Nasional

Inovasi atau Mati

Oleh: Toto Izul Fatah

(Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI, peneliti senior LSI Denny JA)

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Adalah fakta, bahwa pandemi Covid-19 yang sudah masuk bulan ke-4 pada Juni 2020 ini sudah mengoyak banyak sendi kehidupan bangsa, termasuk sendi ekonomi. Sejumlah perusahaan satu demi satu mulai berguguran. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di mana mana. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang riset dan konsultan, PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang didirikan dan dipimpin Mas Denny JA ini, ternyata tidak  imun juga dari imbas buruk wabah ini. Bagaimana perusahaan ini berusaha keluar dari krisis? Enerji apa yang digunakan? Berikut catatan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI, yang juga peneliti senior LSI Denny JA. (Redaksi)

Dalam laporan yang disampaikan Mas Ade Bodhon mewakili seluruh pimpinan unit usaha (7 PT), cukup tergambar dengan jelas dampak  wabah itu telah mengoyak posisi keuangan 4 unit usaha dalam kategori MERAH (perusahaan yang masih bisa hidup sampai Desember 2020).  Hanya 3 unit usaha  masuk dalam kategori KUNING (yang bisa hidup sampai Juni 2021). Dan tak ada satupun yang berkategori HIJAU (selain yang bisa hidup 1 tahun ke depan, juga bisa berbagai hasil/profit yang lumayan).   

Alhasil, jadilah wabah corona menjadi isu besar RUPS yang dituding sebagai salah satu biang  buruknya posisi keuangan perusahaan. Atas dasar itulah, mas Ade mengambil tema  “PRODUKTIF DI ERA COVID”. Tema yang ingin memberi pesan optimis, bahwa Corona bukan alasan penurunan performa perusahaan, khususnya keuangan, karena minimnya pendapatan. 

Meski begitu, tetap saja tema itu tak mengubah wajah-wajah ‘merana’ para direktur. Jika pun tersenyum, sulit rasanya untuk menutup aura mimik yang penuh dengan tekanan, karena tak siap melihat angka-angka merah saat Mas Denny, selaku pemimpin tertinggi perusahaan meminta pertanggungjawaban masin-masing unit usaha.

Ternyata di luar dugaan, begitu sesi tanggapan dan arahan dari Mas Denny JA dimulai,  suasana pun mendadak beda.  Muncul cayaha harapan yang menyentak tiba-tiba. Wajah-wajah ‘muram’ pun berubah seketika. Tepatnya, saat Mas Denny mengawali bicara dan membuka slide pertama bertema; INOVASI ATAU MATI. Slogan yang hampir sama dengan yang akrab kita dengar digelorakan para pejuang NKRI  sekitar 1945. Sangat heroik dan magis.  

“Terima kasih teman teman, saya sudah mendengar dan menyimak apa yang disampaikan tadi….,” begitu kira-kira kalimat sejuk dan bijak Mas Denny merespon paparan tadi dengan wajah yang tak pernah kehilangan senyumnya. Ditambah dengan kekuatan nada dan gaya bicara yang selalu bikin siapapun terkesima. “Betul, bahwa kita sedang berada di masa wabah Covid-19, tapi kita tetap tak boleh kehilangan inovasi dan kreasi,” tegasnya. 

Lalu mas Denny pun mengutip kisah dua jenius dunia, Steve Jobs dan Bill Gates. Keduanya sempat mengalami masa sulit, bahkan nyaris bangkrut. Tapi dengan kekuatan inovasi, yang awalnya sempat dibenci, 20 tahun kemudian  Bill Gates, misalnya, dicintai karena derma besarnya sebagai  buah dari profit yang besar juga. 

Baca juga  Etika Komunikasi Bermedia Sosial: Mengurai Kejahatan Digital

Karena itulah, salah satu pesan penting Mas Denny, tetaplah untuk berinovasi. Sebab, tanpa inovasi perusahaan pasti mati. Tidak heran, jika sebagian isi sejarah itu terdiri dari kuburan-kuburan para raksana dunia. Begitu pun yang akan dialami LSI nanti, jika perusahaan sudah mulai kehilangan inovasi. Menurut Mas Denny, yang akan bertahan itu bukan yang paling kuat, tapi yang paling sesuai dengan kebutuhan zamannya.  

“Saya paham dengan berbagai upaya dan usaha teman-teman. Yang paling penting mulai dengan SPIRIT dulu. Selebihnya, adalah PERJUANGAN,” tegas Mas Denny.  

Buat saya, kata spirit dan perjuangan yang disampaikan mas Denny berkali-kali di forum itu bermakna sangat magis. Ada kekuatan tak terlihat (gaib), tapi sangat terasa getaran energinya. Pesan itu seolah mengetuk pintu terdalam struktur psikis manusia berupa kesadaran (qalbu) yang awalnya kering menjadi basah berisi.  

Ibarat azan, pesan itu seolah memanggil semua unsur bawah sadar teman-teman, bahwa kita sebagai makhluk homosapien, ternyata menyimpan banyak kekuatan tak terlihat, yang masih bersemayam dalam diri. Namun, belum bermakna dan berdaya karena tak pernah disapa, baik melalui berbagai upaya lahir (kerja keras) maupun upaya batin (perenungan yang mendalam, penguatan imaginasi dan komunikasi  yang transendental). 

Padahal neurosains sekarang sudah sampai pada kesimpulan, bahwa pikiran bawah sadar yang tersembunyi itu ternyata mampu membentuk 95% lebih pengalaman hidup kita. Sementara peran pikiran sadar itu hanya 5% saja. Namun begitu, tak banyak orang yang mampu memberdayakan pikiran bawah sadar itu sebagai bank data dalam struktur psikis manusia yang bisa digunakan saat dibutuhkan.  

Mungkin banyak teman-teman yang berpikir, pada saat mengalami kesulitan atau gagal mencapai tujuan, dengan serta merta disimpulkan ada kekuatan diluar diri yang mencegah kita mencapai tujuan. Sebut saja gagal mendapatkan profit karena ada wabah corona. Padahal, itu kesimpulan yang dibangun dan diciptakan pikiran sadar kita.  

Dalam kontek inilah, semua teman teman harus jujur mengakui, bahwa hanya Mas Denny, setidaknya sampai RUPS kemarin, yang punya kemampuan dan kelebihan memberdayakan potensi bawah sadarnya. Tentu, melalui berbagai upaya sungguh-sungguh lewat berbagai perenungan dan imaginasi mendalam, dan dengan sebuah keyakinan serta kepercayaan diri yang kuat (positive thinking). 

Dalam psikologi, pikiran bawah sadar itu bertindak sebagai auto pilot kita, dan pikiran sadar (conscious mind) sebagai kontrol manualnya. Pada saat Mas Denny mengabari kita bahwa LSI dipercaya bekerjasama dengan Gugus Tugas Covid-19, sudah pasti umumnya teman-teman menganggapnya sebagai hal yang biasa. Termasuk, mungkin buat Mas Denny sendiri.

Padahal, disitu ada kekuatan bawah sadar Mas Denny yang mampu menghubungkannya ke pekerjaan itu. Buat sebagian orang itu mungkin sebuah kebetulan. Tapi buat saya, itu ‘WAHYU’ -bukan dalam makna agama—yang digali dan dipanggil oleh kekuatan bawah sadar Mas Denny, sehingga muncul ide perlunya mengambil peran sebagai opinion leader di masa covid ini.  

Baca juga  26 Juni: Tertular 1.240, Sembuh Rekor 884, Positif Corona Jatim Lampaui Jakarta

Kalau merujuk pada buku Beyond Psychology, bahwa pikiran itu bukan saja ikut menentukan nasib raga kita (mind over body) dan prilaku kita, tapi juga ikut menciptakan realitas di sekitar kita. Manusia menjadi semacam co-creators bersama Tuhan. Sama-sama ikut menciptakan berbagai peristiwa di sekitar kita. 

Dalam persfektif tasawuf, kita mengenal Wahdatul Wujud. Yaitu, salah satu pandangan di kalangan para sufi tentang maqom seseorang yang sudah sampai pada tahap mampu menyatukan kehendak dirinya dengan kehendak Tuhan. Dalam tradisi mistik Jawa dikenal dengan Manunggaling Kawula Gusti. Sebuah ajaran spiritual klasik Jawa yang mendasarkan pada keyakinan bahwa Tuhan adalah sangkan paran (asal dan  tujuan) hidup (hurip), termasuk seluruh makhluk (dumadi). 

Untuk sampai pada tahap itu, seorang Sufi harus melewati medan berat berbagai upaya pelatihan, penggodogan diri, pengasahan jiwa dan aneka perenungan yang sungguh-sungguh. Pada tahap paling puncak seorang sufi adalah sampai pada kenikmatannya menyatu dengan Tuhan. Meski cukup ekstrim dan kontroversial, level ini pernah diungkapkan Ibnu Arabi dengan kalimat Anal Haq (Aku adalah Tuhan). 

Pada level tertentu, harus jujur diakui –tanpa mengecilkan teman-teman—Mas Denny sudah dan sedang berada di maqom itu. Meski beliau tak pernah mengaku atau merasa sebagai seorang sufi, tapi akhlak dan prilakunya dalam melakukan upaya perenungan yang mendalam tentang diri dan alam ini, baik melalui meditasi, dzikir dan sejenisnya, menjadi sangat sufistik.  

Paling tidak, itulah yang terlihat dari Mas Denny saat menghadapi kesulitan tertentu, mampu mengungkap tabir gelap menjadi cahaya terang. Wujudnya tentu bisa dalam bentuk munculnya ide (ilham) maupun solusi yang digali dari kekuatan bawah sadarnya. Sehingga, dalam level yang paling ekstrim, Mas Denny sudah mencoba ikut andil dalam menentukan takdirnya, yang semula gelap menjadi terang. 

Untuk bisa sampai pada level itu tentulah tidak mudah. Karena tak semua orang mau dan mampu melakukannya. Ada proses Tahalli dan Takholli sebelum sampai pada tahap Tajalli, yaitu terungkapnya berbagai misteri yang tak mampu dijangkau akal (Mukassafah). Termasuk misteri wabah corona yang harusnya sebagai musibah, tapi bisa disulap menjadi berkah. Itulah Mas Denny yang kita tahu hari ini. Yang buat sebagian orang, termasuk teman-teman seangkatannya, “Denny JA itu tak  ada matinya” 

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, pengakuan itu sering muncul dalam berbagai kesempatan jumpa santai teman-teman di kantor. Ada kombinasi sinergik antara anugrah yang diberikan Tuhan kepada Mas Denny dengan upaya dan usaha sungguh-sungguh yang selalu ingin mendekatkan dirinya dengan Tuhan, meski pun dengan media yang berbeda, tidak ritual dalam arti fiqh/syariat. Sayang sering bilang kepada teman-teman, Mas Denny itu diberi anugrah kemampuan dan kemahiran menggunakan dua otaknya, otak kanan dan otak kiri (Ambibrainerity ).  

Seperti umumnya manusia, ada yang unggul karena dominan otak kirinya, misalnya, seorang orator atau pembicara yang baik, karena kecendrungan otak kiri itu lebih pada dominasi verbal dan logis. Biasanya terjadi pada CEO perusahaan (manajemen). Ada juga yang menonjol otak kanannya dengan ciri-ciri seperti kuat pada intuisinya, visualnya dan analitiknya. Biasanya mereka yang berprofesi sebagai marketer atau entrepreneur, seniman dan penulis.  

Baca juga  Dukung Transisi Energi Menuju NZE 2060, PLN Jalin 28 Kerjasama pada EBTKE Conex 2023  

Mas Denny, dalam berbagai peluang dan kesempatan, mampu mengambil hampir semua peran itu. Beliau seorang pembicara yang memukau, CEO yang baik (otak kiri), tapi juga beliau seorang penulis, marketing, pengusaha dan sekaligus seniman/budayawan (otak kanan). Tapi, lepas dari itu semua, point pentingnya bahwa Mas Denny sosok yang penuh warna yang mampu mewarnai apa saja sesuai tuntutan zamannya. 

Dalam kontek inilah, saat RUPS berwarna buram karena minimnya pendapatan, Mas Denny mampu memberi warna cerah yang disambut hangat semua  pimpinan. Apalagi, terungkap pesan yang tak kalah penting dari sekedar PROFIT berupa materi, di penghujung arahannya, Mas Denny mengajak semua pimpinan untuk “Mari menjadikan Wabah Corona ini sebagai Berkah, bukan Musibah”. Sambil mengutip penyair Islam kondang, Jalaludin Rumi: “Jika datang kepada mu bencana, sambutlah ia sebagai tamu kehormatan. Bencana itu datang membawa pesan Tuhan untuk pertumbuhanmu”.  

Buat saya, tentu juga buat teman-teman, pesan magis Mas Denny itu begitu berasa dan bermakna. Dan itu juga yang membuat wajah-wajah luyu di awal meeting, berubah menjadi senyum merekah di penghujung meeting. Kami merasa seperti disiram berkah yang tak ternilai, dibanding dengan Profit yang relatif.  

Bukan saja ilmu dunia yang didapat, tapi juga ilmu gaib. Kami seperti sedang berada di dua alam sekaligus, alam nasut (alam fisik) dan alam malakut (alam gaib). Ada optimisme, harapan, bahkan kepuasan. Karena Mas Denny telah membawa dan memberi warna perusahaan itu lebih dari sekedar mencari untung. Sehingga, pada bagian akhir paparannya, Mas Denny merasa perlu menyisipkan satu slide yang berisi pesan, “Perkuat Kerja Amal” sesuai kemampuan.

Pada tahap tertentu, itulah mungkin yang disebut pakar bisnis dari Tailand, Danai Changchaochai, sebagai perusahaan yang sudah menerapkan strategi samudra putih (white Ocean Strategy). Yaitu bisnis yang dilandasi spirit dan moral berbagi untuk kepentingan masyarakat dengan menjadikan arena pangsa pasar tidak lagi relevan. Tiap orang bisa menjadi pemenang, seberapa pun banyaknya pesaing.

Harus kita akui, Mas Denny sudah membawa gerbong bisnis itu ke arah sana. Kuncinya, pesanMas Denny di penghujung paparannya, tetap jaga pikiran positif kita. Karena dengan begitu imunitas kita juga terjaga. Pikiran buruk hanya akan menghasilkan sikap, dan bahkan realitas yang buruk juga.

Dalam persfektif beragama, kita dianjurkan untuk selalu berpikir positif, termasuk kepada Tuhan. Salah satu faktor dikabulkannya Doa itu adalah pikiran positif (khusnun dzon) kepada Tuhan. Dalam salah satu hadits qudsi disebutkan, Anna Inda Zhanni Abdi bi. “Aku sesuai dengan perkiraan hamba Ku tentang Ku”. Kalau kita selalu berpikir buruk tentang masa depan, Insya Allah yang akan terjadi juga keadaan buruk. Begitu juga sebaliknya. 

Jakarta, Juni 2020

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top