Pakar IPB Sarankan Peternak Pilih Kambing Peranakan Etawah
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Pakar dari IPB University, Dr Afton Atabany, yang juga Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (IPTP-Fapet), menyarankan perternak budidaya kambing pilih kambing peranakan etawah, karena lebih menguntungkan ketimbang kambing kacang.
Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Selasa (10/11/2020) disebutkan perbedaan dan plus minus kedua kambing tersebut.
Dikatakan, kambing kacang adalah kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini sedikit memproduksi susu dan lebih diutamakan untuk ternak penghasil daging. Bangsa-bangsa kambing tersebut yang berasal dari Eropa dan India sudah banyak dipelihara di Indonesia dan memproduksi susu. Akan tetapi perkembangannya kurang bagus karena Indonesia adalah beriklim tropis dengan suhu lingkungan panas dan lembab.
Sementara kambing peranakan etawah adalah kambing kacang dikawin tatar (up grade) dengan kambing etawah dari India menjadi kambing peranakan etawah (etawah grade) yang bertujuan untuk menghasilkan susu.
Kambing peranakan etawah telah banyak dipelihara oleh peternak karena kambing jenis ini lebih mudah beradaptasi dan produksi susu yang dihasilkan lebih menguntungkan.
“Kambing peranakan etawah tergolong kambing dwiguna karena mampu memproduksi susu dan daging yang baik,” tutur Dr Afton.
Dalam beternak kambing perah, Dr Afton mengatakan, sebaiknya memilih program ternak pembibitan.
Karena selain produksi susunya tinggi, juga akan menghasilkan anak ternak betina dan jantan untuk peningkatan populasi ternak kambing perah berkualitas tinggi.
Pemeliharaan kambing peranakan etawah harus secara intensif, yaitu dengan memelihara ternak di dalam kandang dan rutin memberi pakan.
Peternakan kambing perah secara intensif berguna untuk meningkatkan produksi, karena ternak lebih mudah dikendalikan secara manajemen.
Peternakan kambing peranakan etawah sebagian besar dilakukan di Pulau Jawa, hanya sebagian kecil dilakukan di luar pulau Jawa.
Salah satu alasan utamanya adalah karena potensi pasar yang tinggi serta kemudahan dalam penjualan susu kambing serta penjualan bakalan kambing.
“Beberapa keunggulan berbudidaya kambing perah jika menggunakan kambing peranakan etawah bila dibandingkan dengan ternak kambing perah lainnya adalah kambing peranakan etawah lebih adaptif dengan kondisi iklim di Indonesia yang beriklim tropis,” ujarnya.
Keunggulan lainnya adalah kambing peranakan etawah bersifat dwiguna yaitu mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan juga sebagai kambing penghasil daging.
Kambing ini juga mempunyai angka kelahiran yang tinggi dan mampu mempunyai anak kembar. Terdapat sekitar 10 persen yang mempunyai anak kembar empat. Selain itu, produksi susunya secara rata-rata adalah 0.99 kilogram per ekor per hari dengan masa laktasi 180 hari (6 bulan).
“Kambing peranakan etawah mampu mempunyai tinggi pundak 70 sentimeter pada betina dan tinggi pundak 90 sentimeter, sehingga terlihat tinggi. Bobot badannya dapat mencapai 70 kilogram pada ternak betina dan dapat mencapai 120 kilogram pada ternak jantan.
Berat tersebut tergolong tinggi, sehingga mempunyai harga jual yang tinggi terutama saat hari raya Iedul Adha. Pemberian pakannya pun tidak sulit karena kambing jenis ini mampu mengkonsumsi pakan hijauan dan macam hijauan yang dikonsumsi lebih banyak jenisnya,” tuturnya.
Namun menurut Dr Afton, ada beberapa kesalahan umum dilakukan oleh peternak kambing peranakan etawah antara lain adalah pemilihan bibit untuk dipelihara tidak dilakukan menggunakan pencatatan (recording) tentang silsilah keturunan.
Pemilihan lebih banyak menggunakan ciri-ciri dari postur tubuh luar dan tidak menggunakan pengukuran tubuh.
Pencatatan oleh peternak sangat jarang dilakukan terutama pencatatan yang berkaitan dengan reproduksi dan produksi susu. Padahal recording ini sangat berguna terutama untuk meningkatkan produktivitas ternak serta untuk memperbaiki managemen pemeliharaan.
“Melihat keunggulan kambing peranakan etawah ini, saya berharap kambing ini bisa menjadi kambing perah lokal asli Indonesia dan menjadi galur tersendiri yang ditetapkan oleh pemerintah dan dapat didaftarkan pada Badan Internasional sebagai kambing perah asli Indonesia dan sebagai hak kekayan asli Indonesia. Selain itu, diharapkan kambing peranakan etawah dijadikan sebagai sumber bibit ternak kambing perah dan dapat diekspor untuk dikembangkan di negara lain, dengan aturan ekspor yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” pungkasnya. [] Admin