BOGOR-KITA.com, BOGOR – Sebanyak 15 rumah sakit diusulkan untuk menjadi rujukan penanggulangan infeksi emerging tertentu (Covid-19) di Kota Bogor. Hal itu dikatakan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim usai melakukai Rapat koordinasi dengan ke-15 rumah sakit melalui teleconference di pusat crisis center Kota Bogor, Sabtu (4/4/2020).
Namun, menurut Dedie terdapat berbagai kendala dan permasalahan untuk dapat menjadikan sebuah rumah sakit menjadi rujukan penyakit infeksi emerging tertentu (Covid-19).
“Kendala itu di antaranya masalah teknis seperti ketidaksiapan tenaga medis, tidak memiliki ruang isolasi kompresi negatif, ketidakpastian ketersediaan APD, ketidakcukupan alkes pendukung seperti ventilator dan tenaga dokter spesialis yang jumlahnya terbatas serta ikatan kerja yang bersifat limitatif,” jelasnya.
Untuk mempersiapkan segala kemungkinan penanganan, lanjut Dedie Pemkot Bogor juga memperbesar daya tampung pasien Covid-19 di RSUD Kota Bogor dari yang saat ini sekitar 32 bed menjadi 70 bed.
“Pemkot bersama RSUD bekerjasama dengan RS Graha Medika untuk menjadi rumah sakit yang dikhususkan menampung orang dalam pemantauan (OPD) dan pasien dalam pengawasan (PDP) ringan berdaya tampung 55 bed. Di rumah sakit ini juga akan disiapkan tempat untuk sarana penginapan tenaga medis,” terangnya.
Dengan demikian, Gugus Tugas Covid-19, BPKD, Dinkes, RSUD sedang menyiapkan langkah langkah administrasi perizinan rumah sakit sementara dalam kondisi darurat serta sarana, prasarana, kelengkapan sumber daya untuk pengoperasionalisasinya dalam waktu 1 bulan kedepan.
“Dari 15 rumah sakit, yang sudah melaksanakan fungsi penanganan Covid-19 hanya RSUD Kota Bogor, RS Siloam dan BSH,” tandasnya
Selain tiga rumah sakit tersebut ikut dalam rapat antara lain RS Salak, RS Hermina, RS PMI, RS Azra, RS BMC, RSU Islam, RS Juliana, RS Medika Dramaga, RS Melania, RS Mulia, RS Ummi, RS Vania. [] Ricky