Kota Bogor

Konsorsium Lorena dan Kodjari Ambil Bagian Kelola Biskita Transpakuan

bis kita trans pakuan

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Konsorsium dari Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor yakni PO Lorena dan PT Kodjari Tata Angkutan, selaku pihak Kerjasama Operasional (KSO) dalam program angkutan massal BisKita Trans Pakuan membeberkan alasannya bergabung dengan PDJT.

Managing Director PO Lorena, Dwi Rianta Soerbakti mengatakan, bahwa sebagai salah satu perusahaan otobus terkemuka yang telah berdiri sejak 1970, Lorena ingin ambil bagian dalam penataan transportasi Kota Bogor. Apalagi, ketika itu PDJT sedang dalam kondisi kurang sehat perusahaannya.

“Ketika ada tender Buy The Service (BTS) kami mengambil momen tersebut untuk membangkitkan PDJT,” ucap Rianta kepada wartawan, Selasa (14/12/2021).

Menurut Rianta, tender BTS sangat aman dan menguntungkan lantaran Biskita Transpakuan disubsidi per kilometer.

Baca juga  Ahmad Aswandi Kritik Pengelolaan Biskita

“Kalau disubsidi per penumpang tentu akan rumit secara perhitungan dengan angkutan massal ini. Makanya kami ikut tender ini dengan membuat KSO bersama Kodjari ke PDJT. Kebetulan Lorena juga sebagai operator Trans Jakarta sejak 2008. Jadi kami sedikit lebih banyak pengalaman mengoperasikan BTS,” jelasnya.

Saat ditanya mengenai nilai investasi dalam Biskita, Rianta menyatakan bahwa Lorena hanya sebagai operator dan Kodjari adalah pihak yang menanamkan investasi. Dengan rincian Rp980 juta per satu unit bus.

“Per satu unit bus Rp980 juta, sedangkan jumlah bus ada 75. Tinggal dikalikan saja. Itu semua tertera di dokumen BTS,” tegasnya.

Mengenai jumlah subsidi, kata Rianta, belum dapat dipastikan lantaran masih menunggu dari pemerintah pusat. Sebab, prinsip BTS adalah bekerja terlebih dahulu baru dibayar melalui subsidi per kilometer.

Baca juga  Big Match Liga Inggris: Tottenham Siap Jegal Man-City, Newcastle Jadi Tantangan Berat MU

“Belum tahu berapa subsidinya. Pogram ini (BTS) sudah berjalan tahun lalu, ini sebenarnya adalah perubahan dari program sebelumnya yang dimiliki Kementerian Perhubungan yakni bis hibah. Namun bus ini  dirasakan tidak tepat guna, karena banyak daerah yang tidak butuh atau tidak punya kemampuan untuk mengoperasikannya,” katanya.

Rianta menerangkan, kendati mendapat subsidi, BTS bukanlah tanpa risiko lantaran KSO terancam denda apabila pelayanan tak memenuhi standar. “Misalnya, bis rusak, atau sopir tak memakai seragam,” ujarnya.

Sementara itu, pimpinan PT Kodjari Tata Angkutan, Dewi Jani Tjandra menuturkan, bahwa pihaknya akan segera melaunching Biskita Transpakuan Koridor 1 dan 2. Total, sebanyak 28 armada akan beroperasi, dengan rincian 15 unit di koridor 2 dan 14 unit pada koridor 1.

Baca juga  Rino Indira Terpilih Jadi Ketua Umum ILUNI SMANDA Periode 2023-2026

“Masing-masing koridor akan ada bis khusus untuk kaum difabel. Total untuk tahun ini 49 unit, dan angkot yang sudah dikonversi sebanyak 108 unit, yang berasal dari Kodjari,” tutur Dewi.

Dewi menambahkan, angkot yang dikonversi merupakan milik Kodjari yang mereka beli pengusaha angkot. “Setiap angkot yang dikonversi itu dibesituakan. Pembelian angkot juga tidak memaksa,” tambahnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Eko Prabowo mengatakan bahwa program konversi tiga angkot menjadi satu bus sudah ada blueprintnya sejak 2013, dan telah diperdakan.

“Blueprint sudah ada, dan perdanya jelas. Untuk fasilitas pendukung seperti Terminal Bubulak sempat mau direvitalisasi, tetapi anggaran terkena refocusing,” tutupnya. [] Ricky

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top