Bogor

Taman Safari Bersama KLHK dan Smelting Lepasliarkan 2 Ekor Elang Jawa

BOGOR-KITA.com, CISARUA – Taman Safari Bogor dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ), Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) melepasliarkan dua ekor Elang Jawa (Nisaetus bartelsi).

Pelepasliaran dua ekor Elang Jawa ini sebagai langkah konservasi dan perlindungan populasi Elang Jawa di Indonesia.

Selain itu, pelepasrian Elang Jawa bernama Jelita (Elang Jawa Betina) dan Parama (Elang Jawa Jantan) ini merupakan hasil captive breed yang dilakukan PSSEJ dan Taman Safari Bogor.

Founder Taman Safari Indonesia, Jansen Manansang menjelaskan Program Pelepasliaran ini memiliki tujuan jangka panjang yang dapat dicapai diantaranya kembalinya peran dan fungsi ekologis dan biologis satwa yang dilepasliarkan ke habitat alaminya.

“Kegiatan pelepasliaran kali ini sangat penting, mengingat untuk pertama kalinya Elang Jawa yang dilepasliarkan merupakan hasil breeding dan dipasangi Platform Transfer Terminal (PTTs) dengan jenis PinPoint Solar GPS-Argos dengan berat 21 gram,” jelas Jansen Manansang pada Senin (30/1/2023).

Ia mengungkapkan, Jelita merupakan hasil indukan Elang Jawa (Rizka dan Hanum) yang menetas telurnya pada 14 Oktober 2020. Bobot pertama Jelita saat menetas kala itu adalah 49,4 gram. Artinya, kini usia Jelita saat dilepasliarkan sudah menginjak 2 tahun 4 bulan.

Sementara Parama merupakan hasil indukan Elang Jawa (Rama dan Dygtha) yang menetas di Balai TNGHS pada 8 Juli 2020. Artinya, usia Parama saat dilepasliarkan saat ini sudah menginjak 2 tahun 7 bulan.

Baca juga  Ade Yasin Sambut Baik Tim Korsupgah KPK

“Parama dan Jelita’ adalah sepasang Elang Jawa hasil perkembangbiakan secara in-situ dan ex-situ dari PSSEJ dan Taman Safari Bogor. Parama, berjenis kelamin jantan lahir secara alami di Kandang Rehabilitasi (hibah dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri/ PPLI) Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) yang dikelola oleh BNTGHS dan telah siap dilepasliarkan setelah melewati masa pelatihan selama 2 tahun dan Jelita berjenis kelamin betina lahir dari hasil breeding yang dilakukan TSI di kandang pengembangbiakan yang dibangun oleh PT Smelting serta telah melewati tahapan habituasi di kandang pelatihan,” ungkapnya.

Dalam rangkaian kegiatan pelepasliaran yang dilaksanakan Tim dari TSI, BTNGHS, BBTNGGP serta IPB University ini, lanjut Jansen telah melalui beberapa rangkaian prosedur pelepasliaran, diantaranya pengecekan kesehatan satwa oleh tenaga medis, melakukan penilaian perilaku satwa dan kajian kesesuaian habitat.

“Berdasarkan hasil kajian habitat (habitat assesment) dan ground check yang telah dilaksanakan, areal hutan villa hijau dinilai cocok berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya kondisi habitat, keberadaan pesaing, aksesibilitas dan potensi keberadaan pakan, serta lokasinya yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,” paparnya.

Proses perawatan, pemeliharaan serta penjagaan kedua satwa yang dilindungi oleh Peraturan Menteri LHK Nomor 106/2018 ini dilakukan secara intensif oleh Taman Safari Bogor dan didukung penuh oleh PT. Smelting, KLHK, PSSEJ, TNGHS dan TNGGP. Setidaknya selama 2 tahunan inilah proses perawatan serta pemeliharaan dilakukan dengan monitoring ketat.

Baca juga  Bogor Go Green 8 Kolaborasi Aksi Nyata Hijau Tanpa Sampah

“Untuk mendukung kegiatan pelepasliaran, selama periode tanggal 16-23 Januari 2023, Taman Safari Indonesia dan PT Smelting juga melakukan roadshow sosialisasi pelepasliaran Elang Jawa ke beberapa sekolah di Bogor seperti SD Regina Pacis Bogor, SD Kreativa Bogor, SD BPK Penabur Bogor dan ke beberapa Lembaga Konservasi lainnya seperti Taman Margasatwa Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, dan Taman Impian Jaya Ancol. Selain itu, para pihak juga melakukan Webminar untuk Himpro satwa liar se-Indonesia dan sosialisasi untuk masyarakat sekitar area pelepasliaran,” katanya.

Rencananya, kata Jansen setelah dilepasliarkan ini, Jelita dan Parama tetap akan tetap menjalani monitoring melalui alat deteksi selama 6 bulan ke depan. Langkah ini diambil untuk mendeteksi kondisional kedua satwa langka kebanggaan Indonesia ini di alam bebas.

“Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat yakni Taman Nasional Ujung Kulon hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo (Alas Purwo). Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan,” ujarnya.

Memurutnya, Elang jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 mdpl.

Baca juga  Taman Safari Indonesia Raih Penghargaan Pelestarian Satwa Liar Terbaik dari MATFA    

“Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai habitat hidupnya.
Taman Safari Bogor, KLHK, PSSEJ, TNGHS dan TNGGP dengan dukungan PT. Smelting mengambil langkah menjaga eksistensi dan populasi Elang Jawa karena kawasan Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pagrango merupakan salah satu kawasan endemik mereka,” tutur Jansen.

Diketahui, PT. Smelting sendiri merupakan fasilitator smelter tembaga pertama di Indonesia. Smelting dalam applied Corporate Social Responsibility (CSR) memang menyasar konservasi alam dan satwa di Indonesia. Eksistensi Smelting menyiapkan peran penyaluran CSR melalui program konservasi alam dan satwa sejak beberapa tahun terakhir telah terbukti membawa andil kuat terhadap pengembangan ekosistem alam, satwa dan humanitas.

Tidak hanya pelepasliaran dan dukungan terhadap konservasi serta kelestarian Elang Jawa saja, Smelting juga mengambil peran penyaluran CSR melalui penghijauan Pantai Utara (Pantura) dengan penanaman mangrove. Kemudian, pendampingan pasien-pasien Tuberkulosis (TB) di Gresik serta sejumlah kegiatan community development desa-desa untuk pengolahan sampah atau limbah. Salam lestari. [] Ricky

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top