E. coli digunakan sebagai organisme inang untuk mengubah sumber karbon dalam lignocelulosa menjadi bioetanol berdasarkan siklus metabolismenya. Keuntungan penggunaan E. coli yakni ketersediaannya dan rentang penggunaan yang cukup luas pada berbagai substrat. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top