Pakar IPB University Ungkap Berbagai Upaya Transplantasi Terumbu Karang Sebagai Upaya Rehabilitasi
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Segitiga terumbu karang dikenal sebagai istilah geografis bagi kawasan perairan penting dengan lebih dari 75 persen spesies terumbu karang dunia. Kawasan tersebut menggambarkan betapa kayanya keanekaragaman Indonesia. Sayangnya, pemanfaatannya tidak dilakukan secara cerdas.
Dalam mengambil momen Coral Triangle Day yang jatuh pada tanggal 9 Juni, Yayasan Kehati (Keanekaragaman Hayati Indonesia) menggelar Webinar dan peluncuran buku “Keberhasilan Transplantasi Terumbu Karang Menggunakan Media PVC”, Selasa (8/6/2021). Webinar tersebut juga terkait dengan program transplantasi terumbu karang yang telah dilakukan sejak tahun 2018 lalu di Pulau Sangiang yang terletak di Selat Sunda.
Pada kesempatan kali ini, Dr Hawis Maddupa, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University memaparkan mengenai transplantasi karang sebagai upaya rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Ia hadir mewakili grup peneliti biodiversitas laut dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University.
Menurutnya, Indonesia berada hampir sempurna pada posisi tengah segitiga terumbu karang yang terkenal sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Pakar Biologi Laut IPB University itu menyebut, spesies terumbu karang berjumlah hampir 76 persen berada di sana dan 37 persen ikan berlokasi di tempat yang sama.
“Wilayah tersebut tergabung dengan wilayah Indopasifik dan telah dikaji bahwa 55 persen ikan-ikan terumbu juga verada disana. Sehingga penting bagi berbagai pihak untuk melalukan konservasi bagi biota laut. Mengingat ancaman eksploitasi makin meningkat seperti overfishing dan polusi,” ungkap Dr Hawis.
Lebih lanjut ia menerangkan, ada sekitar 30 persen terumbu karang di Indonesia yang memiliki tutupan karang lebih dari 50 persen atau dinilai sangat baik. Sisanya, sebanyak 70 persen memiliki tutupan karang kurang dari 50 persen berdasarkan survey COREMAP-CTI (Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative) tahun 2020.
Menariknya, kata dia, kondisi terumbu karang di Indonesia bergantung pada letak geografisnya, yakni barat, tengah, dan timur. Perbedaan utamanya terletak pada persentase penutupan, terutama di bagian barat tekanannya sangat tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya yakni dengan pengelolaan yang baik dan upaya meningkatkan kondisi terumbu karang yang buruk.
“Dengan adanya kondisi tekanan tersebut, berpengaruh besar pada komponen utama dalam ekosistem karang, dimana pertumbuhannya sangat lambat. Terumbu karang bahkan membutuhkan ratusan tahun untuk menjadi rumah bagi biota laut dan bagi asosiasi organisme dan melindungi dari daerah-daerah pantai. Sehingga, upaya transplantasi perlu dilakukan untuk menyokong ekosistem terumbu karang yang sehat,” jelasnya.
Kriteria yang perlu dipertimbangkan wilayah lokasi dan cara mengkombinasikan dengan modul rehabilitasi karang untuk restorasi. Media transplantasi karang salah satunya dapat menggunakan Biorock, Reefball, BioReefTek, media jaring, media besi atau logam, dan media PVC. Umumnya, faktor penentu keberhasilan transplantasi karang dalam lingkup rehabilitasi ekosistem terumbu karang bukan hanya pada metodenya. Namun pada agenda monitoring berkelanjutan dan efektif.
Selain itu, perlu adanya metode-metode tambahan seperti teknologi eDNA untuk melakukan biomonitoring untuk mengestimasi dan mendata terumbu karang yang telah ditransplantasi. Hal ini karena menggunakan survey secara visual kadang tidak terlalu akurat. Dengan teknologi eDNA next generation biomonitoring dapat mengungkapkan spesies native, introduksi, dan invasif pada tahap awal transplantasi karang sebagai early warning system dalam monitoring. [] Hari