Nasional

Jewawut, Pangan Alternatif bagi Penderita Diabetes

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Jewawut memiliki kandungan nutrisi tinggi, bebas gluten, dan indeks glikemik yang rendah sehingga cocok untuk diet terutama bagi penderita diabetes.

Demikian diungkapkan oleh Dr Sintho Wahyuning Ardie, dosen IPB University dari Divisi Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Jewawut mungkin masih asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, jewawut merupakan tanaman pangan sebagaimana halnya padi. Karena itu tak heran jika tanaman ini masih kurang begitu dimanfaatkan. Di beberapa daerah di Indonesia, Jewawut dikenal dengan nama lokal seperti Hotong (Maluku) dan Botok (Nusa Tenggara). 

Dikatakan Dr Sintho Wahyuning Ardie jewawut merupakan tanaman toleran. Tanaman ini masih bisa bertumbuh dan berproduksi dengan normal di lahan marginal.

Baca juga  Survei Pilpres 2024: Prematur Dan Mengganggu Iklim Politik

Tanaman dengan nama latin Setaria italica L ini, memiliki mekanisme khusus untuk beradaptasi dengan lingkungannya sekaligus merupakan sumber keragaman genetik yang penting. Tak hanya kemampuannya beradaptasi, jewawut juga memiliki nilai agronomi.

“Tanaman ini menjadi menarik untuk kami teliti karena dari studi biologi tanaman, jewawut memiliki karakteristik khusus. Jewawut masuk dalam anggota famili poaceae atau tanaman rerumputan, sejenis dengan padi atau jagung. Siklus hidup jewawut singkat, melakukan penyerbukan mandiri sehingga sangat ideal dijadikan sebagai tanaman model,” ujar Dr Sintho dalam keterangan tertulis, Senin (10/8/2020).

Kandungan protein jewawut juga tergolong cukup tinggi, yaitu 12 persen, di atas padi yang hanya rata-rata di 7 persen.

Baca juga  Rektor IPB University Temui Peternak di SPR Mosangu Masagena Sigi

Selain itu tanaman ini juga mengandung antioksidan, serat dan sejumlah mineral. Jewawut juga dilaporkan toleran terhadap kekeringan dan salinitas. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman pangan di lahan marginal.

“Tapi jika kita mencoba mencari tanaman atau biji jewawut di pasaran ini mungkin masih sangat sulit. Kalau ada pun kebanyakan masih digunakan sebagai pakan burung. Jadi memang pemanfaatan di Indonesia masih sangat terbatas,” kata Dr Sintho.

Dr Sintho lantas melakukan riset mengenai tanaman jewawut ini. Dengan pendekatan bioteknologi, Dr Sintho memulai penelitiannya dari eksplorasi dan mengumpulkan genotipe jewawut di seluruh indonesia. Dari eksplorasi itu, terkumpul 23 genotipe jewawut untuk kemudian dilakukan penapisan genotipe toleran.

Baca juga  Ketentuan Terbaru Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri

Hingga pada akhirnya, riset tersebut bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul jewawut, yaitu jewawut yang memiliki produktivitas tinggi, berumur genjah, toleran terhadap kekeringan/salinitas, memiliki kandungan nutrisi yang baik, habitus pendek dan tidak mudah rebah sehingga mudah dipelihara dan dipanen.

Dari sesuatu yang kurang dimanfaatkan, dengan penempatan bioteknologi kita bisa membuka banyak manfaat. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai mekanisme alternatif atau mekanisme baru toleransi terhadap cekaman abiotik.

“Dengan bioteknologi, kita juga bisa menemukan heterologous genes atau inducible promoter dari tanaman-tanaman yang kurang dimanfaatkan tadi seperti jewawut, yang memiliki fenotipe toleransi. Yang kemudian penemuan ini dapat diaplikasikan pada tanaman komersial,” terangnya. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top