Nasional

20:20:20, Resep Cegah Gangguan Penglihatan Akibat Radiasi Gawai

Ilustrasi

Oleh: Parni Hadi,

(Inisiator Dompet Dhuafa, Mantan Anggota Komnas Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan)

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Komputer dan gawai (gadget), termasuk telepon seluler, sekarang telah menjadi sarana hidup pokok manusia mulai balita sampai lansia. Hal itu karena tiada kehidupan yang tidak melalui sarana komunikasi lewat komputer dan gawai, lebih-lebih di era pandemi covid-19 ini, ketika manusia mau tak mau harus semakin tergantung kepada gawai untuk bekerja dan belajar.

Padahal seperti dimaklumi radiasi komputer atau gawai bisa mengakibatkan gangguan penglihatan.

Apalagi kini banyak orang menghabiskan waktunya untuk bekerja dan belajar di depan komputer atau gawai. “Darurat mata termasuk kondisi tatkala orang sudah tidak mampu lagi bekerja dan atau belajar lewat komputer/gadget. Tidak hanya akibat kecelakaan yang bisa dikategorikan emergency,” begitu kata Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhD, guru besar ahli penyakit mata Universitas Indonesia.

Baca juga  Kuis Siapa Berani Hadir dengan Tampilan Baru di MNCTV, Makin Seru!

Dalam sebuah perbincangan di ruang praktiknya di gedung Jakarta Eye Center, awal November, Prof. Tjahjono mengungkapkan ada rekannya seorang guru besar yang menyampaikan tidak lagi mampu bekerja dengan komputer dan minta perawatan matanya.

Juga ada orang tua yang menyampaikan kondisi anaknya yang masih usia sekolah terganggu proses belajarnya melalui Zoom karena gangguan penglihatan.

JEC (Jakarta Eye Center) yang terletak di Jakarta Pusat itu dipenuhi pasien yang antre seperti pasar. “Ini bisa dikatakan keadaan darurat, karena mata menjadi alat vital untuk hidup, penghidupan dan proses belajar mengajar,” katanya. Jadi orang yang terganggu penglihatanya tidak bisa dilarang untuk datang ke rumah sakit mata. Sementara itu, beberapa waktu lalu ada imbauan hanya orang-orang yang mengalami sakit gawat darurat boleh ke rumah sakit. Ini untuk mencegah penularan Covid-19.

Baca juga  Guru Besar IPB: Permendikbud No 30/2021 Perlu Ditolak

Ahli penyakit mata itu menyampaikan resep untuk menghindari gangguan penglihatan, yakni 20:20:20.

Maksudnya, setelah di depan komputer selama 20 menit, harus berhenti selama 20 detik dan kemudian melihat sesuatu yang berjarak 20 meter. Bisa dibayangkan kemungkinan generasi muda Indonesia akan mengalami gangguan penglihatan karena sejak balita sudah terbiasa terpapar oleh layar. Secara seloroh, orang bisa mengatakan covid-19 telah membuat hari depan dokter mata dan industri optik punya kehidupan cerah.

Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa memiliki jumlah penderita katarak dalam jumlah besar. Juga angka kebutaan yang tinggi. Oleh karena itu, berbagai lembaga sosial aktif melakukan kegiatan operasi katarak gratis. Dompet Dhuafa pun tergerak melakukan gerakan kemanusiaan ini yang dikemas dalam program APDC (Aksi Peduli Dampak Corona).

Baca juga  Dompet Dhuafa Hibur Pasien Panti Sosial di Sukabumi

Prof. Tjahjono, adalah mantan anggota komnas PGPK dan sejak puluhan tahun lalu giat dalam aksi peduli kesehatan mata. Ia menyatakan siap terjun lagi dalam aksi yang sama.

Ia juga mantan Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia).

Peran mata (penglihatan) adalah jalur utama (83%) masuknya informasi sehari-hari.  Telinga 11% dan seterusnya. Namun, untuk belajar (mengingat), membaca 10%, mendengar 20%,  melihat 30%,mendengar dan melihat 50%. (Edgar Dale ~ Cone of Learning). []

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top