Oleh: Hari Pebriantok
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Beberapa hari lalu kabar duka datang dari Jakarta Timur. Seorang Pasien Dalam Pengawasan atau PDP Covid-19 berinisial MR meninggal dunia usai lompat dari lantai 4 gedung rumah sakit tempat dia dirawat Minggu (17/5/2020).
Belum diketahui alasan pasti korban nekad melompat dan mengakhiri hidupnya. Mungkinkah dia bosan di dalam rumah sakit? Kita tidak tahu.
Lepas dari itu, PDP ini patut menjadi perhatian.
Pertama, karena PDP itu nyata adanya, dan jumlahnya besar. Pemerintah pusat melalui Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengumumkan , sampai Senin (18/5/2020) terdapat sebanyak 11.422 orang Pasien Dalam Pengawasan.
Kedua, sampai saat ini pemerintah tidak pernah mengumumkan angka kematian pasien PDP, yang diumumkan hanya pasien yang sudah terkonfirmasi positif.
Ketiga, faktanya, di daerah cukup bayak pasien PDP yang diumumkan meninggal. Sampai Minggu (17/5/2020) di Kota Bekasi saja terdapat 90 PDP meninggal dunia. Di Kota Depok 68 PDP meninggal, Kabupaten Bogor 70 PDP meninggal, dan Kota Bogor 51 PDP meninggal. Pertanyaannya, mengapa pemerintah tidak mengumumkan angka kematian PDP?
Belum Tes?
Asumsi penulis, tidak diumumkannya angka kematian pasien PDP, dilatarbelakngi sedikitnya dua alasan.
Pertama, karena mereka belum dapat dipastikan meninggal karena terpapar corona, karena belum menjalani tes corona.
Di satu sisi, hal ini dapat dipahami karena tes corona di Indonesia memang sangat kecil.
Berdasarkan data yang diolah dari worldometer, sampai Sabtu (16/5/2020), jumlah tes corona di Indonesia merupakan terendah keempat di Asia Tenggara. Yang paling banyak adalah Singapura.
Selengkapnya sebagai berikut:
Singapura, 38.371 tes/1 juta populasi
Brunei Darussalam, 38.658 tes/ 1 juta populasi
Malaysia, 13.435 tes/ 1 juta populasi
Thailand, 4099 tes/1 juta populasi
Vietnam, 2828 tes/1 juta populasi
Filipina 1966 tes /1 juta populasi
Kamboja, 908 tes/ 1 juta populasi
Indonesia, 669 tes/ 1 juta populasi
Laos 609, tes/ 1 juta populasi
Timor Leste, 561 tes/1 juta populasi
Myanmar, 251 tes/ 1 juta populasi
Sudah 76 hari sejak pemerintah mengumumkan kasus pertama Corona pada tanggal 2 Maret 2020, sampai 16 Mei 2020 Indonesia baru melakukan tes Corona sebanyak 182.818.
Berdasarkan data kawalcovid.id, sampai Sabtu (16/5/2020), orang yang dites di Indonesia sebanyak 135.725 dan jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 17.025 orang. Jika dikalkulasi ratio tertular atau positive ratenya sebesar 12,54 persen. Artinya jika ada 1.000.000 orang yang dites maka kemungkinan jumlah konfirmasi positif sebanyak 125.400 orang.
Amerika Serikat sampai Minggu (17/5/2020) melaporkan sebanyak 1.507.798 kasus konfirmasi positif dari jumlah tes sebanyak 11.952.481. Italia melaporkan sebanyak 224.760 dari jumlah tes sebanyak 2.944.856.
Tetangga kita Singapura melaporkan 28.038 kasus positif Corona dari tes sebanyak 246.254.
Indonesia sampai Sabtu (16/5/2020) telah mengoperasikan 61 laboratorium RT PCR dan 10 laboratorium TCM. Presiden Jokowi menargetkan 10.000 tes setiap hari.
Namun hingga hari ini target tersebut belum tercapai. Data terakhir, Senin (18/5/2020), pemerintah hanya mengetes 2.695 spesimen jauh lebih rendah dari target 10.000 tes per hari.
Kita semua berharap pemerintah bisa mengoptimalkan laboratorium yang ada. Hal ini akan mempercepat uji swab tes corona dan otomatis akan menekan jumlah PDP dan ODP yang menunggu antrean swab test corona.
Tetapi di sisi lain, menurut panduan WHO dalam melaporkan korban meninggal harus memasukkan ODP dan PDP sebagai korban Covid-19 sebelum adanya hasil tes yang menerangkan mereka negatif.
Berdasarkan panduan ini maka seharusnya pemerintah mengumumkan juga pasien PDP dan ODP yang meninggal.
Bahwa pemerintah hanya mengumumkan pasien yang sudah terkonfirmasi positif, menjadi pertanyaan, mengapa? Alasan belum pasti terpapar corona, kurang sahih apabila merujuk pada panduan WHO.
Alasan tidak ada pasien ODP dan meninggal juga kurang dapat diterima, karena faktanya di daerah cukup banyak pasien ODP atau PDP yang meninggal.
Pengumuman data pasien ODP dan PDP yang meninggal ini perlu dilakukan setidaknya untuk mengetahui gambaran sesungguhnya situasi corona di Indonesia. Selain itu untuk menghindari timbulnya pertanyaan dari keluarga korban [] Penulis, adalah wartawan BOGOR-KITA.com