Laporan Utama

Sistem Satu Arah di Kawasan KRB Dilatari Kemacetan yang Diakibatkan Pergerakan 12 Juta Orang

BOGOR-KITA.com – Tidak kurang 1,2 juta orang lalu lalang di seputaran Kebun Raya Bogor (KRB) Kota Bogor. Hal ini membuat jalur di Kota Bogor dipadati dengan kendaraan baik angkutan umum kendaraan pribadi dan lainnya. Sedikitnya 8.000 unit mobil pribadi, 57.688 hingga sepeda motor yang mencapai angka 230.316. Kepadatan lalu lintas ini tak ayal membuat kemacetan yang hampir terjadi setiap jam dan dikeluhkan seluruh warga Kota Bogor. Hal ini pula yang mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pada Jumat (1/4/2016) mendatang resmi menerapkan Sistem Satu Arah (SSA) di sekitar KRB.

Penerapan ini bukan tanpa tujuan. Permasalahan hambatan lalu lintas seperti tingginya penyeberangan orang di jalan dan tingginya perpotongan arus lalu lintas, keberadaan  pengeteman angkutan umum, pedagang kaki lima, parkir yang tidak tertata membuat SSA menjadi solusi paling tepat bagi permasalahan kemacetan Kota Bogor.

Baca juga  Pemerintah Tak Larang Mudik, Waspadai Kemacetan Libur Idul Adha

Dengan adanya SSA yang searah jarum jam akan menghilangkan 7 titik perpotongan naik-turun kendaraan atau menyebrang jalan. Sebut saja, seberang Sekolah Regina Pacis, Seberang Jembatan Sempur (Kampung Rambutan), Seberang Sempur, Seberang Balaikota, Seberang BTM, Seberang Museum Zoologi dan Seberang Jalan Roda.

Sementara ada 11 titik konflik kendaraan belok kanan yang menjadi perpotongan arus lalulintas antara pejalan kaki dengan kendaraan dan sebaliknya. Sebut saja, Simpang Pangrango, Simpang Sempur, Simpang Denpom, Simpang Hotel Salak, Simpang Kapten Muslihat, Simpang Paledang, Simpang BTM – Juanda, Simpang BTM – Empang, Simpang BTM – Lawang Sakateng, Simpang Jalan Roda dan Simpang Jalan Bangka akan hilang.

Menurut Ketua Tim Percepatan Prioritas Program Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriatna, Masalah Kota Bogor tidak akan pernah tuntas jika tidak ada peran serta dari warga kotanya. Walikota tidak dapat bekerja sendiri dan ini saatnya warga berpartsipasi bukan saja hanya mengeluhkan masalah kemacetan yang terjadi. “Menata lalu lintas juga berarti menata kota dan menata kehidupan warganya,” jelas Yayat. [] Admin

Baca juga  Ngantor di Tegallega, Warga Curhat Mulai dari Sampah hingga PKL dan Kemacetan
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top