BOGOR-KITA.com, PUNCAK – Penataan jalur ke kawasan Puncak Bogor dari sistem 1:1 menjadi sistem 2:1, yang mulai diberlakukan Minggu (27/10/2019) pagi, masih dalam tahap evaluasi. Apa kata Dirjen Perhubungan Darat Budi Setyadi terkait realiasi sistem 2:1?
Sebelum melakukan penelusuran terhadap realisasi sistem 2:1, Budi Setyadi memberikan keterangan kepada pers. Budi Setyadi termasuk memberikan keterangan mengenai jalur Puncak II dan III dan transportasi di Bogor dan sekitarnya. Kata kuncinya, katanya, adalah membangun jalur Puncak II dan III.
Budi Setyadi memulai keterangan terkait LRT atau Light Rail Transit atau Kereta Lintas Rel Terpadu.
Dikatakan, kalau tidak salah gini. Untuk yang berbasis kereta, Kementerian Perhubungan dari Bogor sampai ke Sukabumi itu dibangun double track. Kemudian dari Sukabumi ke Cianjur, Cianjur sampai Padalarang, itu akan diaktivasi jalur kereta yang sudah ada
Dan memang diharapkan jalur kereta itu untuk kepentingan logistik dan bisa tertampung di dalamnya. Karena memang di Bogor dan Cianjur itu banyak mobil yang mengangkut air. Itu kemarin didorong untuk ke sana.
Kemudian selanjutnya, persoalan di Bogor ini sudah dirapatkan beberapa kali oleh Pak Bambang (Ketua BPTJ) dengan saya. Memang permintaan Pak Menteri, bahwa persoalan di Bogor ini sampai sekarang masih sama. Jadi setelah itu kita melakukan survey pada jalur puncak II dan Jalur Puncak III, dan survey itu kita lakukan bersama Kementerian PUPR dari balai jalan.
Memang, salah satu solusi jangka panjang, itu memang pembangunan jalan baru yang Puncak II atau III itu.
Tetapi dari hasil survey itu memang sudah diputuskan, dan sementara itu, lagi diteruskan hasil kajiannya. Ini butuh effort lagi, koordinasi lagi, komunikasi lagi.
Dengan demikian saya mendorong ke Ibu Bupati Bogor lagi bahwa persoalan di Puncak ini bukan hanya jalur 2 atau 3 saja, tapi termasuk perempatan Ciawi juga, dari dulu sampai sekarang saya lihat masih begini .
Jadi saya kira apa yang dilakukan BPTJ dan semua jajaran Kabupaten Bogor termasuk kepolisian yang berjaga di lapangan, itu jangka pendek saja.
Harapannya, mengganti pola dari 1985 sampai 2019 ini, hanya perpanjang jarak saja. Pertama kali, one way itu dari Taman Safari ke Pasar Cisarua
Kemudian diperpanjang Taman Safari sampai ke Gadog. Kemudian dari Gadog ke Puncak Pass, sampai sekarang seperti itu.
Dengan pola sekarang ini, hasil rapat bersama, mudah-mudahan ada perubahan. Walaupun tidak menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Kemudian mudah – mudahan apa yang dikatakan ada evaluasi.
Evaluasi akan menjadi pedoman kita untuk memperbaiki hal itu. Tetapi menurut saya, jalan keluar yang terbaik adalah pembangunan jalan baru di Puncak II atau Puncak III, mana yang terbaik
Kapan realisasi?
Kalau tahapan sekarang, dari rapat kemarin, baru di survey. Kemudian dari survey pasti ada kajian yang bisa menjadi keputusan.
Nah sekarang saya akan mencoba lagi berkoordinasi dengan pihak PU Bina Marga. Hasil survey bersama kemarin antara Kementerian Perhubungan dengan Balai Jalan Kementerian PUPR, dan berikutnya kita dorong untuk survey itu, menjadi bahan yang bisa menjadi tertulis untuk bahan pedoman untuk kita semua.
Sebetulnya persoalannya itu pemicunya saat Taman Safari Indonesia (TSI) dibuka. TSI dibuka itu banyak orang yang ke sana. Jadi begitu sore, banyak mobil yang dari Puncak Pass tersendat panjang. Akhirnya kalau tidak salah TSI ada pengamanan dari TNI.
Kemudian akhirnya dari TNI membantu untuk mengeluarkan. Tapi kan begitu mengeluarkan, panjang juga antreannya.
Akhirnya diberlakukan dari Taman Safari sampai Pasar Cisarua one way jam 2 atau 3, digelontorkan ke bawah. Yang di bawah stop di pasar. Stop mungkin sekitar jam 1, baru gantian naik.
Buka tutup, warga merugi bertahun-tahun, ini bagaimana?
Waktu itu sedikit, perkiraan saya waktu itu sekitar 2 kilometer. Waktu itu belum panjang begini. Dulu juga tidak lama waktunya, paling 3 jamJadi artinya kalau warga terganggu, segitu saja, yaitu 3 jam.
“Yang memang waktu itu yang resistance warga yang mau naik, yang mau ke rumah sakit, dan lain lain.,” kata Budi Setya.
Dalam catatan BOGOR-KITA.com, realiasi sistem 2:1 memang mengalami beberapa kendala. Salah satunya angkot yang keluar masuk Pasar Cisarua. Kemudian angkot yang menaik dan turunkan penumpang di pinggir jalan.
Kemudian ada ruas jalan yang mengalami penyempitan. Kondisi ini membuat kendaraan menyalip kendaraan di depannya dengan menyerobot jalur yang berlawanan, yang mengakibatkan terjadinya macet yang makin lama makin panjang. [] Hari