Kab. Bogor

Selama Pandemi, Masyarakat Kurangi Pengeluaran untuk Pangan

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Selama pandemi covid-19, sebagian terbesar masyarakat Indonesia mengurangi pengeluaran untuk pangan keluarga, sebagian lainnya membeli pangan yang harganya lebih murah.

Hal ini terungkap dari survey daring yang dilakukan Prof Dr Euis Sunarti, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema), pada periode April dan Juni 2020.

Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Rabu (4/11/2020) disebutkan, tujuan survei adalah untuk mengetahui strategi coping pangan yang dilakukan seseorang dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan semasa pandemi covid-19.

Dari survey diperoleh status pendidikan responden yang sebagian besar berpendidikan tinggi (Diploma, S1, S2, S3), yaitu 83 persen pada survei pertama dan 74 persen pada survei kedua.

Baca juga  Nikmati Dahsyatnya Sedekah

Perolehan data strategi coping pangan yang dilakukan oleh responden pada bulan pertama dan kedua mengungkapkan bahwa sebagian besar responden, tepatnya sebesar 77,5 persen, memilih untuk menghemat pengeluaran untuk pangan keluarga, dan 59,7 persen memilih untuk membeli pangan yang harganya lebih murah.

“Di samping itu, sebesar 79,6 persen keluarga tidak mengurangi porsi makan, 76,6 persen tidak mencari informasi bantuan pangan serta pada presentase yang hampir imbang yaitu sebesar 50,6 persen tidak mengurangi jenis lauk yang dikonsumsi,” ujar Prof Euis.

Pada bulan kedua, strategi pangan yang dilakukan responden tidak menunjukkan perubahan bahkan terjadi peningkatan persentase yang lumayan besar untuk membeli pangan yang harganya lebih murah, yaitu menjadi 69 persen.

Baca juga  Covid-19 Kabupaten Bogor 20 Mei 2021: Positif 57, Sembuh 54, Kasus Aktif 340

Berdasarkan data strategi tersebut, Prof Euis menyimpulkan bahwa responden cenderung menunjukkan pola strategi coping pangan yang relatif sama.

Sebanyak 7-8 delapan dari 10 keluarga melakukan penghematan pengeluaran untuk pangan. Disusul dengan membeli pangan yang lebih murah harganya, yang dilakukan oleh 6-7 dari 10 keluarga.

Lalu sebanyak 1 dari 2 keluarga melakukan pengurangan jenis lauk yang dikonsumsi, mencari informasi bantuan pangan dan terakhir melakukan pengurangan porsi makan yang dilakukan oleh 1  dari 5 keluarga.

Data tersebut menunjukkan besarnya masalah kesejahteraan keluarga di masa pandemi covid-19. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam rumah tangga, sehingga dapat menjadi indikator dasar kesejahteraan keluarga. Maka, bila sebuah keluarga mengalami ketidaktahanan pangan (food insecurity), hal tersebut menunjukkan bahwa adanya ketidaktahanan keluarga. Terjadinya ketidaktahanan pangan saat dua bulan pandemi berlangsung, berkaitan erat dengan masalah ketahanan ekonomi keluarga.

Baca juga  Peringati 1 Tahun, KPTNI Gelar Edukasi dan Expo Tembakau

Ia menyebutkan bila hal tersebut sesuai dengan data lain yang menunjukkan bahwa sekitar 53 persen keluarga hanya memiliki jumlah tabungan yang kurang dari dua bulan pemenuhan kebutuhan keluarga. Padahal,  sebagian besar keluarga memiliki pendidikan yang tinggi. Hasil survei tersebut dapat menjadi gambaran mengenai urgensi dan krusialnya pembangunan keluarga, pembangunan yang ramah keluarga, khususnya peningkatan ketahanan ekonomi keluarga bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. [] Admin

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top