Oleh: Ade Yasin
(Bupati Bogor, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor)
BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Tingkat penularan di lima daerah bodebek, meliputi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, sejak pelaksanaan Pembatasa Sosial Berskala Besar atau PSBB menurun jika dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan PSBB.
Jika sebelum PSBB, reproductive number atau Ro, atau tingkat penularan corona atau covid-19 sebesar 1,27, maka setelah penerapan PSBB tahap pertama, tingkat penularan menjadi 1,07.
Artinya, jika sebelum PSBB satu orang pembawa virus corona menularkan ke 1,27 orang lain, maka setelah pelaksanaan PSBB tahap pertama, satu pembawa virus hanya menularkan kepada 1,07 orang lain. Ro-nya turun dari 1,27 menjadi 1,07.
Kalau diandaikan ada 100 pembawa virus, maka sebelum PSBB, 100 orang ini menularkan kepada 127 orang lain. Setelah pelaksanaan PSBB tahap pertama, 100 orang pembawa virus ini hanya menularkan kepada 107 orang lainnya.
Inilah hasil dari disiplin dan kepatuhan masyarakat Kabupaten Bogor dan empat daerah lain di Bodebek dalam menjalankan PSBB.
Penurunan ini memiliki makna penting. Karena kasus covid-19 paling besar berada di DKI Jakarta. Kasus terbesar kedua ada di Jawa Barat. Di Jabar sendiri kasus paling besar ada di Bodebek.
Berdasarkan data 1 Mei 2020, pasien positif Bodebek sebanyak 844, sedangkan Jabar 1.012 orang. Ini berarti 83,3 persen kasus corona Jawa Barat berada di Bodebek.
Pada tanggal yang sama kasus di DKI Jakarta sebanyak 4.317. Jika dikalkulasi presentase Bodebek 19,5 persen dari total kasus di Jakarta yang merupakan epicentrum corona.
Berdasarkan angka-angka ini, maka turunnya tingkat penularan atau turunnya tingkat Ro corona di Bodebek, menjadi bagian dari kontribusi warga Bodebek, termasuk di dalamnya warga Kabupaten Bogor terhadap upaya memusnahkan corona di Indonesia.
Bagaimana hasil dari pelaksanaan PSBB tahap kedua di Bodebek?
Pada Rabu (29/4/2020) atau hari pertama PSBB tahap kedua, jumlah penambahan pasien positif covid-19 di Bodebek sebanyak 14 orang. Dari Kabupaten Bogor bertambah hanya 1 orang.
Pada Kamis (30/4/2020) bertambah 39 orang. Dari Kabupaten Bogor 4 orang. Pada Jum’at (1/5/2020) bertambah sebanyak 39 orang. Dari Kabupaten Bogor 13 orang.
Pada Minggu (3/5/2020) bertambah 5 kasus. Dari Kabupaten Bogor tidak ada alias nihil.
Pada Senin (4/5/2020) ada penambahan sebanyak 5 orang. Dari Kabupaten Bogor 2 orang. Angkanya fluktuatif terkendali.
Secara khusus saya ingin memberikan catatan terhadap warga Kabupaten Bogor. Saya ingin mengatakan bahwa wilayah Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan wilayah terluas di Bodebek. Warganya paling banyak.
Menurut data BPS Jabar, sampai Agustus 2019, jumlah warga Kabupaten Bogor 5.8 juta, Kabupaten Bekasi 3,6 juta, Kota Bekasi 2,9 juta, Kota Depok 2.3 juta, Kota Bogor 1,1 Juta.
Jumlah warga ini menjadi menjadi catatan tersendiri, karena dalam hal virus corona, penularannya terjadi dari satu orang ke orang lain. Semakin banyak warga, semakin banyak potensi tertular, dan dengan sendirinya semakin banyak potensi penularan.
Selain itu, warga Kabupaten Bogor banyak yang bekerja ke DKI Jakarta, sehingga potensi penularannya tinggi, baik saat bekerja di kantor di Jakarta, saat dalam perjalanan naik kereta api atau kenderaan umum, dan lain sebagainya.
Warga Jakarta juga banyak yang mondar mandir siang dan malam ke Bogor, baik sekadar kuliner, piknik ke kawasan puncak dan objek wisata yang ada, rapat, perjalanan dinas, kongkow dan lain sebagainya. Sedemikian rupa, potensi penularan corona terhadap warga Kabupaten Bogor sangat besar.
Bahwa kurva penularan corona di Kabupaten Bogor kemudian berhasil diturunkan, jelas merupakan buah dispilin dan kepatuhan masyarakat Kabupaten Bogor.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih, termasuk kepada semua pihak yang terlibat ikut menurunkan tingkat penularan dengan caranya masing-masing, mulai dari alim ulama, aparat pemerintah, cerdik cendikia, tokoh adat, tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT, ketua RW, pengurus masjid, relawan, dan lain sebagainya.
Tetapi, bukan berarti tugas dan ancaman corona sudah selesai. Sebaliknya, kita semua masih harus waspada, bahkan harus meningkatkan kewaspadan. Sebab, walau jumlahnya terus menurun, penularan masih terjadi.
Selain itu, pemerintah sudah melarang mudik. Banyak warga Jakarta yang tidak mudik ke kampung halamannya, alias tetap berada di Jakarta.
Karena jaraknya dekat dengan Bogor, maka untuk melepas penat karena tidak bisa mudik, maka tidak tertutup kemungkinan mereka plesir ke Bogor, baik itu ke rumah kenalan, kerabat, teman kerja, atau sekadar cari angin ke kawasan Puncak atau objek wisata lain yang banyak terdapat di Kabupaten Bogor.
Ini harus diantisipasi. Situasi ini harus ditafsirkan sebagai potensi penularan terhadap warga Kabupaten Bogor. Oleh sebab pula, kita masih harus waspada, bahkan harus meningkatkan kewaspadan.
Tetap harus angkat senjata, yakni diam di rumah, ibadah di rumah, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker kalau terpaksa ke luar rumah, hindari kerumunan, dan jaga wilayah, sambil terus menghidupkan semangat gotong royong, melirik tetangga kiri dan kanan, membantu sesama yang membutuhkan. []