Pendidikan

Ribuan Mahasiswa Baru UI Dibekali tentang Paham Radikal dan Pentingnya Toleransi

BOGOR-KITA.com, DEPOK – Pengurus Masjid Ukhuwah Islamiyah bekerja sama dengan Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara Universitas Indonesia (GMBBN UI) mengadakan kajian yang ditujukan untuk  Mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2022. Kajian ini dilaksanakan selama tiga hari, 13-15 Desember 2022.

Dalam tiga hari kegiatan, perhari estimasi jumlah peserta yang hadir berkisar 2.000-2.500 mahasiswa ujar Adnan Mughoffar, Mahasiswa FH UI selaku panitia kegiatan.

Acara diawali dengan pembacaan Alquran oleh Qori yaitu  Sukandi dan Ust Ahmad Yasin (Dosen Agama Islam UI). Kegiatan selanjutnya adalah pembacaan Selawat Mahalul Qiyam oleh Ustaz Natsir (Dosen Agama Islam UI). Selanjutnya, Kyai Achmad Solechan selaku Ketua GMBBN UI dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kehadiran kepada seluruh narasumber dan mahasiswa yang hadir. “Agenda ini semata-mata ingin mengingatkan, kepada adek-adek mahasiswa, bahwa paham yang paling cocok untuk orang Indonesia adalah paham moderat”, ujarnya. Selain itu, Moderasi mengisyaratkan keadilan dan keseimbangan dalam beragama.

Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, dan kepercayaan, meniscayakan hidup dengan sikap toleransi. Sikap ini ditunjukkan dengan menghormati perbedaan pendapat, memberikan ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, menghargai kesetaraan, dan sedia untuk bekerja sama. Anti kekerasan. tindakan dari siapa pun yang menggunakan cara kekerasan, dengan berbagai bentuknya, dalam mengusung perubahan yang diinginkannya. Dan, penerimaan terhadap tradisi. Ini dilakukan dengan sikap ramah dalam menerima tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama. “Dengan menghadirkan alumni UI yang pernah berurusan dengan kasus terorisme, GMMBN UI mencoba mengingatkan bahaya radikalisme yang bahkan mampu menjangkiti kaum terpelajar”, demikian penutup sambutannya.

Baca juga  Ade Sarip Puji SMP Negeri 5 Kota Bogor Juara Lomba Sekolah Sehat

Acara puncak yaitu kajian diawali dengan pemaparan dan bedah konsep radikalisme yang disampaikan oleh Muhamad Syauqillah, Ph.D, Kaprodi Kajian Terorisme Universitas Indonesia.

Paparan yang diajarkan kepada mahasiswa berupa; arti dari radikal, kerentanan pemuda dalam penjaringan teroris, dan peran media sosial yang dimanfaatkan jaringan teroris. Syauqillah mengatakan, “dulu, JI itu melatih Imam Samudra, Amrozi, dan lainnya selama 5 tahun lebih, baru mereka menjadi anggota, sementara hari ini, ada baiat ke ISIS secara online, pelatihan bikin bom secara online, semakin ke sini, teroris juga semakin kreatif, maka dari itu, adek-adek wajib hati-hati”.

Narasumber selanjutnya adalah AKBP Mayndra Eka Wardhana S.Ik., S.H., M.Kp,Kasubdit Kontra Naratif Densus 88 Anti Polri. Dalam paparannya, AKBP Mayndra memperingatkan bahayanya ancaman radikalisme dan terorisme yang timbul dari pemahaman agama yang salah. “Pokoknya, adek-adek di sini fokus saja dengan kegiatan belajar, jangan mengecewakan orang tua”, tutupnya sebagai nasehat kepada para mahasiswa.

Baca juga  Presiden Kampanye, Emang Boleh?

Narasumber ketiga adalah Arti Alifah Rahardjo, Alumni FIB UI. “Alhamdulillah, saya lulus dari FIB UI hanya dalam 3.5 tahun dengan predikat cumlaude, namun ya dua tahun mendapatkan pengalamam berharga, di dalam lapas saya melihat ada perempuan kelahiran 2001 yang berpaham teroris, mendukung ISIS dan sebagainya”, ujarnya saat mengawali cerita hidupnya di depan mahasiswa. Masalah teroris itu, bukan cuman ekonomi, ada orang kaya yang rela pindah ke Suriah buat gabung ISIS, ada juga orang pintar, bahkan polisi juga ada yang dukung ideologi terorisme.

Narasumber terakhir, Sufyan Sauri, Mantan Polisi dan Eks Narapidana Terorisme. Saat ini, Sufyan terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Terorisme di SKSG UI. Pemaparan beliau, dimulai dengan pengalaman pribadinya, ia mengingatkan untuk menjauhi paham intoleransi sesama Islam, jika ada yang menyulut perbedaan khilafiyah dalam ajaran Islam, seharusnya dijauhi. Karena salah satu pintu menuju terorisme adalah paham intoleransi dan merasa benar sendiri. Kelompok di luar kelompok saya adalah salah. Paham intoleransi ini berangkat dari hal kecil, seperti menyalahkan tradisi dan budaya di Indonesia. Di akhir pemarapan, ia menjelaskan bahwa polisi juga tetap manusia, dapat menjadi teroris jika sudah salah mengaji ke guru yang salah.

Baca juga  SMK Insan Kreatif Pamer Agriculture Iot System di Bappedalitbang

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Fatkhuri (Dosen Agama Islam UI).

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top