Nasional

Karya Besar Newton dan Shakespeare Lahir di Masa Pandemi

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Masa pandemi memang membuat banyak orang terpuruk dalam keterbatasan. Namun seharusnya kita tetap bersemangat dan mencoba beradaptasi sehingga berkarya lebih kreatif.

Demikian dikatakan Sandra Talogo , psikolog pembina Sekolah Khusus Spectrum pada bincang daring dengan Zoom bertajuk “Menjaga Semangat Kreatif ABK di Masa Pandemi” Kamis (20/8/2020). ABK di sini bukan Anak Buah Kapal melainkan Anak Berkebutuhan Khusus. Bincang-bincang tersebut dalam peringatan HUT ke 44 Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta dan HUT ke 75 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Lebih lanjut Sandra Talago mengatakan dengan adanya pandemi dan lockdown selama ini maka lebih banyak waktu luang. Sebab orang terbebas dari rutinitas keharusan datang ke sekolah atau kantor.

Baca juga  Program SMIAS SEAMEO Biotrop Selamatkan Keanekaragaman Hayati di Indonesia

“Itulah saatnya lebih kreatif dan lebih inovatif,” lanjut Sandra.

Senada dengan pernyataan psikolog Sandra, juga Kepala UP Museum Seni Esti Utami mengatakan dorongan keluarga dibutuhkan bagi para siswa Sekolah Spectrum untuk mengeksplore pandemi.

“Karya besar Sir Isac Newton tentang gravitasi di abad ke-17 terjadi pada saat pandemi,” kata Esti Utami mengungkap sejarah.

“Demikian pula di saat semua gedung teater di Inggris tutup karena lockdown di abad 17 juga William Shakespeare melahirkan karya besarnya,” ujar Esti.

Tercatat karyanya Hamlet diterbitkan tahun 1603 dan Maribeth tahun 1623. Sedangkan Romeo and Juliet tahun 1592.

Eko Wibowo guru seni rupa Sekolah Spectrum menegaskan selama pandemi peran orang tua lebih dominan dalam memicu dan memacu kreativitas anak didik berkebutuhan khusus. Walau begitu peran guru sekolah juga tak kendor.

Baca juga  Covid-19 Indonesia Catat Rekor Baru 5.534, Jabar Terbesar Ketiga

“Saya sampai 4 jam menerima video call siswa bareng bareng 4 orang. Memang harus melek teknologi informasi,” tambahnya.

Menurut Eko metode mengajar ABK masing masing berlainan. Ada yang senang visual langsung praktek, ada pula yang verbal walau yang ini sedikit.

Sementara Renggo dan Halim menyatakan untuk pelajaran musik memang harus mengandalkan pendengaran dan suara. Yang penting lagi panggung untuk pertunjukan.

“Museum Seni Rupa dan Keramik telah memberikan itu,” kata Renggo.

Untuk kepentingan pembelajaran siswa, Sumardi selaku Kasatpel Museum Wayang dan Maeva Salmah dari Museum Basuki Abdullah  pada kesempatan itu mengundang Sekolah Spectrum untuk mengunjungi museumnya masing masing.

Acara yang dipandu Astri dan Bayu dengan dukungan AMI DKI Paramita Jaya itu berlangsung lebih dari 2 jam.

Baca juga  Belum Setahun, Ade Yasin Terima 4 Penghargaan Inovatif dan Tata Kelola Pemerintahan

Untuk meramaikan pameran lukisan dan keramik panitia menggelar pula Workshop Melukis Sketsa dengan instruktur Zulva pada 22 Agustus dan workshop keramik/gerabah dengan instruktur Hendra Gunawan. Semua dilaksanakan secara virtual dengan daring zoom. Keterangan dapat dilihat di medsos pada instagram @museum_keramikjkt  dan juga @museum_senijkt.

Pada acara kemarin Putri (20) terlihat multi talenta.  Siswa berkebutuhan khusus itu memamerkan karya lukisnya bunga sakura warna merah muda. Padahal biasanya dia mengikuti pameran keramik yang menjadi hobinya. [] Hardjo

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top