Regional

Ratib Desa, Ritual Tolak Wabah ala Desa Kertayasa Kuningan

BOGOR-KITA.com, KUNINGAN – Di tengah pandemi wabah corona atau covid-19 yang melanda dunia, Pemerintah Desa Kertayasa, Kabupaten Kuningan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mengadakan tradisi unik yang kembali dilakukan setelah hampir 30 tahun ditinggalkan.

“Masyarakat dahulu di desa kami apabila terjadi serangan hama (wabah) para tokoh agama dan masyarakat melaksanakan ritual rajeg atau ratib desa,” kata Kepala Desa Kertayasa Arief Amarudin kepada BOGOR-KITA.com, Kamis  (23/4/2020).

Menurutnya, rajeg desa adalah sebuah ritual tolak bala, dengan cara berjalan mengelilingi batas desa sambil berzikir yang diikuti oleh para pemuka agama, perangkat desa yang diyakini dapat mengusir marabahaya yang datang.

“Rajeg desa dilakukan malam hari, sore sebelumnya ziarah ke makam para tokoh desa, demang jayasasmita, mbah buyut mesir dan makam buyut tuban,” ungkapnya.

Baca juga  Kebijakan Menpan Mulai Telan Korban, 222 Karyawan Hotel di-PHK di Kota Bogor

Meski tak sepenuhnya dapat dibuktikan dengan logika, namun Arief memilih ikut melestarikan tradisi turun-temurun itu. Sebab, gerakan sederhana tersebut merupakan bentuk kearifan lokal.

“Ini bagian dari ikhtiar bathin sebagai peringatan kesiapsiagaan untuk mencegah wabah apapun termasuk corona,” katanya lagi.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Kertayasa, Kyai Mukhsin Al Ma’sumi menyatakan, bahwa dalam ritual rajeg desa ini mengandung hikmah yang sangat dalam.

“Salah satunya dalam setiap langkah tanah yang kita pijak jadi saksi atas dzikir kita, perhatian terhadap kemaslahatan umat, termasuk juga mengandung nilai ibadah,” kata Kyai Mukhsin.

Selain bernostalgia pada masa lalu saat wabah hama wereng, kolera dan sebagainya juga sebagai bentuk dakwah ‘bil haal’ kepada masyarakat agar pentingnya mengingat kembali kepada sang maha segala pencipta.

Baca juga  Ridwan Kamil Yakin Bendungan Sadawarna Tingkatkan Produksi Beras

“Semoga tradisi yang baik ini bisa terus dilestarikan bukan hanya terjadi saat wabah datang, juga sebagai bentuk mempertahankan nilai kearifan lokal,” pungkasnya.[] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top