BOGOR-KITA.com – Desa Salut, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu wilayah paling parah terkena dampak gempa, sehingga sampai kini masih memerlukan pendampingan untuk proses recovery. Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) terketuk untuk meringankan penderitaan korban, dengan terjun langsung melakukan program pendampingan ke Petani Desa Salut. Desa yang merupakan Pusat Gempa Lombok tujuh Skala Richter ini termasuk 21 desa yang terisolir kala itu.
Desa yang tingkat kerusakan mencapai di atas 90 persen ini didiami Suku Asli Pulau Lombok atau Suku Sasak dan sangat kental budaya gotong royongnya. Bermodal jiwa dan semangat gotong royong tinggi, desa ini dengan cepat melakukan rehabilitasi beberapa fasilitas umum dan sosial termasuk mental. Lebih dari tiga bulan setelah kejadian hingga saat ini kegiatan perekonomian sudah kembali berjalan normal dan masyarakat mulai kembali berkebun dan memulai aktivitas ekonomi dengan melakukan transaksi jual beli dari kebun.
Dalam kesempatan ini HA IPB melibatkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD ) NTB HA IPB Mataram untuk memperlancar kegiatan. Dalam aksinya HA IPB yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Studi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PSB LPPM) IPB memanfaatkan momentum untuk berkoordinasi dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk menggerakkan kader desa dalam program pendampingan. Program ini juga didukung tim relawan lokal dari masyarakat desa untuk bersama mempersiapkan lahan yang akan digunakan. Tahap awal lahan seluas satu hektar yang merupakan milik salah satu tokoh dikenal “Pakcik” masyarakat dari Dusun Salut Timur digarap sebagai percontohan, sebelum ditularkan ke yang lain.
Masyakarat desa sangat antusias menyambut dan terlibat dalam program ini. Hal ini terlihat dari jumlah partisipasi masyarakat saat sosialisasi, mengolah lahan hingga saat turun gotong royong dalam penyiapan lahan. Modal gotong royong menjadi modal untuk bekerja menyiapkan kebun tanaman obat ini, karena masyarakat sadar bahwa kesehatan sangat penting. Hal ini juga karena kondisi geografis yang jauh dari pusat kesehatan, jumlah obat generik terbatas, tenaga kesehatan dan peralatan pengobatan yang sangat minim dibanding jumlah masyarakat yang sakit.
Desa ini hanya mempunyai satu puskesmas pembantu dengan satu tenaga kesehatan. Jarak antara desa ke Puskesmas Kecamatan mencapai 17 kilometer, sedang ke rumah sakit kabupaten berjarak 33 kilometer dan rumah sakit provinsi harus ditempuh sejauh 72 kilometer. Akses kesehatan yang lumayan jauh juga menjadi motivasi bagi masyarakat untuk selalu hidup sehat dan menjaga kesehatan.
Saat ini sedang dipersiapkan program penanaman tanaman obat keluarga yang meliputi : temulawak, jahe, kunyit, lengkuas dan sereh. Sedangkan untuk tanaman gizi meliputi : kangkung, bayam, sawi, slada, terong, tidak ketinggalan tanaman buah seperti pepaya. Cara penanaman pun harus dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang hingga saat ini sumberdaya tersebut terbuang begitu saja tanpa pemanfaatan, maka tim pun berusaha mengajak masyarakat membuat Mikro Organisme Lokal (MOL), kompos (pupuk padat), pupuk organik cair, dan pestida nabati dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.
IPB juga mendampingi petani dalam pengolahan tanaman obat agar siap konsumsi.
Dinas Kesehatan dan masyarakat setempat menyampaikan terima kasih pada IPB yang sudah mendampingi masyarakat dan bekerja seperti keluarga sendiri di Desa Salut. Mereka berharap IPB tidak buru-buru meninggalkan masyarakat sampai mereka benar-benar mampu bergerak secara penuh. [] Admin / Rilis IPB University