5 Sebab Masa Pensiun Pekerja Jadi Merana
Oleh: Syarifudin Yunus
(Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK & Edukator Dana Pensiun)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Kenapa seorang pekerja perlu mempersiapkan masa pensiunnya? Karena tidak satupun pekerja yang akan bekerja terus-menerus. Cepat atau lambat, siapapun pasti akan tiba di masa pensiun. Tidak ada seorang pun yang bekerja seumur hidup. Maka sadar pensiun merupakan perencanaan hari tua atau masa pensiun yang harus dimiliki pekerja. Umumnya, pekerja memasuki pensiun di usia 55 tahun. Maka bekerja seberapa lama pun, tidak ada jaminan seorang pekerja akan sejahtera di masa pensiun.
Adalah fakta, banyak pekerja tidak sadar pensiun. Mereka yang saat masih bekerja tidak mempersiapkan masa pensiunnya. Lalu terkaget-kaget saat masa pensiun tiba. Katanya, belum lama bekerja kok sudah pensiun saja. Maka wajar, hasil survei menyebut 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap untuk pensiun. Konsekuensinya kini, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Pensiunan yang tidak mampu menikmati hari tuanya, Hingga akhirnya “terpaksa” tetap bekerja lagi. Atau harus bergantung kepada anak-anaknya. Masa pensiun yang sulit dan tidak bisa dihindari lagi. Akibat tidak sadar masa pensiun dan tidak mau mempersiapkannya saat masih bekerja. Sayang, bila semuanya nanti sudah terlambat.
Cita-citanya, adalah ingin jalan-jalan dan liburan saat pensiun. Atau menikmati hari tua sambil menulis buku dan sesekali menggendong cucu. Tentu, sulit jadi kenyataan. Bila seorang pekerja tidak sadar akan pentingnya masa pensiun. Tidak peduli pada hari tua. Dan hanya berorientasi pada masa bekerja semata. Maka pensiun sejahtera pun jadi “jauh panggang dari api”. Sejahtera di masa pensiun yang hanya sebatas “dambaan” tanpa bisa jadi “kenyataan”. Semua itu terjadi karena pekerja tidak mau mempersiapkan masa pensiun dengan baik. Kebanyakan dari pekerja tidak mempersiapkan “apa yang harus dilakukan” untuk meraih masa pensiun yang sejahtera. .
Bersiap untuk pensiun adalah sebuah kecerdasan emosional. Bukan semata-mata materi atau intelektual. Dalam emotional intelligence “why it can matter more than IQ” ditegaskan bahwa, “Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik lebih cenderung menjadi puas dan efektif dalam hidup. Mereka mampu menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka sendiri. Namun tanpa emosional yang dikendalikan, mereka akan mengalami pertempuran batin yang melemahkan kemampuan mereka dalam bekerja dan kesadaran yang jernih.” Maka mempersiapkan masa pensiun pun, membutuhkan kecerdasan emosional seorang pekerja. Bahwa hidup bukan hanya saat bekerja tapi juga berlanjut hingga masa pensiun.
Banyak pekerja tidak sadar akan masa pensiun. Banyak pekerja “terlambat” mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Hingga akhirnya, keadaan hari tua yang merana, masa pensiun yang sengsara sulit dihindari. Kenapa pekerja merana di masa pensiun? Setidaknya ada 5 kebiasaan buruk pekerja yang jadi sebab masa pensiun merana:
- Berperilaku konsumtif saat bekerja. Terbiasa hanya menjadi konsumen suatu produk tanpa bisa memproduksi. Membeli barang atas dasar keinginan bukan kebutuhan. Pekerja yang hanya bisa memakai dan membelanjakan uangnya untuk membeli karya orang lain.
- Terbuai gaya hidup selama bekerja. Kebiasaan “hidup bergaya” lalu menyeret kepada biaya hidup tinggi dan di luar kemampuannya. Berjiwa hedonis, gemar bermewah-mewahan, dan gandrung gaya hidup yang tidak bermanfaat. Hingga terjebak pada hidup yang “lebih besar pasak daripada tiang”.
- Gemar utang saat bekerja. Kebiasaan utang yang bikin hidup jadi tidak tenang. Bahkan menjadi beban kehidupan dan beban finansial karena sibuk membayar utang. Hingga pekerja lupa menabung untuk hari tua. Ketahuilah, apapun keadaannya hutang bukanlah solusi.
- Senang menunda apapun saat bekerja. Terbiasa menunda untuk menabung. Menunda pekerjaan yang lebih produktif. Hingga akhirnya pekerja lupa waktu pensiun tiba. Tanpa ada yang bisa dipersiapkan. Banting tulang saat bekerja namun tidak punya kecukupan dana saat pensiun. Senang menunda, akhirnya berujung duka di masa pensiun.
- Tidak berani memiliki program pensiun saat bekerja. Kebiasaan menghabiskan gaji dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanpa mau memiliki program pensiun. Saat bekerja begitu-begitu saja, apalagi saat pensiun. Maka saatnya pekerja berani memiliki program pensiun, menyusuhkan sebagian kecil gaji untuk masa pensiunnya.
Tentu tidak ada satupun pekerja yang mau masa pensiunnya menderita. Karena itu, kebiasaan-kebuasaan buruk saat bekerja harus mulai dikurangi. Amat bagus bila mau dihilangkan mulai sekarang. Untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera bersama keluarga. Karena sejatinya, tidak ada kesenangan dan kenyamanan di masa pensiun yang gratis. Masa pensiun, sudah pasti membutuhkan biaya sementara gaji sudah tidak ada. Lalu, dari mana uang untuk membiayai hidup selama pensiun?
Maka sebagai solusi, jangan remehkan masa pensiun. Karena masa pensiun sama pentingnya dengan masa bekerja. Mulailah untuk menabung untuk hari tua, untuk maa pensiun. Salah satu caranya, tentu pekerja bisa mengikuti program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), sebuah program untuk mengupayakan masa pensiun yang sejahtera. Dengan menyisihkan sebagian uang saat bekerja, untuk digunakan saat pensiun.
Sungguh, pekerja tidak akan merana di masa pensiun. Bila mau mulai menabung untuk masa pensiun dari sekarang. Mumpung belum terlambat. Mulailah untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Tinggalkan kebiasaan buruk yang jadi sebab merana di masa pensiun. Ketahuilah, karena bekerja bukanlah untuk hidup hari ini dan sekarang. Tapi bekerja pun harus bisa menyiapkan hari esok dan masa pensiun. Saat pekerja tidak bekerja lagi ….
Masa pensiun bukanlah soal waktu. Tapi soal keadaan, mau seperti apa di saat pensiun? Mau jadi lebih baik atau tidak dibandingkan saat bekerja.[]