Kab. Bogor

Petani Sayur Sawi Caisim di Desa Situ Daun Menjerit Tercekik Tengkulak

BOGOR-KITA.com – Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Seperti itulah nasib yang dialami petani Sawi Caisim di Kampung Cikupa RT3/RW 4, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Setiap 25 hari sekali mereka harus mengelus dada lantaran hasil jual panen yang diperolehnya, tak sesuai dengan harapan.

Minta (64) petani Sayur Sawi Caisim Situ Daun mengaku sedih, mengingat harga sayuran yang ia tanam di lahan kebun miliknya sejak puluhan tahun, tak pernah mengalami peningkatan. Menurut dia paling banter harga bagus yang didapat hanya dilevel Rp3 ribu saja per kilogram.

“Kalau harga sedang anjlok bisa sampai Rp1.500 per kilogram, kadang saya dan istri sedih mengingat hidup dari hasil tani sayuran selalu minim dan pas pasan alias hanya cukup untuk makan keluarga saja. Itupun masih dirasakan kurang, sedangkan zaman sekarang semua harga harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi,” kata Minta, Kamis (7/3/2019).

Menurut dia, saat ini harga sayur Caisim yang ia tanam di kebun oleh para tengkulak dihargai Rp3 ribu setiap kilogramnya. Tapi yang untung tetap para tengkulak dan tokeh pasar karena tengkulak menjual sayur sawi Caisim ke tokeh pengepul di pasar bisa Rp11 ribu perk ilogramnya.

Baca juga  Camat Fikri Ikhsani Tentang Polsek Tajurhalang: Ini Sejarah dan Harapan Masyarakat

“Tokeh atau pedagang di pasar dijual ke pembeli seharga Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram. sangat jauh dibanding apa yang diperoleh petani yang cuma Rp3 ribu setiap kilo, belum lagi dipotong biaya beli pupuk urea, pestisida serta bayar upah buruh petik di setiap panen sebesar Rp35 ribu untuk masing masing buruh perempuan dengan jumlah 4 orang, dan Rp50 ribu untuk tiga buruh laki lakinya. Coba bayangkan berapa hasil yang saya dapat dari panen sawi di tanah saya seluas  600 meter persegi, paling banter hanya Rp 450 ribu saja setiap 25 hari,” sedihnya.

Sebentar lagi bulan puasa Ramadhan, dikhawatirkan harga sayuran sawi merosot lantaran pasokan dari berbagai daerah dan tempat selalu melimpah di pasar.

Baca juga  Anak Janda Tua di Rumpin Jual Ayam Kesayangan Beli Ponsel untuk Belajar Daring

“Ya, kalau pasokan Sawi membludak di pasar, bisa bisa panen kami cuma dihargai Rp1.500 setiap kilonya. Hal inilah yang membuat saya dan semua petani sayuran Sawi Caisim Situ Daun selalu meradang menderita,” ungkapnya.

Masih kata Minta,  ia dan beberapa petani sayuran di kampungnya sampai saat ini tidak bisa berbuat apa apa, karena ijon tengkulak selalu menanam saham kepada mereka Rp1 juta. Itu pun selalu wajib tanam setelah 25 hari panen dan tak boleh putus selama setahun.

“Akibatnya kami selalu gigit jari. Belum lagi dituntut harus tebar benih hingga menanti masa panen yang bisa memakan waktu 40 hari. Buntutnya, uang kami selalu habis tak tersisa. Ditambah kebutuhan buat beli pupuk, pestisida serta Rp300 ribu harus kami keluarkan, nasib kami sebagai petani Sayur Situ Daun selalu di ujung tanduk,” tukasnya.

Adi, buruh petik sayuran di kebun Minta membenarkan upah yang diperoleh dalam satu hari petik Sawi Caisim setiap panen sebesar Rp50 ribu. “Sementara untuk masing masing buruh perempuan dibayar Rp35 ribu perorang. Saya sering kasihan dengan Pa Minta yang selalu pas pasan mendapat hasil panennya,  tapi ya bagaimana karena saya sendiri harus dapat upah untuk biaya hidup keluarga,” bebernya.

Baca juga  Kampung Literasi Sukaluyu Bogor Dicanangkan, Direktorat PMPK Kemdikbud RI Apresiasi TBM Lentera Pustaka

Lebih lanjut dikatakan Adi, pesanan sayur Sawi Caisim dari para tokeh di pasar sebenarnya selalu meningkat, tetapi ironisnya tengkulak menghargai sayurannya saat ambil di kebun selalu rendah.

“Makanya banyak petani sayur Sawi Caisim di Situ Daun, termasuk para buruh petiknya selalu dalam kesulitan ekonomi,” tandasnya.

Nanah, istri Minta menuturkan, dari hasil tani sayur mayur yang sudah ditekuni suaminya selama lebih dari 50 tahun tersebut tak mampu membawa perubahan hidup. Meski hasilnya susah, tapi ia berusaha untuk setia mendampingi sang suami bercocok tanam menjalani profesi petani sayur mayur Situ Daun. [] Admin/Pkr

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top