Regional

Penanganan Disabilitas Terkendala, Keluarga Sembunyikan Anak Karena Malu

BOGOR-KITA.com, KOTA BANDUNG – Indonesia masih menghadapi masalah pelik dalam penanganan disabilitas anak terutama datang dari internal keluarga.

“Masih banyak keluarga menyembunyikan anaknya dari lingkungan karena malu. Jadi anak terbatas aksesnya atas pendidikan dan masa depannya,” kata Deputi Perlindungan Anak Kementeian PPPA Nahar dalam acara memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) di halaman Museum Geologi, Kota Bandung, Sabtu (7/12/2019). 

HDI bertajuk Gebyar Penyandang Disabilitas Internasional – Fun With Disability mengangkat tema Indonesia Inklusi, Disabilitas Unggul.

Nahar menyayangkan sikap keluarga itu, mengingat Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Disabilitas dan Konvensi Hak Anak.

“Kami harap Pemdaprov Jabar, khususnya Ibu Atalia sebagai Ketua Tim Penggerak PKK menjadi duta anak-anak dan menyampaikan pesan ini kepada keluarga terutama ibu-ibu dan pendamping anak di lingkungan masing-masing. Bahwa semua anak sama, dan tidak ada ruang tertutup bagi anak-anak disabilitas untuk memiliki masa depan,” jelas Nahar.

Baca juga  Komisi IV DPRD Jabar: Anggaran Program RUTILAHU Perlu Ditingkatkan

Pada HDI tingkat provinsi ini, anak-anak disabilitas menunjukkan bakat dan kemampuan melalui ajang ‘Menteri Bintang Mencari Bakat’. Anak-anak secara bebas diajak mengekspresikan perasaan mereka melalui kegiatan melukis bersama seluruh peserta pada kain sepanjang 30 meter.

Jumlah disabilitas di Jabar cukup banyak. Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil menyebutkan ada 128.615 disabilitas di Jabar yang memerlukan perhatian khusus pemerintah dan masyarakat.

“Perhatian khusus agar mereka mendapatkan perlindungan, kebahagiaan dan kesempatan yang maksimal, karena setiap anak berhak bahagia. Setiap anak berhak memaksimalkan potensi dirinya dengan diberikan peluang untuk meningkatkan kemandirian,” ujar Atalia. 

Untuk itu Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), Dinas Sosial, Dinas Pendidikan menyediakan sekolah inklusi agar anak-anak penyandang disabilitas mendapatkan pendidikan layak yang menjadi haknya. 

Baca juga  Pengguna Terbanyak di Indonesia, 360 Desa Jabar Deklarasi Berantas Narkoba

Atalia mengapresiasi pemkab/pemkot yang konsisten berupaya menjadi kabupaten/kota layak anak yang menciptakan ruang agar disabilitas mampu mengembangkan potensi diri, kemandirian, kecerdasan, akhlak mulia dan peduli sesama, serta memiliki daya saing. 

Jawa Barat sendiri saat ini sedang berfokus menuju provinsi layak anak. Untuk itu Pemdaprov Jabar selalau intens bersinergi dengan berbagai komponen di Gugus Tugas Provinsi Layak Anak.

“Jawa Barat menjadi provinsi layak anak diharapkan dapat terwujud di tahun 2023 dengan indikator, 27 kabupaten/kota layak anak, 627 kecamatan layak anak (Kelana) dan 5.957 desa/kelurahan layak anak (Dekela),” jelas Kepala DP3AKB Provinsi Jawa Barat Poppy Sophia Bakur.  

Berdasarkan SUSENAS tahun 2018, populasi kelompok anak usia 2-18 tahun kategori disabilitas sedang dan berat mencapai 7 persen atau sekitar 2,48 juta anak. [] Admin/Humas Pemdaprov Jabar

Baca juga  Ineu Sosialisasi Perda Nomor 1 Tahun 2020 di Sumedang

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top