Nasional

Guru Besar FPIK IPB University Ungkap Pentingnya Sertifikasi pada Budidaya Udang

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Menurut Prof Bambang Widigdo, Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), bisnis udang masih sangat menarik secara ekonomis karena berorientasi ekspor. Di tingkat petambak, margin usaha ini berkisar antara 30-40 ribu per kilogram dan tidak terpengaruh secara nyata walaupun mengalami pandemi COVID-19.

“Agar produk budidaya udang Indonesia dapat bersaing di pasar internasional, kita harus dapat menunjukkan seberapa jauh dapat memenuhi persyaratan atau kriteria internasional,” ujarnya dalam kegiatan “Bimbingan Teknis terkait Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)”, yang digelar oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.

Baca juga  Atalia Dorong Istri Jadi Benteng Cegah Korupsi

Ia menambahkan, kriteria yang dimaksud telah dirumuskan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dalam panduannya yang disebut dengan International Principles of Responsible Shrimp Farming (IPRSF).

“Inti dari persyaratan tersebut adalah kegiatan produksi udang budidaya harus dijalankan dengan cara yang ramah lingkungan, ramah sosial dan produknya sehat dikonsumsi atau tidak mengandung antibiotik dan residu bahan kimia yang berbahaya,” ujarnya.

Menurutnya, persoalan lingkungan yang terkait dengan budidaya tambak udang, di antaranya perubahan bentang alam mangrove yang dikonversi menjadi tambak, salinasi (intrusi air laut ke tanah daratan), penggunaan tepung ikan (by catch), pencemaran perairan pesisir akibat limbah tambak, serta ancaman “biodiversity” (jika benur diambil dari alam).

Baca juga  Menhub Minta Penumpang via Bakauheni Rapid Antigen dari Daerah Asal

“Pemerhati atau peneliti lingkungan belakangan ini juga mulai gencar menghubungkan peningkatan gas rumah kaca (greenhouse gasses) dengan perluasan tambak udang. Menurut kajian beberapa peneliti, kegiatan tambak udang menduduki peringkat pertama dalam menurunkan luasan hutan mangrove Indonesia, diikuti oleh penambangan kayu, dan kegiatan lainnya,” jelasnya.

Dilematisnya, lanjutnya, saat ini pemerintah sedang berupaya meningkatkan produksi udang mencapai 250 persen di tahun 2024 dibanding 2018, serta berencana membuka tambak baru sekitar 100 ribu hektar.

“Maka disarankan agar tambak dibangun di atas kawasan supratidal (di atas kawasan hutan mangrove) dan tambak tambak tradisional ditingkatkan intensitasnya menjadi tradisional plus, semi intensif, atau intensif,” imbuhnya.

Prof Bambang menyoroti lahan tambak yang terbengkalai sebaiknya dapat kembali ditanami pohon-pohon mangrove.

Baca juga  Di Tangan Mahasiswa PKM-K IPB University, Kacang Bogor Berubah Jadi Sarapan Sereal Sehat

“Agar produk kita memenangkan persaingan global, maka harus mengikuti sertifikasi baik melalui program nasional (CBIB) maupun internasional,” jelasnya. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top