Dosen IPB University Jelaskan Dinamika Perkembangan Virus Tanaman Akibat Perubahan Iklim
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Pengaruh perubahan iklim terhadap peningkatan suhu semakin nyata. Dampaknya juga terasa terhadap epidemi penyakit virus pada tumbuhan. Prof Sri Hendrastuti Hidayat, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian mengatakan penyebab perubahan iklim dapat terjadi secara alami maupun akibat aktivitas manusia.
“Aktivitas manusia seperti gas rumah kaca, penggundulan hutan, pertambangan batubara dan urbanisasi mengakibatkan perubahan iklim terjadi semakin lebih cepat. Perubahan iklim ini akan mengubah komposisi atmosfer global dan variabilitas iklim selama periode waktu yang tertentu,” ujarnya dalam Seminar Nasional “Perubahan Iklim dan Timbulnya Penyakit Virus pada Tumbuhan” yang digelar oleh Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (1/10/2022).
Ia menambahkan, pernyataan bahwa peningkatan suhu permukaan bumi diprediksi menjadi faktor paling penting bila dikaitkan dengan topik ketahanan pangan. Karena suhu tinggi dapat berpengaruh pada produktivitas tanaman pangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Perubahan suhu akan mempengaruhi dinamika perkembangan penyakit virus,” katanya.
Menurutnya, penyakit karena virus bersifat infeksi sistemik serta kisaran inang umumnya sangat luas dengan tipe gejala beragam. Gejalanya bersifat laten dan penyembuhannya juga berkaitan erat dengan kondisi iklim. Perubahan iklim, terutama peningkatan suhu, berpengaruh terhadap karakteristik penyakit virus.
“Salah satunya peningkatan suhu akan menyebabkan pertumbuhan gulma lebih banyak. Bila kondisi ini terjadi, maka laporan ledakan penyakit akan semakin sering terdengar,” imbuhnya. Perkembangan virus juga sangat dipengaruhi oleh suhu, terutama kemampuan virus dalam bereplikasi dan bergerak dalam sel inang. Penularan vertikal dan horizontal virus yang terbawa benih juga semakin tinggi bila suhu lingkungan meningkat.
“Pada tanaman cabe, kasus chili leaf curl virus dapat diprediksi berdasarkan faktor iklim. Sehingga kerusakan dapat diestimasi dengan ketepatan cukup tinggi,” jelasnya. Ia menambahkan, contohnya pada Begomovirus, yang dikenal sebagai penyakit tanaman yang paling berkembang dan evolusinya tercepat. Penyebarannya di dunia sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi iklim. Keanekaragamannya di Asia Tenggara juga tertinggi dan turut dipengaruhi oleh perubahan iklim. Spesies yang ditemukan hingga 455 spesies dengan kisaran inang sangat luas.
“Mobilitas whitefly sebagai vektor serangga utamanya juga sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim,” tuturnya. Selain itu, tambahnya, akibat perubahan iklim dan peningkatan suhu permukaan bumi ini akan mengakibatkan suhu dataran tinggi meningkat. Virus yang tadinya hanya ditemukan di dataran rendah dapat ditemukan di dataran tinggi karena mobilitas vektor lebih bebas.
“Solusinya, perlu monitoring kondisi perkembangan penyakit tanaman di Indonesia. Analisis penyebabnya dengan mencatat informasi data kondisi iklim dikaitkan dengan insidensi penyakit virus,” pungkasnya.