Pendidikan

Komunitas Homeschooling Keluarga Muslim Belajar di Taman Ekspresi Sempur

BOGOR-KITA.com – Homeschooling (sekolah rumah) bagi sebagian masyarakat awam, masih tidak popular. Namun seiring perkembangan zaman tidak sedikit pula orangtua di zaman now ini memilih jalur homeschooling untuk pendidikan anak-anak mereka, karena dianggap lebih bisa memenuhi kebutuhan dan kondisi anak-anaknya. Itu pula yang mendasari terbentuknya Komunitas Homeschooling Keluarga Muslim (HSKM).

Muhammad Ridho selaku Founder HSKM mengungkapkan, komunitas ini merupakan wadah berkegiatan dan konsolidasi guna mewujudkan visi bersama. Yakni, terwujudnya masyarakat terdidik dengan tradisi ilmu dan jiwa wirausaha. Komunitas yang bermula pada tahun 2009 terbentuk melalui rangkaian diskusi di grup Facebook mengenai pendidikan anak, yang berlanjut sampai tahun 2014 yang ditandai dengan pembentukan grup-grup Whatsapp di beberapa kota.

Baca juga  Tak Berkualitas, Usmar Tolak Robot Bantuan Pemprop Jabar

“Bagi saya pribadi homeschooling bukan memilih tetapi tetap di rumah dan berusaha merancang pendidikan secara pribadi. Pendidikan yang mandiri adalah pendidikan yang tidak dihegemoni dan menyesuaikan dengan kondisi,” kata Ridho.

Alasan lain dikatakan oleh Esa Fitria, seorang ibu dengan empat orang anak saat ditemui pada kegiatan rutin playdate HSKM di Taman Ekspresi Sempur, Kota Bogor, Kamis (15/11/2018).

“Setiap keluarga memiliki alasan berbeda mengapa memilih homeschooling. Saya dan suami memilih jalur pendidikan ini karena kami ingin mengikuti keinginan dan kebutuhan anak kami. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Anak pertama saya sangat senang bersosialisasi sehingga dia memilih sekolah formal untuk pendidikannya, sedangkan anak yang kedua memiliki trauma psikis saat pertama kali bersekolah sehingga kami berpikir jalur pendidikan homeschooling adalah yang terbaik karena sesuai dengan kebutuhannya,” ungkapnya.

Baca juga  Pemkot Bogor Bangun 2.584 Fasilitas Cuci Tangan

Ridho menuturkan, silabus dibuat oleh para guru saat membuka kelas formal. Jadi umumnya tidak dibuat oleh orangtua. Akan tetapi ada sebagian orangtua yang menginginkan dan terobsesi untuk merancang silabus sendiri.

“Komunitas kami, proses pembelajaran bebas saja. Ada belajar formal, ada juga belajar informal. Ketika belajar formal, berarti kita mengikuti kelas kursus, bimbel atau sejenisnya. Ketika belajar informal artinya setiap saat dijadikan kesempatan belajar dengan diskusi, bercerita, menambah keterampilan dan softskill lainnya,” ungkap Ridho. [] Nuning Rachmawati

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top